tag:blogger.com,1999:blog-77691371800382642982024-03-14T19:37:22.080+07:00Budaya batak Tobaberita-berita tentang budaya batak tobaferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-26850641236629474522021-10-01T10:51:00.001+07:002021-10-01T10:51:39.933+07:00Kisah Tunggal Panaluan, Tongkat Sakti Suku Batak Toba<span class="fullpost">
<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYwgnKyrbvAqG1kCa8Bbo_sZgWIgDbkU-WiZBmV8HKyoaaSUbfoK4aUCq74gvcxQRcEqgz1XQM07ZHvSKQ0JjVUDn-4gJufHhQ63cRPpaB7WxS2B8Qb-80e6zzxVSuaeZF8eLzwHol2G8/s750/614499a9a9b95.jpg" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" width="320" data-original-height="500" data-original-width="750" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYwgnKyrbvAqG1kCa8Bbo_sZgWIgDbkU-WiZBmV8HKyoaaSUbfoK4aUCq74gvcxQRcEqgz1XQM07ZHvSKQ0JjVUDn-4gJufHhQ63cRPpaB7WxS2B8Qb-80e6zzxVSuaeZF8eLzwHol2G8/s320/614499a9a9b95.jpg"/></a></div>KOMPAS.com – Anjungan Sumatera Utara (Sumut) merupakan salah satu anjungan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang bisa dikunjungi, meski saat ini sedang ditutup karena ada renovasi. Terdapat sebuah koleksi dengan cerita menarik bernama tongkat Tunggal Panaluan yang dapat dilihat di rumah adat Batak Toba. “Filosofinya, dulu ada raja yang punya anak kembar, satu lelaki satu perempuan, yang mana anak ini pamit ke raja ingin main ke hutan,” kata Pemandu Wisata Anjungan Sumut bernama Gunin ketika ditemui di rumah adat Batak Toba di Anjungan Sumut, TMII, Jakarta, Senin (13/9/2021). Saat keduanya tengah bermain di hutan, sambungnya, entah terbesit apa tetapi mereka berhubungan badan.
Sebagai informasi, masyarakat suku Batak tidak hanya melarang hubungan sedarah seperti suku lain, tetapi juga melarang hubungan semarga.
“Orang Batak tidak boleh menikah semarga dan sekeluarga. Karena mereka berhubungan badan, alam menjadi murka. Mereka tersedot ke sebuah pohon berkayu besar,” ujar Gunin. Sang raja pun khawatir karena keduanya masih belum kembali sejak pagi. Padahal, sore hari sudah tiba. Dia pun akhirnya bergegas memanggil dukun yang juga disebut Datu untuk mencari mereka. Setibanya di hutan, keduanya melihat bahwa dua buah hati sang raja terperangkap di dalam pohon. Saat mencoba dikeluarkan, Datu tidak mampu melakukannya. “Si dukun ini tidak sanggup ngeluarin dan tersedot juga. Dipanggil lagi dukun tiga orang, mereka tersedot juga. Pusing si raja, dia panggil dukun yang paling sakti, tapi juga tidak bisa dan tersedot,” kata Gunin.
“Dipotong lah pohon itu. Ditebang dan diukir berdasarkan orang-orang yang tersedot ke situ. Makanya tongkat ini punya motif wajah orang-orang yang tersedot, dengan motif paling atas adalah raja itu,” imbuhnya.
<b>Versi lain cerita Tunggal Panuluan</b>
Jika dalam versi yang sebelumnya dikatakan bahwa anak-anak sang raja menjalin hubungan terlarang, ada versi lain dari cerita itu menurut situs resmi Badan Pelaksana Otorita Danau Toba.
Dalam cerita ini, dikisahkan tentang sepasang suami dan istri bernama Guru Hatia Bulan atau Datu Arak Pane dan Nan Sindak Panaluan. Keduanya masih belum dikaruniai seorang anak.
Hingga pada akhirnya setelah delapan tahun menunggu, Nan Sindak Panaluan hamil. Namun, selama kehamilan istrinya, Guru Hatia Bulan sering memiliki mimpi buruk.
<b>.Kelahiran yang dinantikan</b>
Setelah lama menunggu, Nan Sindak Panaluan melahirkan bayi kembar. Anak laki-lakinya diberi nama Aji Donda Hatahutan Situan Parbaring, sementara anak perempuannya Tapi Nauasan Siboru Panaluan atau Sri Tapi Omas.
Menurut legenda, kelahiran mereka jatuh pada hari yang buruk. Setelah upacara pemberian nama, para tetua setempat meminta Guru Hatia Bulan untuk memisahkan anak-anaknya.
Hal ini ditujukan guna menghindari musibah. Namun, dia tidak mengikuti saran itu dan membesarkan keduanya dengan penuh cinta hingga dewasa. Warga desa melihat anak-anak kembar itu seperti sepasang kekasih.
Berita selanjutnya bisa dibaca di:
<i>https://travel.kompas.com/read/2021/09/18/130100627/kisah-tunggal-panaluan-tongkat-sakti-suku-batak-toba?page=all</i>
</span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-83191798132067637072021-10-01T10:38:00.000+07:002021-10-01T10:38:13.845+07:00Sejumlah pelabuhan di Kawasan Danau Toba selesai direvitalisasi Jumat, 6 Agustus 2021<span class="fullpost">
Toba (ANTARA) - Sejumlah pelabuhan di kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Danau Toba selesai direvitalisasi dan siap menyambut wisatawan saat pandemi COVID-19 nantinya mulai terkendali.
Direktur Keuangan, Umum dan Komunikasi Publik Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Bambang Murdoko di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Jumat, menjelaskan berdasarkan arahan dari Kemenko Maritim dan Investasi serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pihaknya menargetkan revitalisasi sembilan pelabuhan akan selesai seluruhnya pada akhir tahun 2021.
Dari sembilan pelabuhan yang tersebar di delapan Kabupaten yang mengelilingi Danau Toba. tiga diantaranya yaitu Pelabuhan Ajibata,Simanindo dan Tigaras telah selesai direvitalisasi, sedangkan enam sisanya ditargetkan selesai paling lama awal 2022.
Seperti Pelabuhan Ajibata yang kini lebih terlihat modern dengan fasilitas pemesanan tiket bisa melalui daring maupun pembayaran non tunai.
Serta telah memiliki dua kapal motor penumpang (KMP) Ihan Batak dan Kaldera Toba yang telah memenuhi standar keselamatan Kementerian Perhubungan.
Fasilitas ruang tunggu keberangkatan dibuat senyaman mungkin untuk wisatawan yang akan berlibur ke Pulau Samosir dari pelabuhan tersebut.
Bambang menambahkan, khusus di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akibat penyebaran COVID-19, pelabuhan-pelabuhan itu memang sepi penumpang dan hanya melayani dua kali perjalanan yaitu pada jam 11 siang dan jam 3 sore.
Namun pihaknya optimistis ke depan setelah COVID-19 mulai terkendali, pelabuhan-pelabuhan itu akan mampu memuaskan kenyamanan wisatawan yang berlibur di kawasan Danau Toba.
"Sejumlah pelabuhan yang mengelilingi Danau Toba juga dikawal oleh tim Basarnas guna memberikan kenyamanan dan keamanan lebih kepada para wisatawan," katanya.
Pewarta : Donny Aditra
Editor: Juraidi
COPYRIGHT © ANTARA 2021
sumber berita :
https://sumut.antaranews.com/berita/410734/sejumlah-pelabuhan-di-kawasan-danau-toba-selesai-direvitalisasi
</span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-17539065425198772022011-04-15T09:58:00.000+07:002011-04-19T10:47:38.457+07:00Nilai Budaya yang Utama pada Orang Batak TobaToba Samosir, Media Online Bersama Toba dot Com -Untuk mendeskripsikan atau secara Antropologis sejumlah Nilai Budaya Yang Utama pada Masyarakat Batak Toba yakni,KEKERABATANYang mencakup hubungan premordial suku, kasih sayang atas dasar hubungan darah, kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu( Hula-hula, Dongan Tubu, Boru), Pisang Raut (Anak Boru dari Anak Boru), Hatobangon (Cendikiawan) dan segala yang berkaitan hubungan kekerabatan karena pernikahan, solidaritas marga dan lain-lain.<span class="fullpost"><br /><br />RELIGI<br /> Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang kemudian yang<br /> mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya.<br /><br />HAGABEON<br /> Banyak keturunan dan panjang umur. satu ungkapan tradisional Batak yang terkenal yang disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah ungkapan yang mengharapkan agar kelak pengantin baru dikaruniakan putra 17 dan putri 16. Sumber daya manusia bagi orang Batak sangat penting. Kekuatan yang tangguh hanya dapat dibangun dalam jumlah manusia yang banyak. Ini erat hubungannya dengan sejarah suku bangsa Batak yang ditakdirkan memiliki budaya bersaing yang sangat tinggi. Konsep Hagabeon berakar, dari budaya bersaing pada jaman purba, bahkan tercatat dalam sejarah perkembangan, terwujud dalam perang huta. Dalam perang tradisional ini kekuatan tertumpu pada jumlah<br /> personil yang besar. Mengenai umur panjang dalam konsep hagabeon disebut SAUR MATUA BULUNG ( seperti daun, yang gugur setelah tua). Dapat dibayangkan betapa besar pertambahan jumlah tenaga manusia yang diharapkan oleh orang Batak, karena selain setiap keluarga diharapkan melahirkan putra-putri sebanyak 33 orang, juga semuanya diharapkan berusia lanjut.HASANGAPONKemuliaan, kewibawaan, kharisma, suatu nilai utama yang memberi dorongan kuat untuk meraih kejayaan. Nilai ini memberi dorongan kuat, lebih-lebih pada orang Toba, pada jaman modern ini untuk meraih jabatan dan pangkat yang memberikan kemuliaan,kewibawaan, kharisma dan kekuasaan.<br /><br />HAMORAON<br /> Kaya raya, salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak, khususnya orang Toba, untuk mencari harta benda yang banyak.<br /><br />HAMAJUON<br /> Kemajuan, yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu. Nilai budaya hamajuon ini sangat kuat mendorong orang Batak bermigrasi keseluruh pelosok tanah air. Pada abad yang lalu, Sumatra Timur dipandang sebagai daerah rantau. Tetapi sejalan dengan dinamika orang Batak, tujuan migrasinya telah semakin meluas ke seluruh pelosok tanah air untuk memelihara atau meningkatkan daya saingnya.<br /><br />HUKUM<br /> Patik dohot uhum, aturan dan hukum. Nilai patik dohot dan uhum merupakan nilai yang kuat di sosialisasikan oleh orang Batak. Budaya menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan dunia orang Batak.<br /> Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak asasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak jaman purba. Sehingga mereka mahir dalam berbicara dan berjuang memperjuangkan hak-hak asasi. Ini tampil dalam permukaan kehidupan hukum di Indonesia yang mencatat nama orang Batak dalam daftar pendekar-pendekar hukum, baik sebagai Jaksa, Pembela maupun Hakim.<br /><br />PENGAYOMAN<br /> Dalam kehidupan sosio-kultural orang Batak kurang kuat dibandingkan dengan nilai-nilai yang disebutkan terdahulu. ini mungkin disebabkan kemandirian yang berkadar tinggi. Kehadiran pengayom, pelindung, pemberi kesejahteraan, hanya diperlukan dalam keadaan yang sangat mendesak.<br /><br />KONFLIK<br /> Dalam kehidupan orang Batak Toba kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada pada Angkola-Mandailing. Ini dapat dipahami dari perbedaan mentalitas kedua sub suku Batak ini. Sumber konflik terutama ialah kehidupan kekerabatan dalam kehidupan Angkola-Mandailing. Sedang pada orang Toba lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya lainnya. Antara lain Hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber konflik yang abadi bagi orang Toba.(*)<br />http://bersamatoba.com/</span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-68249738290901364962011-04-15T09:49:00.000+07:002011-04-19T10:49:10.526+07:00Upacara Horja Bius Adat Budaya Batak Toba yang Telah HilangHuta atau kampung di daerah komunitas orang Batak Toba adalah persekutuan masyarakat yang paling kecil yang dibentuk oleh marga. Mulanya mereka tinggal di kampung induk tetapi karena penduduknya terus berkembang menyebabkan terbentuk huta-huta yang baru. Untuk mengatur kepentingan bersama beberapa kampung atau huta membentuk federasi atau persekutuan yang sifatnya masih terikat satu dengan lainnya. Kumpulan huta disebut horja.<span class="fullpost"><br /><br />Perserikatan horja ini lebih banyak mengurus hal yang berhubungan dengan duniawi. Sedangkan urusan yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan mala petaka yang melanda warga seperti wabah penyakit, air bah, kekeringan, masyarakat membentuk perserikatan yang meliputi kelompok-kelompok semua marga yang ada di wilayah bencana (gabungan dari horja) disebut bius. (Siahaan ; 2005: 153-158).<br /><br />Pada masa lalu di Samosir pesta persembahan kurban (pesta bius) dilakukan untuk memohon kepada dewata supaya tidak terjadi musim kering berkepanjangan, tidak ada paceklik, tidak ada wabah penyakit. Pesta dilakukan berkala setiap tahun, namun setelah misi agama Kristen masuk dan berkembang di daerah ini upacara Horja Bius tidak dilakukan lagi. Pesta terakhir (pesta bius mangase taon) terakhir pada sekitar tahun 1938. (Siahaan, 2004: 165-166).<br /><br />Tanggal 11 Juli 2006 di desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir dilaksanakan pagelaran budaya "Pesta budaya Horja Bius Tomok II". Pagelaran ini menurupakan teater kolosal yang merupakan modifikasi upacara yang pernah dilakukan oleh para leluhurnya. Pada masa dahulu upacara Horja Bius Tomok bersifat sakral sebagai upacara persembahan kepada leluhur Ompung Raja Sidabutar yang telah mendirikan kampung Tomok.<br /><br />Dalam pagelaran pesta Horja Bius diadakan yang namanya Hahomion<br /><br />Ritual Hahomion adalah upacara yang dilakukan oleh warga masyarakat di desa Tomok, Kecamatan Simanindo yang ditujukan untuk pemujaan kepada roh leluhur dan kekuatan gaib. Maksud diadakannya Ritual Hahomion untuk memberikan sesajen/persembahan kepada kekuatan gaib dan roh leluhur warga Tomok. Mereka percaya bahwa roh leluhur masih memiliki peran dalam kehidupan keturunannya. Mereka juga percaya bahwa roh nenek moyang senantiasa memantau kehidupan sosial kemasyarakatan. Persembahan ini dimaksudkan sebagai bukti nyata dari warga untuk pengakuan akan adanya kekuatan gaib yang mengiringi kehidupan mereka.<br /><br />Tujuan ritual Hahomion untuk memohon agar roh dan kekuatan kekuatan gaib tetap memantau kehidupan warga dan memohon kepada Mulajadi Na Bolon agar senantiasa memelihara, mendatangkan kemakmuran, dan ketentraman hidup warga.<br /><br />Penyelenggara Ritual Hahomion adalah warga desa Tomok pelaksananya dipilih melalui musyawarah kampung/desa. Menurut informasi yang diperoleh dari beberapa warga Tomok bahwa seseorang ditunjuk sesuai dengan keahlian dan kemampuan atau kecakapan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas dan sekaligus sebagai penanggung jawabnya. Dalam musyawarah desa ditetapkan ketua/penanggung jawab secara keseluruhan Ritual Hahomion. Dipilih juga wakil ketua dan petugas yang akan menjadi penanggung jawab dari setiap kelompok/tahapan ritual.<br /><br />Persiapan ritual dimulai dari pembicaraan antara pengetua adat/ kampung atau si empunya hajatan/yang akan mengadakan persembahan. Dulu ritual ini diutarakan oleh perorangan jika yang bersangkutan ingin menyampaikan keinginan atau permintaannya untuk kepentingan/hajatan pribadi/keluarga. Bila keinginan/hajatan untuk kepentingan bersama, maka dibicarakan secara musyawarah.<br /><br />Persiapan yang diadakan untuk upacara hahomion adalah mengumpulkan perlengkapan sesajen yakni mulai mencari bahan-bahan yang ditentukan, mengolah atau memasak sampai siap disajikan pada satu hari sebelum ritual. Persiapan mengolah/memasak bahan sesajen dilakukan pada malam hari sebelum upacara puncak ritual. Persiapan kedua adalah menyiapkan tempat ritual baik di rumah bolon maupun di halaman rumah bolon, dan di kompleks pekuburan Ompung Raja Sidabutar. Di sekeling rumah bolon dihiasi daun kelapa muda atau janur dan meja empat segi panjang yang juga dihiasi dengan daun kelapa muda/janur. Di kompleks pekuburan Ompung Raja Sidabutar terdapat meja berbentuk segitiga yang dihiasi dengan daun kelapa muda atau janur merumbai ke bawah. Di kompleks kubur Ompung Sidabutar ini juga dihiasi dengan kain tiga warna, merah, putih dan hitam. Di sepanjang jalan antara rumah bolon dan pekuburan Ompung Sidabutar dihiasi daun kelapa muda/janur sebagai bendera/gaba-gaba.<br /><br />Persiapan lainnya adalah mencari/mengumpulkan daun sirih pilihan yang dipergunakan sebagai persembahan dan kelengkapan bahan upacara. Daun sirih ini sebagian juga dimakan oleh inang-inang yang akan menjunjung makanan sesajen, datu, pemasak makanan dan pemimpin upacara sebelum acara dimulai. Perlengkapan upacara berupa bahan makanan yang dimasak, dedaunan sebagai pelengkap ritual Dedaunan yang diperlukan dalam upacara ini antara lain; daun kelapa muda, daun pisang dan daun sirih.<br /><br /> <br /><br />Perlengkapan bahan makanan meliputi dari hewan, ikan, tepung beras, buah-buahan diantaranya adalah:<br /><br />1. Satu Ekor Kambing Putih (hambing putih) yangdimasak dan dipotong sesuai potongan sendi tulang kambing, bagian kepala, leher, dada/badan, pangkal paha bagian atas, paha bagian tengah kaki bagian depan dan belakang. Daging kambing ini dimasak dengan bumbu seperti cabe, garam, jahe, lengkuas, sere, bawang merah bawang putih, ketumbar gonseng, merica, buah pala dan jintan. Semua bahan secukupnya dibuat seperti bumbu kare, disajikan, disusun sesuai urutan ketika hewan ini hidup dalam pinggan pasu/piring besar dari keramik.<br /><br />2. Ayam Putih Jantan (Manuk Putih Jantan/manuk mira), dipotong sesuai potongan sendi tulang ayam, potongan berupa; kepala, leher, dada, tuah/punggung, rempelo/bagian dalam perut, sayap, paha pangkal, paha bawah, kaki dan buntut dimasak dengan bumbu cabe, garam, jahe, lengkuas, sere, bawang merah, bawang putih, ketumbar gonseng, merica, buah pala dan jintan. Semua bahan secukupnya dibuat seperti bumbu kare disajiakan/disusun sesuai urutan ketika hewan hidup dalam pinggan pasu atau piring biasa/piring keramik putih ukuran sedang.<br /><br />3. Ayam Jantan Merah Panggang (manuk mira narara pedar) dipotong sesuai potongan sendi tulang ayam, potongan berupa; kepala, leher, dada, tuah/punggung, rempelo/bagian dalam perut, sayap, paha pangkal, paha bawah, kaki, buntut, ayam dicuci dan dipanggang, darahnya dicampurkan ke bumbu dan dilumuri secara menyeluruh. Ayam ini yang memasak khusus suami dan hanya para suami yang boleh makan ayam ini nantinya bila ritual selesai. Disajikan dalam pinggan pasu dengan posisi ayam duduk.<br /><br />4. Ayam Jantan (manuk faru basi bolgang). Ayam ini utuh ditujukan kepada yang sakti, ayam dipotong dibelah/dikeluarkan bagian dalam perutnya, direbus/dikukus sampai matang, sebelum direbus diberi bumbu rendang tapi tak memakai santan.<br /><br />5. Sagu-sagu. Bahan kue ini dari tepung beras dimasak tanpa gula kemudian dipadatkan dibentuk menggumpal/membulat. Kueh ini dimaksudkan sebagai lambang pemberi semangat.<br /><br />6. Itak Nani Hopingan, kueh dari tepung beras dicampur dengan pisang, gula putih, gula merah ditumbuk/dicetak bisa berbentuk bulat diletakkan di piring. Di atas itak nani hopingan diberi telur, bunga raya dan roddang (kembang jagung), pisang dan menge-mangeni pining (bunga pinang) Kueh ini dimaksudkan sebagai lambang minta doa restu.<br /><br />7. Itak Gurgur atau Pohul-pohu. Bahan kue ini dari tepung beras, gula putih, kelapa digongseng setengah matang dicampur sampai menyatu dan dapat dibentuk, dengan menggunakan jari/genggaman.<br /><br />8. Ihan Batak yakni ikan khusus dari danau toba yang dimasak utuh satu ekor dengan terlebih dahulu dibersihkan bagian perut dan diberi bumbu cabe, garam, jahe, lengkuas, serre, bawang merah bawang putih, ketumbar gonseng, merica, buah pala dan jintan. Semua bahan secukupnya dibuat seperti bumbu kare, disajikan di atas nasi kuning yang diberi bumbu di sertakan dengan pisang, itak gurgur dan bahan lainnya.<br /><br />9. Anggir pangurason yakniair yang dicampur dengan jeruk purut, bunga raya dan dedaunan untuk penawar dan bahan lainnya, ditaruh dalam wadah berupa cawan putih.<br /><br />10. Assimun pangalambohi adalah bahan yang terbuat dari timun dipotong panjang dimaksudkan sebagai penyegar perasaan.<br /><br />11. Tanduk horbo paung yang terbuat dari pisang berukuran besar-besar seperti pisang ambon/pisang Batak yang dimaksudkan sebagai penyegar perasaan.<br /><br />12. Hajut/kampil; sumpit putih diisi beras, uang pecahan (hepeng) nilai terbesar Rp.100.000,-, ditutup dengan daun sirih. Hajut ini sebagai perlambang kunci persembahan yang dibawa oleh Datu/dukun dan diletakkan di atas meja persembahan bersama bahan sajen lainnya.<br /><br />13. Aek Naso ke mida matani ari (air kelapa muda ) air yang bersih dan steril. Cara penyajiannya kelapa muda dilobangi bagian atasnya, di atas lobang tersebut diletakkan jeruk purut dan bunga raya merah.<br /><br />14. Perlengkapan makan sirih yaitu daun sirih, gambir, kapur, cengkeh, buah pinang dan tembakau.<br /><br />15. Perlengkapan pakaian untuk semua peserta upacara adalah memakai pakaian adat Batak Toba (ulos), bagi perempuan ulos diselempangkan atau diselendangkan sebagai pengganti baju, bagi laki-laki ulos disarungkan dan diselempangkan tanpa baju. Bagi orang tertentu memakai ikat kepala menunjukkan kedudukan dalam pranata sosial. Khusus Datu memakai pakaian baju berwarna hitam yaitu melambangkan bahwa datu tersebut seolah-olah bertindak sebagai perlambang kehadiran Debata Batara Guru (salah satu dari Debata Na Tolu) yang merupakan wujud pancaran kasih Debata Mulajadi Na Bolon perihal kebijakan, sementara pada kepala memakai ikat kepala berwarna merah yakni melambangkan Debata Bata Bulan yang merupakan wujud pancaran kasih Debata Mulajadi Na Bolon perihal kekuatan.<br /><br />16. Perlengkapan lainnya adalah "Dupa" tempat membakar kemenyan, yakni wadah yang diisi abu, bara api, dan ditaburkan kemenyan sedikit demi sedikit. Aroma khas kemenyan dimaksudkan untuk mengundang kehadiran mahluk gaib/kekuatan gaib untuk hadir dan menyatu dalam ritual yang dilaksanakan.<br /><br />17. Pergondangan yaitu menyiapkan satu gordang (gondang besar), 5 buah topong (gondang yang ukurannya lebih kecil) 1 buah kesik (hesek-hesek) dan 2 buah ogungdoal (Gong), ogung ihutan dan 1 ogung oloan panggor dan 1 buah sarune.<br /><br />Upacara adat horjabius ini dilakukan untuk sekedar mengenang ritual yang dilakukan nenek moyang mereka yang terdahulu dan disamping itu mereka hendak melestarikan budaya yang mereka miliki yang juga berguna untuk menarik wisatawan kedaerah tersebut.<br /><br /> Terimakasih.....!!!<br /><br />ttp://www.wikimu.com</span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-86487889679607769052011-04-15T09:48:00.000+07:002011-04-15T10:03:33.990+07:00Paraturan ni ParhundulonParatur ni Parhundulon <br />sumber : posting Roy Enrico Reyes Tambunan alias Ompu Matasopiak XVI di milis gen-b<br />Paratur ni parhundulon berarti posisi duduk, ini adalah salah satu istilah dalam ritual adat Batak, yang kemudian dimaknakan dalam kehidupan sehari-hari. Posisi duduk dalam suatu acara adat Batak sangat penting, karena itu akan mencerminkan unsur-unsur penghormatan kepada pihak-pihak tertentu.<span class="fullpost"><br />Karena yang menulis sumber-sumber bacaan ini, termasuk saya, kesemuanya laki-laki, maka ada baiknya kita memposisikan diri sebagai pihak laki-laki, agar nantinya mudah memahami berbagai struktur partuturon yang saya dan kita semua tahu, sangat rumit. Kepada ito-ito yang mungkin akan kebingungan, cobalah membayangkan seolah ito-ito semua adalah laki-laki dalam keluarga. Di akhir bacaan nanti, diharapkan pembaca bisa memahami posisinya masing-masing, dan juga posisi orang-orang di sekeliling kita tercinta.<br />Dalam kehidupan orang Batak sehari-hari, kekerabatan (partuturon ) adalah kunci pelaksanaan dari falsafah hidupnya, Boraspati ( baca boraspati di artikel saya selanjutnya, ini digambarkan dengan dua ekor cecak/cicak, saling berhadapan, yang menempel di kiri-kanan Ruma Gorga/Sopo/Rumah Batak ). Kekerabatan itu pula yang menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah, menentukan sikap kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik ( nice attitude ).<br />Kita selaku orang Batak berbudaya sudah menanamkan ini sejak dulu kala, kita tentu masih ingat petuah nenek moyang kita, seperti :' Jolo tiniptip sanggar, laho bahen huruhuruan, jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan '' Hau antaladan, parasaran ni binsusur, sai tiur do pardalanan molo sai denggan iba martutur"<br />Ada tiga bagian kekerabatan, dinamakan " Dalihan Na Tolu " ( Dalihan Na Tolu juga akan saya tuliskan lengkap pada kesempatan mendatang ). Adapun isi :<br />- Manat mardongan tubu = hati-hati bersikap terhadap dongan tubu<br />- Elek marboru = memperlakukan semua perempuan dengan kasih<br />- Somba marhulahula = menghormati pihak keluarga perempuan<br />Yang dimaksud dengan dongan tubu ( sabutuha ) :<br />1. Dongan sa-ama ni suhut = saudara kandung<br />2. Paidua ni suhut ( ama martinodohon ) = keturunan Bapatua/Amanguda<br />3. Hahaanggi ni suhut / dongan tubu ( ompu martinodohon ) = se-marga, se-kampung<br />4. Bagian panamboli ( panungkun ) ni suhut = kerabat jauh<br />5. Dongan sa-marga ni suhut = satu marga<br />6. Dongan sa-ina ni suhut = saudara beda ibu<br />7. Dongan sapadan ni marga ( pulik marga ), mis : Tambunan dengan Tampubolon ( Padan marga akan saya tuliskan juga nanti, lengkap dengan 'Padan na buruk' = sumpah mistis jaman dulu yang menyebabkan beberapa marga berselisih, hewan dengan marga, kutukan yang abadi, dimana hingga saat ini tetap ada tak berkesudahan )<br />Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan dongan sabutuha :<br />* Manat ma ho mardongan sabutuha, molo naeng sangap ho<br />* Tampulon aek do na mardongan sabutuha<br />* Tali papaut tali panggongan, tung taripas laut sai tinanda do rupa ni dongan<br />Yang dimaksud dengan boru :<br />1. Iboto dongan sa-ama ni suhut = ito kandung kita<br />2. Boru tubu ni suhut = puteri kandung kita<br />3. Namboru ni suhut<br />4. Boru ni ampuan, i ma naro sian na asing jala jinalo niampuan di huta ni iba = perempuan pendatang yang sudah diterima dengan baik di kampung kita<br />5. Boru na gojong = ito, puteri dari Amangtua/Amanguda ataupun Ito jauh dari pihak ompung yang se-kampung pula dengan pihak hulahula<br />6. Ibebere/Imbebere = keponakan perempuan<br />7. Boru ni dongan sa-ina dohot dongan sa-parpadanan = ito dari satu garis tarombo dan perempuan dari marga parpadanan ( sumpah )<br />8. Parumaen/maen = perempuan yang dinikahi putera kita, dan juga isteri dari semua laki-laki yang memanggil kita 'Amang'<br />Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan boru :<br />* Elek ma ho marboru, molo naeng ho sonang<br />* Bungkulan do boru ( sibahen pardomuan )<br />* Durung do boru tomburon hulahula, sipanumpahi do boru tongtong di hulahula<br />* Unduk marmeme anak, laos unduk do marmeme boru = kasih sayang yang sama terhadap putera dan puteri<br />* Tinallik landorung bontar gotana, dos do anak dohot boru nang pe pulikpulik margana<br />Kata-kata bijak perihal bere :<br />* Amak do rere anak do bere, dangka do dupang ama do tulang<br />* Hot pe jabu i sai tong do i margulanggulang, tung sian dia pe mangalap boru bere i sai hot do i boru ni tulang<br />Yang dimaksud dengan hulahula :<br />1. Tunggane dohot simatua = lae kita dan mertua<br />2 Tulang<br />3 Bona Tulang = tulang dari persaudaraan ompung<br />4 Bona ni ari = hulahula dari Bapak ompung kita ( rumit :P ). Pokoknya, semua hulahula yang posisinya sudah jauh di atas, dinamai Bona ni ari.<br />5 Tulang rorobot = tulang dari lae/isteri kita, tulang dari nantulang kita, tulang dari ompung boru lae kita dan keturunannya. Boru dari tulang rorobot tidak bisa kita nikahi, merekalah yang disebut dengan inang bao.<br />6 Seluruh hulahula dongan sabutuha, menjadi hulahula kita juga ( ya ampunnn )<br />Kata-kata bijak penuntun hubungan kita dengan hulahula :<br />* Sigaiton lailai do na marhulahula, artinya ; sebagaimana kalau kita ingin menentukan jenis kelamin ayam (jantan/betina ), kita terlebih dulu menyingkap lailai-nya dengan hati-hati, begitupula terhadap hulahula, kita harus terlebih dulu mengetahui sifat-sifat dan tabiat mereka, supaya kita bisa berbuat hal-hal yang menyenangkan hatinya.<br />* Na mandanggurhon tu dolok do iba mangalehon tu hulahula, artinya ; kita akan mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan, kalau kita berperilaku baik terhadap hulahula.<br />* Hulahula i do debata na tarida<br />* Hulahula i do mula ni mata ni ari na binsar. Artinya, bagi orang Batak, anak dan boru adalah matahari ( mata ni ari ). Kita menikahi puteri dari hulahula yang kelak akan memberi kita hamoraon, hagabeon, hasangapon, yaitu putera dan puteri ( hamoraon, hagabeon, hasangapon yang hakiki bagi orang Batak bukanlah materi, tetapi keturunan, selengkapnya baca di 'Ruma Gorga' )<br />* Obuk do jambulan na nidandan baen samara, pasupasu na mardongan tangiang ni hulahula do mambahen marsundutsundut so ada mara<br />* Nidurung Situma laos dapot Porapora, pasupasu ni hulahula mambahen pogos gabe mamora<br />Nama-nama partuturon dan bagaimana kita memanggilnya ( ini versi asli, kalau ternyata dalam masa sekarang kita salah menggunakannya, segeralah perbaiki ) ( sekali lagi, kita semua memposisikan diri kita sebagai laki-laki )<br />a. Dalam keluarga satu generasi :<br />(1) Amang/Among : kepada bapak kandung<br />(2) Amangtua : kepada abang kandung bapak kita, maupun par-abangon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun kita bisa juga memanggil 'Amang' saja<br />(3) Amanguda : kepada adik dari bapak kita, maupun par-adekon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun bisa juga kita cukup memanggilnya dengan sebutan 'Amang' atau 'Uda'<br />(4) Haha/Angkang : kepada abang kandung kita, dan semua par-abangon baik dari amangtua, dari marga<br />(5) Anggi : kepada adik kandung kita, maupun seluruh putera amanguda, dan semua laki-laki yang marganya lebih muda dari marga kita dalam tarombo. Untuk perempuan yang kita cintai, kita juga bisa memanggilnya dengan sebutan ini atau bisa juga 'Anggia'<br />(6) Hahadoli : atau 'Angkangdoli', ditujukan kepada semua laki-laki keturunan dari ompu yang tumodohon ( mem-per-adik kan ) ompung kita<br />(7) Anggidoli : kepada semua laki-laki yang merupakan keturunan dari ompu yang ditinodohon ( di-per-adik kan ) ompung kita, sampai kepada tujuh generasi sebelumnya. Uniknya, dalam acara ritual adat, panggilan ini bisa langsung digunakan ( tidak perlu memakai Hata Pantun atau JagarJagar ni hata : tunggu artikel berikut :P )<br />(8) Ompung : kepada kakek kandung kita. Sederhananya, semua orang yang kita panggil dengan sebutan 'Amang', maka bapak-bapak mereka adalah 'Ompung' kita. Ompung juga merupakan panggilan untuk datu/dukun, tabib/Namalo.<br />(9) Amang mangulahi : kepada bapak dari ompung kita. Kita memanggilnya 'Amang'<br />(10) Ompung mangulahi: kepada ompung dari ompung kita<br />(11) Inang/Inong : kepada ibu kandung kita<br />(12) Inangtua : kepada isteri dari semua bapatua/amangtua<br />(13) Inanguda : kepada isteri dari semua bapauda/amanguda<br />(14) Angkangboru : kepada semua perempuan yang posisinya sama seperti 'angkang'<br />(15) Anggiboru : kepada adik kandung. Kita memanggilnya dengan sebutan 'Inang'<br />(16) Ompungboru : lihat ke atas<br />(17) Ompungboru mangulahi : lihat ke atas<br />(Note : sampai disini, kalau masih bingung, mari minum-minum kopi sambil merokok-merokok, atau minum-minum jus)<br />b. Dalam hubungan par-hulahula on<br />(a) Simatua doli : kepada bapak, bapatua, dan bapauda dari isteri kita. Kita memangilnya dengan sebutan 'Amang'<br />(b) Simatua boru : kepada ibu, inangtua, dan inanguda dari isteri kita. Kita cukup memangilnya 'Inang'<br />(c) Tunggane : disebut juga 'Lae', yakni kepada semua ito dari isteri kita<br />(d) Tulang na poso : kepada putera tunggane kita, dan cukup dipangil 'Tulang'<br />(e) Nantulang na poso : kepada puteri tunggane kita, cukup dipanggil 'Nantulang'<br />(f) Tulang : kepada ito ibu kita<br />(g) Nantulang : kepada isteri tulang kita<br />(h) Ompung bao : kepada orangtua ibu kita, cukup dipanggil 'Ompung'<br />(i) Tulang rorobot : kepada tulang ibu kita dan tulang isteri mereka, juga kepada semua hulahula dari hulahula kita (amangoi...borat na i )<br />(j) Bonatulang/Bonahula : kepada semua hulahula dari yang kita panggil 'Ompung'<br />(k) Bona ni ari : kepada hulahula dari ompung dari semua yang kita panggil 'Amang', dan generasi di atasnya<br />c. Dalam hubungan par-boru on<br />(1) Hela : kepada laki-laki yang menikahi puteri kita, juga kepada semua laki-laki yang menikahi puteri dari abang/adik kita. Kita memanggilnya 'Amanghela'<br />(2) Lae : kepada amang, amangtua, dan amanguda dari hela kita. Juga kepada laki-laki yang menikahi ito kandung kita<br />(3) Ito : kepada inang, inangtua, dan inanguda dari hela kita<br />(4) Amangboru : kepada laki-laki ( juga abang/adik nya) yang menikahi ito bapak kita<br />(5) Namboru : kepada isteri amangboru kita<br />(6) Lae : kepada putera dari amangboru kita<br />(7) Ito : kepada puteri dari amangboru kita<br />(8) Lae : kepada bapak dari amangboru kita<br />(9) Ito : kepada ibu/inang dari amangboru kita<br />(10) Bere : kepada abang/adik juga ito dari hela kita<br />(11) Bere : kepada putera dan puteri dari ito kita<br />(12) Bere : kepada ito dari amangboru kita<br />Alus ni tutur tu panjouhon ni partuturan na tu ibana ( hubungan sebutan kekerabatan timbal balik )<br />Kalau kita laki-laki dan memanggil seseorang dengan : Orang itu akan memanggil kita :<br />amang, amangtua, amanguda amang<br />inang, inangtua, inanguda amang<br />angkang anggi(a)<br />ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) anggi(a)<br />ompungboru ( suhut ) anggi(a)<br />ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ) lae<br />ompungboru ( bao ) amangbao<br />inang ( anggiboru ) amang<br />anggia angkang<br />anggia ( pahompu ) ompung<br />inang ( bao ) amang<br />inang ( parumaen ) amang<br />amang ( simatua ) amanghela<br />inang ( simatua ) amanghela<br />tunggane lae<br />tulang bere<br />nantulang bere<br />tulang na poso amangboru<br />nantulang na poso amangboru<br />bere tulang<br />ito ito<br />parumaen/maen amangboru<br />amang ( na mambuat maen ni iba ) amang<br />Kalau kita perempuan dan memanggil seseorang dengan : Orang itu akan memanggil kita :<br />amang, amangtua, amanguda inang<br />inang, inangtua, inanguda inang<br />angkang anggi(a)<br />ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) ito<br />ompungboru ( suhut ) eda<br />ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ) ito<br />ompungboru ( bao ) eda<br />inang ( anggiboru ) #####<br />anggia angkang<br />anggia ( pahompu ) #####<br />inang ( bao ) #####<br />inang ( parumaen ) inang<br />amang ( simatua ) inang<br />inang ( simatua ) inang<br />tunggane #####<br />tulang bere<br />nantulang bere<br />tulang na poso #####<br />nantulang na poso #####<br />bere nantulang<br />ito ito<br />parumaen/maen nanmboru<br />amang ( na mambuat maen ni iba ) inang<br />Beberapa hal yang perlu di ingat :<br />- Hanya laki-laki lah yang mar-lae, mar-tunggane, mar-tulang na poso dohot nantulang na poso<br />- Hanya perempuan lah yang mar-eda, mar-amang na poso dohot inang na poso<br />- Di daerah seperti Silindung dan sekitarnya, dalam parparibanon, selalu umur yang menentukan mana sihahaan (menempati posisi haha ), mana sianggian ( menempati posisi anggi ). Tapi kalau di Toba, aturan sihahaan dan sianggian dalam parparibanon serta dongan sabutuha sama saja aturannya.<br />Ada lagi istilah LEBANLEBAN TUTUR, artinya pelanggaran adat yang dimaafkan. Misalnya begini : saya punya bere, perempuan, menikah dengan laki-laki, putera dari dongan sabutuha saya. Nah, seharusnya, si bere itu memanggil saya 'Amang' karena pernikahan itu meletakkan posisi saya menjadi mertua/simatua, dan laki-laki itu harus memanggil saya 'Tulang rorobot' karena perempuan yang dia nikahi adalah bere saya. Tapi tidaklah demikian halnya. Partuturon karena keturunan lebih kuat daripada partuturon apa pun, sehingga si bere harus tetap panggil saya 'Tulang' dan si laki-laki harus tetap memanggil saya 'Bapatua/bapauda'.<br />http://habatakon01.blogspot.com</span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-56699609634696965052011-04-15T09:35:00.000+07:002011-04-15T09:44:09.434+07:00Nilai Budaya Batak Toba9 Nilai Budaya yg Utama pada Orang Batak Toba<br /><br />"Saya mencoba untuk mendeskripsikan (secara Antropologis) mengenai 9 Nilai Budaya Yang Utama pada Masyarakat Batak Toba. Memang masih banyak Nilai Budaya Batak Toba yang lain, yang mana mungkin menjadi bahasan teman-teman yang lain ? <span class="fullpost"><br /><br />1. KEKERABATAN<br />Yang mencakup hubungan premordial suku, kasih sayang atas dasar hubungan darah, kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu( Hula-hula, Dongan Tubu, Boru), Pisang Raut (Anak Boru dari Anak Boru), Hatobangon (Cendikiawan) dan segala yang berkaitan hubungan kekerabatan karena pernikahan, solidaritas marga dan lain-lain.<br /><br />2.RELIGI<br />Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang kemudian yang<br />mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya. <br /><br />3.HAGABEON<br />Banyak keturunan dan panjang umur. satu ungkapan tradisional Batak yang terkenal yang disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah ungkapan yang mengharapkan agar kelak pengantin baru dikaruniakan putra 17 dan putri 16. Sumber daya manusia bagi orang Batak sangat penting. Kekuatan yang tangguh hanya dapat dibangun dalam jumlah manusia yang banyak. Ini erat hubungannya dengan sejarah suku bangsa Batak yang ditakdirkan memiliki budaya bersaing yang sangat tinggi. Konsep Hagabeon berakar, dari budaya bersaing pada jaman purba, bahkan tercatat dalam sejarah perkembangan, terwujud dalam perang huta. Dalam perang tradisional ini kekuatan tertumpu pada jumlah<br />personil yang besar. Mengenai umur panjang dalam konsep hagabeon disebut SAUR MATUA BULUNG ( seperti daun, yang gugur setelah tua). Dapat dibayangkan betapa besar pertambahan jumlah tenaga manusia yang diharapkan oleh orang Batak, karena selain setiap keluarga diharapkan melahirkan putra-putri sebanyak 33 orang, juga semuanya diharapkan berusia lanjut. <br /><br />4.HASANGAPON<br />Kemuliaan, kewibawaan, kharisma, suatu nilai utama yang memberi dorongan kuat untuk meraih kejayaan. Nilai ini memberi dorongan kuat, lebih-lebih pada orang Toba, pada jaman modern ini untuk meraih jabatan dan pangkat yang memberikan kemuliaan,kewibawaan, kharisma dan kekuasaan. <br /><br />5. HAMORAON<br />Kaya raya, salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak, khususnya orang Toba, untuk mencari harta benda yang banyak. <br /><br />6.HAMAJUON<br />Kemajuan, yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu. Nilai budaya hamajuon ini sangat kuat mendorong orang Batak bermigrasi keseluruh pelosok tanah air. Pada abad yang lalu, Sumatra Timur dipandang sebagai daerah rantau. Tetapi sejalan dengan dinamika orang Batak, tujuan migrasinya telah semakin meluas ke seluruh pelosok tanah air untuk memelihara atau meningkatkan daya saingnya. <br /><br />7. HUKUM<br />Patik dohot uhum, aturan dan hukum. Nilai patik dohot dan uhum merupakan nilai yang kuat di sosialisasikan oleh orang Batak. Budaya menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan dunia orang Batak.<br />Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak asasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak jaman purba. Sehingga mereka mahir dalam berbicara dan berjuang memperjuangkan hak-hak asasi. Ini tampil dalam permukaan kehidupan hukum di Indonesia yang mencatat nama orang Batak dalam daftar pendekar-pendekar hukum, baik sebagai Jaksa, Pembela maupun Hakim. <br /><br />8. PENGAYOMAN<br />Dalam kehidupan sosio-kultural orang Batak kurang kuat dibandingkan dengan nilai-nilai yang disebutkan terdahulu. ini mungkin disebabkan kemandirian yang berkadar tinggi. Kehadiran pengayom, pelindung, pemberi kesejahteraan, hanya diperlukan dalam keadaan yang sangat mendesak. <br /><br />9. KONFLIK<br />Dalam kehidupan orang Batak Toba kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada pada Angkola-Mandailing. Ini dapat dipahami dari perbedaan mentalitas kedua sub suku Batak ini. Sumber konflik terutama ialah kehidupan kekerabatan dalam kehidupan Angkola-Mandailing. Sedang pada orang Toba lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya lainnya. Antara lain Hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber konflik yang abadi bagi orang Toba.<br />( dikutip tanpa merubah dari skripsi penulis : <br />POLA DAN FUNGSI KEKERABATAN MASYARAKAT BATAK TOBA, Sebuah Studi Deskripsi Pada Perkumpulan Marga Napitupulu, Boru dan Bere di Kotamadya Surabaya.<br />ANTROPOLOGI - Universitas Airlangga, Surabaya. 1992<br />http://habatakon01.blogspot.com/</span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-9687583084781624662009-10-06T12:20:00.000+07:002009-10-09T11:32:44.022+07:00Pesta Danau Toba 7-11 Oktober 2009 Siap Digelar<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY975EXs0JuvQ-VtO-y3VGv_ZG8_lJpCIqdttxUydctS9qQ-YnxR2AZTx_55dTQYhglDScalLCwTPkisA1xzbXxfL49VFv_23MKlvcT1lix-xP4lCVwEvPaNh-zCTbGYO9hoIDy0O93mQ/s1600-h/balige_01.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 128px; height: 96px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY975EXs0JuvQ-VtO-y3VGv_ZG8_lJpCIqdttxUydctS9qQ-YnxR2AZTx_55dTQYhglDScalLCwTPkisA1xzbXxfL49VFv_23MKlvcT1lix-xP4lCVwEvPaNh-zCTbGYO9hoIDy0O93mQ/s320/balige_01.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5390451153163371922" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0QlRJ0-OKMbW9yshERgTQvVX1Bw1EtMDHhLgZHQUMAdYtJa_qxNP3bkhpEJ59IFlBBPTEmTtkOH284yLpgHWhvJcRwqEN-yW2jw7ttqBnh7Vp3xwwRP3N-D7HUlyHmzyQlvg8AqebFZU/s1600-h/Ajubata.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0QlRJ0-OKMbW9yshERgTQvVX1Bw1EtMDHhLgZHQUMAdYtJa_qxNP3bkhpEJ59IFlBBPTEmTtkOH284yLpgHWhvJcRwqEN-yW2jw7ttqBnh7Vp3xwwRP3N-D7HUlyHmzyQlvg8AqebFZU/s320/Ajubata.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5390451142401838370" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiib7RhoLL_fx4DAX6oWLfefWopx7zGSQ_qJWMiEbvFK_KRMxxMc6FEVMMANjc4njk4FT9KIQOXlubuI8MLjCEr8xkqORjpa6u4Dd_7EOd4xvvNVC50wqj46nyCGdDO6y3LO5bAYJwq-XU/s1600-h/logo+pesta+danau+toba.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 133px; height: 141px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiib7RhoLL_fx4DAX6oWLfefWopx7zGSQ_qJWMiEbvFK_KRMxxMc6FEVMMANjc4njk4FT9KIQOXlubuI8MLjCEr8xkqORjpa6u4Dd_7EOd4xvvNVC50wqj46nyCGdDO6y3LO5bAYJwq-XU/s320/logo+pesta+danau+toba.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5389353903606003970" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGTmTp3AEM7o59avTksyuombWEKtOr9KVXfKQXsLnCjlUEshYZsLV8Y9m1fRc7QDMayoxnywEARdlus-GprjKdtH1ktkhU2fD1VVgFD75Sxb2FMnTji68LBbF-WgVgZ4fNl1C9jNDSNfM/s1600-h/logo+pdt.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 57px; height: 94px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGTmTp3AEM7o59avTksyuombWEKtOr9KVXfKQXsLnCjlUEshYZsLV8Y9m1fRc7QDMayoxnywEARdlus-GprjKdtH1ktkhU2fD1VVgFD75Sxb2FMnTji68LBbF-WgVgZ4fNl1C9jNDSNfM/s320/logo+pdt.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5389353891036064002" /></a><br />Parapat (SIB)<br />Persiapan teknis pelaksanaan Pesta Danau Toba (PDT) 2009 telah rampung. PDT 2009 tanggal 7-11 Oktober 2009 diperkirakan akan berlangsung sukses, sesuai hasil rapat koordinasi terakhir yang berlangsung di Hotel Parapat, Jumat (2/10).<br />Rapat koordinasi pelaksanaan PDT 2009 dihadiri panitia dan seluruh perwakilan pemerintah daerah sekawasan Danau Toba ditambah perwakilan dari Pemko Tebing Tinggi dan Pemko Medan. Peserta yang hadir terdiri dari Bupati Samosir Ir. Mangindar Simbolon, Wakil Bupati Humbahas Marganti Manullang, Drs Robert Pardede Kadishub Simalungun, dan seluruh Kepala Dinas Pariwisata tujuh pemerintah daerah se kawasan Danau Toba dan Kepala Dinas Pariwisata Popinsi Sumatera Utara Hj. Nurlisa Ginting.<br />Kepala Dinas Pariwisata Porvinsi Sumatera Utara langsung memimpin jalannya rapat koordinasi teknis pelaksanaan PDT 2009 didampingi oleh Hery Virgo Sekretaris Umum Panitia dan dinyatakan bahwa seluruh persiapan pesta sudah rampung dan sudah siap di gelar.<br /><span class="fullpost"><br />Usai memimpin rapat Hj. Nurlisa Ginting menyampaikan harapan dan sekaligus menghimbau kepada seluruh masyarakat Sumatera Utara untuk hadir mengikuti PDT 2009. Karena momentum PDT 2009 adalah sangat penting dalam rangka membangun citra atau image pariwisata yang baik di Danau Toba. Melalui pelaksanaan PDT 2009 kita mampu membuktikan kepada publik bahwa daerah pariwisata yang kita miliki layak dan nyaman untuk dikunjungi oleh semua orang baik itu wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik, ujarnya.<br />Sebelumnya, Sujono Manurung mengatakan, bahwa pelaksanaan pesta Danau Toba 2009 sudah dipersiapkan dengan mantap, materi acara sudah dikemas sesuai dengan selera dan ciri khas kearifan masyarakat lokal, periapan sudah dilakukan dengan baik dan sudah siap untuk menggelar pesta. Pada saat hari pelaksanan dipastikan Gubernur Sumatera Utara bersama rombongan para menteri kecuali menteri Pariwisata akan hadir membuka langsung pelaksanaan Pesta Danau Toba tepat pada hari Rabu (7/9) di Parapat.<br />Lebih lanjut Sujono Manurung menyatakan bahwa pelaksanaan Pesta Danau Toba 2009 adalah momentum tumbuhnya kesadaran dan peran partisipasi dari seluruh warga masyarakat di Danau Toba dalam satu komitmen bersama untuk melanjutkan pengembangan dan pertumbuhan sektor pariwisata Danau Toba. Sehubungan dengan persiapan pelaksanaan Pesta Danau Toba 2009 peran partisipasi masyarakat sepertinya sudah mendapat dukungan yang baik dari pemerintah Daerah se kawasan Danau Toba. Diharapkan dengan adanya sinergi hubungan langsung antara partisipasi warga dengan kebijakan dari pemerintah, pelaksanaan pesta Danau Toba dapat dipastikan akan berlangsung setiap tahunnya dan dimungkinkan dapat menjadi kalender tetap setiap tahunnya, ujar Sujono.<br />Perisapan pelaksana Pesta Danau Toba 2009 yang sudah mantap dilakukan oleh Panitia mendapat tanggapan dan dukungan yang baik dari masyarakat pelaku pariwisata di Parapat Danau Toba. S Hutabarat (59) Ketua Organisasi Pengusaha Sejenis Kapal Wisata (OPS) Marihat Permai mengatakan bahwa Pelaksanaan Pesta Danau Toba adalah kesempatan yang sangat baik untuk mendorong tingkat kunjungan pariwisata ke Danau Toba. Berdasarkan Pengalaman bahwa Pesta Danau Toba dapat mendorong pertumbuhan tingkat kunjungan wisata ke danau toba, akan tetapi harus dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Melalui OPS Marihat Permai kami sangat mendukung pelaksanaan Pesta Danau Toba 2009 dan ikut berpartisipasi untuk melakukan pengembangan pariwisata Danau Toba melalui jenis usaha yang kami geluti setiap harinya.<br />Lebih lanjut S. Hutabarat mengatakan sudah menjadi kebiasaan bagi wisatawan Domestik akan datang berkunjung ke Parapat apabila ada even seperti Pesta Danau Toba, Pesta Rondang Bintang atau pada saat hari libur nasional, Libur Perayaan Idul Fitri, Hari Natal, Tahun Baru dan libur perayaan hari besar keagamaan lainnya. Sementara pada hari biasa tingkat kunjungan sangat sepi.<br />Lebih lanjut S Hutabarat mengakui bahwa pihaknya telah melakukan persiapan untuk menyambut pelaksanaan Pesta Danau Toba 2009, persiapan yang dilakukan meliputi penataan dan pembenahan seluruh armada usaha kapal pengangkutan yang tergabung di OPS marihat Permai, sementara persiapan ini sudah dilakukan jauh hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Ujarnya.(hariansib 04102009)<br /></span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-73551196181794416802009-09-24T18:09:00.000+07:002009-10-02T19:13:41.242+07:00ASAL USUL NI SI RAJA BATAKArtikel ini menggunakan bahasa Batak<br /><br />Mangihuthon torsa ni angka natuatua najolo, anak silitonga do si Raja Batak, adong do hahana na margoar si Raja Asiasi, jala anggina margoar Raja Jau. Amang nasida natolu margoar Eng Domia;<br />margoar huhut Ompu Raja Bonangtua; Ompungna ma Eng Banua. Anggo udutna tu ginjang dang adong be na umbotosa, mythos (hahomion nama i; ai hurang dope parsaoran di tingki i tu luat na asing, dongan bangso na di luar ni halak Batak.<br /><span class="fullpost"><br />Alai adong do na mandok, na lae ni Raja Siam do si Raja Batak. Ditingki parpudion, dung lam bungka pardomuan tu Indonesia on dohot tu luar negeri, lam diboto halak ma adong do na suman kebudayaanna tu kebudayaan ni halak batak; i ma songon margamarga di Lampung, halak Dayak di Kalimantan dohot halak Toraja di Sulawesi. Di Pulo Palawan Philipina pe adong do na mandok halak Batak nasida.<br />Huroha di tingki i, dihamamasa ni parserahon ni jolma sian Siam, adong do na marlayar tu Philipina, Kalimantan, Sulawesi, Sunda dohot Lampung, jala na marlayar tu Sumatera Utara ima Eng Domia (Ompu Raja Bonangtua) rap dohot anakna Raja Asiasi, Raja Batak dohot Raja Jau. Disura roha di Aru ma nasida mandarat, sian i ma lam morotorot tu pedalaman hirahira di parbalohan ni Gayo, Alas, Tano Batak dohot Tano Doli na margoar tingkion tano Jau.<br />Sian i borhat ma Raja Asiasi dompak Alas dohot Gayo, si Raja Batak manuju Pusukbuhit mamolus Karo-Dairi-Parbuluan sahat tu Sianjurmulamula. Ia raja Jau laho ma dompak tano Doli.<br />Anggo Eng Banua ompung ni si Raja Batak rap dohot laena Raja Siam simatua ni Raja Batak tinggal do di banua Siam.<br /><br />Dipungka Raja Batak ma parhutaanna di Sianjurmulamula, dipajongjong ma jabuna, diula porlakna, dibahen pargadonganna, parturan dohot parsabaan.<br />Dung manang sadialeleng Raja Batak manosor di Sianjurmulamula, sorang ma di bortian anak lahilahi dibahenma goarna “Toga Datu”. Dung dapot tingkina martinodohon Toga Datu sorang ma muse anak paidua, dibahenma goarna “Toga Sumba (Raja Isumbaon)”, jala anakna siampudan dibahenma goarna “Toga Laut”.<br />Di na laho matua si Raja Batak, dipasahat do pusaka tu anakna na tolu i. Tu Toga Datu dipasahat ma “Pustaha Surat Agong” namarisi “hadatuon, habeguon dohot pangulubalangon”, tu anakna paidua Toga Sumba dipasahatma “Surat Tombaga Holing” namarisi ruhutruhut ni Uhum dohot Harajaon. Tu anakna siampudan dipasahat parbinotoan “Parhobolon, habaranion dohot habeguon”.<br />Pomparan ni Toga Datu na margoar muse Guru Tateabulan ima sude margamarga na adong di Borbor Marsada dohot Lontung.<br />Pomparan ni Raja Isumbaon ima sude margamarga di pinompar ni Tuan Sorimangaraja: Nai Ambaton/Ompu Raja Nabolon, Nai Rasaon/Raja Mangareak dohot Nai Suanon/Tuan Sorba Dibanua.<br />Pomparan ni Toga Laut na laho tu Karo, Alas dohot Gayo gabe marsada dohot pomparan ni Raja Asiasi, masuk margamarga na adong di Alas dohot Gayo; ima marga Sekedang, Selian, Ciberou, Pinem, Munte, Karo di Alas; jala marga (mergo) Ciberou, Bobasan (Batak na 27), Melala d.n.a di Gayo.<br />Jolma na asing sipaingan tombak nahumaliang Sianjurmulamula naung adong hian do dapot si Raja Batak. Alai di tombak longolongo do ingananna. Pungupungu do nasida maringanan nang mardalani pe; baoa, boruboru nang dakdanak huhut patioptiop giringan napinaulina sian bulu laho mangalului sipanganonna, ima tumbur ni hau manang uraturat na dauk, bulungbulung na poso (punsu ni hau) bungana manang parbuena pe. Diburu nasida do binatangbinatang harangan, pidong manang dengke sian sunge manang tao. Ndang boi jonohan ni halak ro i nasida, pintor hatop do maporus tu tonga tombak i, mangalo do molo targogot. Jadi tung soadong do pardomuan ni si Raja Batak dohot angka anakna i tu halak na asing.<br /><br />GURU TATEABULAN DI SIANJURMULAMULA<br /><br />a. Toga Datu manjalo pusako sian tulangna.<br />Dung timpas dolidoli Toga Datu, tarsingot ma ibana tu ompungna Eng Banua dohot tulangna Raja Siam na di taripar ni laut di tano sihadaoan; tarlobi ala soadong boru na boi olionna di ingananna i, sai adong ma i siboru ni tulang na boi siadopan ninna rohana, dibatahon ma i tu amana si Raja Batak.<br />Diantusi amana do sihol ni anak na i, dibuhulma ari na denggan, diborhati ma anakna i dohot bohal di tongan dalan songon i nang sinjata dohot partahanon, pangulimaon. Dipatorang ma angka sibolusonna di darat nang di laut pe.<br />Nepnep urukuruk do pardalanan na i, lanlan aek toba, di darat so adong dalan na rundut, di laut pe sonang roha. Mansai las do roha ni tulangna i dohot sude tondongna di haroro ni Toga Datu. Naso tupa longkang nian berena i sian lambungna ala sihol ni rohana. Alai dung dirimangrimangi Toga Datu na so adong be boru ni tulangna i na suman todoonna boanonna mulak tu Sianjurmulamula, dipangidohon ma tu tulangna i asa diloas ibana mulak mandapothon amangna, sotung matua amangna i andorang so mulak dope ibana.<br />Diantusi tulang na i do na tarjepol roha ni berena i dohot sihol ni rohana tu amana, diborhati ma berena i dohot barang pusako harajaon dohot hadatuon. Dilehon ma boanonna:<br /><br />1. Hujur Siringis, hujur Jambarbaho, sanggul ni bujing, talitali ni doli, pasahatonna tu anakna turun temurun na so tupa mago.<br />2. Batu martaha, pompang bala saribu jala tulak bala saratus.<br />3. Dua tintin sipajadijadi, jadi tu situmudu jadi tu sialang jadi tu sijagoa dohot tu anak ni tangan.<br />4. Pungga haomasan sipadilatdilatonna molo male dihilala.<br />5. Ontong ma dilehon angka barang pahean, jala diajari beha pamangkena dohot pangulahonna.<br /><br />Dipasupasu ma ibana asa gabe torop mabue, jala asa didongani sahala ni tulangna tongtong. Dung hot ripe ho, hatop do tuaon ni tondim ripem, anak na marsahala do muse anakmi jala marharajaon.<br />Diparborhat ma berena i dohot solu sioloi ajar, na marholehon si bulung bira pargoligoli siamak pandan jala partahutahu siantuk na risi. Dipataru sahalak sangkar soanak lahi, ulubalang parompuan. Nepnep ma laut dibolus di atas ni saniangnaga laut di toru ni saniangnaga langit, sahat ma nasida mardonokhon pulo Aru, sian i masuk tu pulo Morsa.<br />Mulak ma napataruhon i mamboan solu sioloi ajar tu tano Siam. Toga Datu pe mulakma tu Sianjurmulamula mamboan sude pusako na nilehonni tulangna i, mamolus tombak nalimuton dohot tombak longolongo.<br />Dina sahat ibana tu Sianjurmulamula, nunga tarulang hutana i dapotsa, ai naung mate do hape si Raja Batak jala anggina si Raja Isumbaon nunga pinda manosor tu pat ni dolok Pusukbuhit, ima Pangururan nuaeng on.<br />Anggo barita ni Toga Laut dang adong diboto ibana, disura roha na ihut do ibana laho manadingkon Sianjurmulamula dompak tano Karo/Alas.<br /><br />b. Sibasoburning dongansaripe ni Toga Datu.<br />Dipagopas Toga Datu ma parik ni hutana i, dipajongjong ma balebalena, diula porlakna disuani dohot suansuanan na boi panganon; gadong, suhat, gaol, tobu d.n.a. Dibahen do porlak sisoding panuanan ni na hushus, rugirugi, banebane, bonangbonang, saesae. Disuani do huhut ragam ni pulungan ubat, pagar, dorma sitogu harihir d.n.a. Ganup ari sai laho do ibana mandulo porlakna i, dibahen do disi undungundung panisioanna.<br />Adong do sahalak na marbaju, boru ni jolma sipaingan ni tombak na disi na ro jumonok tu porlakna i. Dipamanatmanat ma porlak i, godang ni sipanganon, uap ni na hushus dohot na angur. Lam didalani ma porlak i; diida ma Toga Datu namanisio di undungundungna i.<br />Dipaula so diida Toga Datu do sude, alai dipasang ma dorma sitogu harihir, gabe somabiar be boruboru i gabe lam dipajonok ma tu Toga Datu. Dung manang piga hali songon i, diboan Toga Datu ma boruboru i tu jabuna. Diajari ma taringot tu parhataan dohot paradatan alai dang ditiopi boruboru i, diloas do mulak tu natorasna.<br />Dung manang sadia leleng songonsongoni, lam togu ma holong ni rohanasida. Dipangido boruboru i ma asa marbulan Toga Datu paboa na so tupa bolongkonnonna ibana manang dohononna na mapultak sian bulu; ai lam dao nama natorasna sian ibana molo saut gabe ripe ni Toga Datu. Dioloi Toga Datu ma marbulan, gabe diboan ma boru i tu jabuna, patop mangan ma nasida.<br />Hatop do ditua deba boruboru I, dipaboa ma pangkilalaanna tu Toga Datu. Gabe tubu ma roha ni Toga Datu manungkun partuturan ni boruboru i, dipaboa ma goar ni amangna Sibasoburning, jadi boruboru i gabe boru Sibasoburning ma ai matua goar ni amana do gabe marga ni ianakkonna.<br />Didok boru Sibasoburning ma tu Toga Datu: “Nunga marbulan ho, nunga top mangan hita, nunga adong boaboa na denggan paboa ro ma panggabean parhorasan, ba dang Toga Datu be goarmu, dohot ma Guru Tateabulan ai ditea ho do bulanmu na tu ahu”. Olat ni i, sai Guru Tateabulan nama goar ni sinondukna i dijou boru Sibasoburning.<br />Hu ma dibulanna, gok ma di taonna, sorang ma anak nasida baoa dibahenma goar tulutna “si Raja Miokmiok”.<br />Tolu bulan dope sorang si Raja Miokmiok, nunga ditua deba muse boru Sibasoburning, gabe diadiaon ma rohana. Alai ro do boaboa ni Mulajadinabolon paboa halak na tarbarita do muse na dihiringan manuk, halak na marsahala, taluhonna do jolma, begu nang binatangbinatang pe. Dung tiur haroanna pinarporhas, dibahen ma goar ni anakna i “Sariburaja”, boruna i “Siboru Pareme”.<br />Dilaonlaon ni ari, tubu dope tolu nari anak nasida, dibahen ma goar ni paitolu “Limbong Mulana”, paiopat “Sagala Raja”, jala pailima “Malau Raja”. Sorang dope sada nai boruna i ma namargoar Siboru Bidinglaut na gabe sombaon jonok tu pulo Malau di Simanindo. (Torsa no 20)<br /><br />RAJA UTI (RAJA HATORUSAN)<br /><br />Di na humodohodo boru Sibasoburning, marende ma pidong patiaraja di dangka ni hariara dongdong, baringin tumburjati, siksak ma dohot hilap, mardurum ma ronggur sibola nanggar, dung i hu ma dibulanna, gok ma ditaonna, topak ma na dibortian sada dakdanak lahilahi. Alai hurang do pangarumang ni dagingna, ai jempek do tanganna dohot patna, hira na soadong do tahe idaon.<br />Tangis ma boru Sibasoburning marnida sinuantunasna i, alai diapuli Guru Tateabulan do ripena i, ai naung dipalumba Mulajadinabolon do tunasida dinamambahen pagar parmeme i.<br />Dipagodanggodang nasida ma anakna i, simbur do magodang jala hatop do malo marhatahata, alai dang boi nanggo hundul, sai songoni do modom miokmiok, ido umbahen didok Siraja Miokmiok; nadeba mandok “Siraja Gumelenggeleng”.<br /><br />Dung magodang Siraja Miokmiok, dipangido ma tu inangna boru Sibasoburning asa ditaruhon ibana tu punsu ni dolok Pusukbuhit asa boi sian i ibana martonggo tu Mulajadinabolon. Dipeakhon inana i ma ibana di bona ni hau piupiu tanggule asa adong parbuena na madabu i bahen panganonna. Dilehon ma dohot pungga haomasan asa adong padilatdilatonna. Disima ditonggohon Siraja Miokmiok asa marpanatap Mulajadinabolon manggohi pangarumangi ni dagingna. Dioloi Mulajadinabolon do pangidoanna, lam marganjang ma tanganna dohot patna i, alai tubu ma ihurna songon ihur ni bajonggir jala adong ma hulinghuling na nipis padomuhon ruas ni tanganna dohot ruas ni patna tar songon habong ni haluang.<br />Martonggo ma muse Siraja Miokmiok. Boasa tung songon i pambahenan ni Mulajadinabolon tu ibana, najolo hurang pangarumangi ni dagingna hape ia nuaeng nunga gabe lobi. Dipatorang Mulajadinabolon do tu ibana, ingkon songoni do pangarumangi ni dagingna asa unang boi ibana marsaor dohot jolma manisia, ai gabe malim do ibana na patorushon pangidoan ni manisia tu Mulajadinabolon dohot sipatolhas tona ni Mulajadinabolon tu jolma manisia, alani i margoar ma ibana Raja Hatorusan manang Raja Uti.<br /><br />Dipauli Guru Tateabulan dohot boru Sibasoburning pantangan di ingananna di bona hau piupiu tangke i. Ulok bagandingtua nama donganna disi dohot bujonggir, untunguntung na bolon, leangleang mandi. Dang adong be na boi mamereng Raja Hatorusan manang ise ia so holan Guru Tateabulan dohot boru Sibasoburning dohot anggina Tuan Sariburaja.<br />Dilului Sariburaja do hahana i tu punsu ni Pusukbuhit, diida ma naung adong do ripena margaor “Siboru Lindungbulan” boru ni Ömpu Tuan Bataraguru. Dipaboa ma tu Sariburaja naung dibahen Mulajadinabolon goarna Raja Hatorusan si Raja Uti, raja so haliapan raja sohalompoan. Ditonahon ma asa adong sian pomparanna mambuat goarna dohot goarni harajaonna Raja Hatorusan i, anggo ibana laho borhat nama sian i tu inganan sipatuduhonon ni Mulajadinabolon. Dang hea be dibereng halak Raja Hatorusan i, alai anggo baritana sai muapmuap do ro di dia, didok do ibana na so olo mate, na so olo matua.<br /><br />Dung dapot tingki na binuhul ni Mulajadinabolon, habang manang munsat ma Raja Uti tu ujung ni Barus na margoar huhut ujung Aceh, ala diparbalohan ni Barus dohot Aceh do ingananna i di holangholang ni Aek Uti siamun dohot Aek Uti hambirang. Dipauli ma disi bale pasogitna, parsantian dohot langgatan pameleanna. Holan Raja Uti do maringanan disi dihaliangi angka ulubalangna, angka i ma sialap hata dohot sipasahat tona ni Raja i tu angka nirajaanna. Humaliang huta i adong do tolu lampis panjagana, lampis parbagasan ima ragam ni pandoit na marhabong songon daldal, harinuan, altong, naning, d.n.a. Lampis paduahon angka binatang na marbisa, hala, lipan, ragam ni ulok namarbisa d.n.a. Lampis parduru i ma angka binatang panoro, babiat, gompul, gaja d.n.a, jala di aek Uti siamun dohot hambirang nang dompak laut adong do angka buea nabontar.<br />Dang adong jolma nanirajanna boi mamereng bohina, alai sar do baritana tu sude luat, rade do jolma naniarjanna mangoloi parentana dohot tonana. Molo adong namasa, isara haroro ni logoniari rangga puri matutung, mangido udan paremean, padao bala dohot sahitsahit, Raja i do utusan martonggo tu Mulajadinabolon.<br /><br />Dihaporseai nanirajanna i do na so ra matua jala na so olo mate Raja Uti ala soadong na boi marnida. Alai sian pangulimanna tiris do muse torsa, adong do manang piga sundut Raja Uti, holan na tubutubu gaol do, dang adong na umboto pargantian nasida. Songon on ma didok sundutnasida:<br /><br />I. Raja Miokmiok, Raja Hatorusan I, Raja Uti I, ripena boru Lindungbulan<br />II. Datu Pejel, ima Raja Uti II, ala tibu do ibana mate gabe ripena ma wakil maniop harajaon i, digoari Raja Uti III.<br />III. Datu Borsakmaruhum anak ni Datu Pejel ma muse Raja Uti IV dung magodang ibana.<br />IV. Datu Altongniaji ma muse gabe Raja Uti V.<br />V. Guru Longgam Pamunsak ma gabe Raja Uti VI; jala<br />VI. Datu Mambangdiatas na mambuat boru Mompul Sohapurpuron ma muse na gabe<br />Raja Uti VII. Na parpudi, ima na pasahathon sahalana dohot harajaonna tu Raja Manghuntal Si Singamangaraja I<br /><br />Songon on ma torsana:<br />Marsalisi do Si Singa Mangaraja dohot namboruna Nai Hapatia sian Muara dohot Nai Paltiraja sian Urat. Di dok namboruna i ma: Ünang tung gaja ma diboan ho, anggo bodil do, adong do bodil alo ni bodil!<br /><br />Laho ma Si Singa Mangaraja mangalului huta ni Raja Uti tu Barus ala diboto adong gaja hundulanna. Longang do sude ulubalang ni Raja Uti ala boi Si Singa Mangaraja tolpas tu huta i, mamolus panjagaan ni gaja, babiat binatang panoro, angka ulok dohot binatang na marbisa, songon i nang angka pandoit, ai soadong hea na boi mamolus i. Ro ma dohot boru Mompul Sohapurpuron mandapothon, dipaboama naung opat ari laho Raja i marparau, alai dipahundul do nasida di jolo jabu asa jolo marpaiogon nasida.<br /><br />Dialamat Si Singa Mangaraja do na laho Raja Uti tu bungampara (songkor) ni jabu i, gabe disuru ma naposona paboahon tu jabu asa siganjang ak dilului ingkau ni Si Singa Mangaraja atik pe nunga dipature naposo ni Raja Uti lompan ni halak i di toru.<br />Ditogihon ripe ni Raja Uti ma Si Singa Mangaraja nangkok tu jabu marsipanganon, anggo angka donganna di alaman do nasida mangan. Dipahundul ma Si Singa Mangaraja di atas lage di halangulu, manghunsande ma ibana tu tiang. Dung rade sipanganon, disintak ma ingkau siganjang ak i tu ginjang laho manganhon, alai laos diserbeng do dompak songkor, gabe jumpangma panonggorna dohot Raja Uti, ai ditingkir Raja Uti do sian ginjang manang na tutu olo Si Singa Mangaraja manganhon ingkau gadong i. Mijur ma RajaUti sian songkor gabe mangkatai ma nasida.<br />Dipaboa Si Singa Mangaraja ma sangkapna naeng mangalap sada gaja pahanpahanan ni Raja i; “Boi do lehononku gaja i tu ho alai ingkon ho do mamboan talina jala ingkon jolo pasahatonmu do tu ahu nahupangido on”. Lului ma diahu:<br />1. Sada horbo tunggal, sihalung jala namarngingi di ginjang<br />2. Sada bulung ni ri, bidang na sabulung gaol<br />3. Sada pungga namarimbulu<br />4. Sada lote namarlailai<br />5. Sada tali ni hoda sian rihit<br />6. Sada hambing tunggal sipitu tanduk<br />7. Sada jolma namarsaongsaongkon pinggolna jala namarsabesabehon susuna<br /><br />Mulak ma Si Singa Mangaraja mangalului pinangido ni Raja Uti. Dapotsa ma lote namarlau di Pangururan Samosir, jolma namarsaongsaonghon pinggolna jala marsabesabehon susuna di Simalungun, hambing tunggal sipitu tanduk sian Uluan, tali rihit sian Raja Sijorat Sitorang, pungga namarimbulu sian Laguboti, bulung ni ri sabulung ni gaol sian Sianjur Humbang dohot sada horbo tunggal sihaluang na marngingi di ginjang sian Silindung. Diboan ma i saluhutna tu jolo ni Raja Uti, dipatorang ma lapatan ni i sadasada.<br /><br />Ala boi do diulahon sude pangidoan ni Raja Uti, dipasupasu Raja Uti ma Si Singa Mangaraja, ai nunga tutu ibana ma naminiahan ni Debata. Dipasahatma pusako harajaon tu Si Singa Mangaraja.<br />Piso gaja dompak, piso solam Debata na gabe pusaka di Raja Si Singa Mangaraja turuntemurun, lage haomasan, tabutabu sitarapullang, bunga na so ra malos.<br />Marpadan ma nasida na so tupa paboaonna pangarumangi ni bohi ni Raja Uti agia tung tu ise. Molo diose padanna i pintor mulak do tabutabu i tu Raja Uti, sitarapullang laptanna: sian i dalan na ro sian i do dalanna mulak. Dung masiunduhan di padan i, mijur ma Si Singa Mangaraja tu alaman, ditogihon ma donganna i manali gaja i sada, laos mulak ma nasida tu Bangkara.<br /><br />Hape ditongan dalan i, andorang so sahat dope nasida tu Bangkara, sian na so tinuntun ni Si Singa Mangaraja, dihusiphon ma tu Raja Sijorat pangarumangi ni bohi ni Raja Uti, gabe habang ma mulak tabutabu sitarpullang i tu Raja Uti. Sar ma barita ni Raja Uti tu sude desa na ualu, marujung ma dohot harajaonna jala Raja Singa Mangaraja ma singkatna gabe raja ni halak Batak.<br /><br />TUAN SARIBURAJA DOHOT ANGKA RIPENA<br />Tolu bulan dope naung sorang Raja Miokmiok, nunga ditua deba muse boru Sibasoburning. Dung i hu ma dibulanna, gok ma di taonna, sorang ma muse anakna paiduahon pinaporhas. Rap tubu do ibana dohot iponna, sisilonna pe dohot obukna nunga ganjang, dibahen nasida ma goarna “Sariburaja” jala boruna i margoar “Siboru Pareme”.<br />Magodang ma Sariburaja gabe sangkar dolidoli, nangkok ma ibana tu punsu ni Pusukbuhit, tinggal ma ibana disi tolu ari tolu borngin. Ditingki i mangilulu ma dagingna gabe daging na imbaru, na marsahala, na so boi taluhonon ni jolma, binatangbinatang manang begu laos pe taho.<br />Tubu ma rohana mamereng inganan humaliang luat i. Dinangkohi ma dolok Simanabun, dituati rura Tambunrea mamolus tombak nalimuton dohot harangan rimbunrea. Madangadang ma ibana sahat tu Barus, dapotsa ma disi bosi nasa horbo balgana di gadugadu Sitanggor, binanga buarbuar di ondingonding ni dolok. Suman tu horbo, martanduk, marpinggol jala marihur. Margoar do bosi i pantar bosi, pongatpongatan bosi, pangutpangutan bosi, bosi marihur, bosi malela. Dibuat ma ateate ni bosi i boanonna, jala disurathon ma goarna di atas ni batu i dohot agong.<br /><br />Pangolion ni Sariburaja<br />Nunga tang daging ni Sariburaja, jumpang ma tingkina naeng mambuat boru. Ro ma Nan Tarduhir mangalapi ibana asa nangkok tu Pusukbuhit mangkatai tu Nai Mangiringlaut, boru ni Balabulan. Disura roha, boru ni jolma sapaingan di Pusukbuhit i do i. Dipatop Nan Tanduhir ma Sariburaja dohot Nai Mangiringlaut gabe marsaripe. Diboan Sariburaja ma ripena i tuat tu toru alai dang tu Sianjurmulamula diboan, manosor do nasida tu Pariksabungan. Dipajongjong ma disi jabuna, dipauli ma rumbi sian batu panimpanan ni barang pusaka pauseang nabinoan ni Nai Mangiringlaut, i ma: piso ranggajuma, hujur tombak di langit, batu martaha pompang bala saribu tulak bala saratus, tintin sipajadijadi, pungga haomasan, sande huliman, tajom bara, bodil tarsardopur, giringgiring sianting sabungan na mariaingmarloing. Ditutup Sariburaja ma rumbi i dohot hadatuonna holan ibana do dohot Nai Mangiringlaut na boi mambungka, i ma na margoar “Batu hobon”.<br />Hatop do ditua deba Nai Mangiringlaut, matoras ma eme binoanna i. Nunga tang nang Siboru Pareme laos soadong na marhaseangkon. Laho ma ibana tu Pariksabungan manopot ibotona Sariburaja. Nunga melengeleng rohana mida ibotona i, gere pangkataionna, peut so peut dibahen abitna, sumadoasadoa dibahen pardalanna. Hinata pe bira dohot latong, hapegani dos do rintopna. Gabe manuan bulu ma nasida di lapanglapang ni babi, patuat na so uhum ma nasida mangulahon na so jadi. Hambol ma pat ni Siboru Pareme ala ni utiutianna i, tamba ari tamba tarida ma nabinoanna i.<br />Sar ma barita, pur ma alualu tu pinggol ni Guru Tateabulan dohot anakna Limbongmulana, Sagalaraja dohot Malauraja. Mangasup ma anakna na tolu i ingkon mamusa Sariburaja ala dibahen haurahon.<br />Dipasurut Sariburaja ma langkana martabuni tu tomabak na di Pusukbuhit. Alai ala naung mangilulu i dagingna dang adong dihabiari agia begu aha sude do tunduk mamereng ibana. Ro do bodat Sijumboljumbol manarui parbue ni hau dohot situak ni loba bahen balanjona. Ro do babiat Sibolang gabe hundanganna songon panangga, tusi ibana lao tusi do diihuthon gari modom didongani do Sariburaja pola dibahen songon ripena. Nang sihulambak golanggolang jolma so begu didongani do songon jolmana. Sapala naung pur barita ni sibaoadi sahat ro di dia ninna rohana do.<br />Nunga dirimpu angka anggina i naung mate Sariburaja ala so hea be mumbol alai dang sonang dope roha ni anggina na tolu i. Dialap ma ibotona Siboru Pareme sian Pariksabungan diparadae ma dahanon pitu solup, sada hudon na metmet, sada sonduk, sada raut sidila ni ilik. Dipaksa ma ibotona i mangihuthon nasida tu tombak na limuton harangan longolongo. Marsomba do ibotona i manopoti salana mardongan iluilu mabakbak, alai dang dioloi Limbongmulana dohot anggina nadua i somba ni ibotona i, saut ma borhat nasida. Ganup maradian nasida, sai didekdekkon Siboru Pareme do sobuon asa adong ihuthonon ni Sariburaja mangalului ibana. Sahat ma nasida tu harangan Batu Martindi di dolok ni Sabulan. Dipauli ma lapelapena so mardorpi dohot marpantar, disi ma ditadingkon nasida Siboru Pareme dohot bohalna i.<br />Mulak ma nasida sahat tu Sabulan. Marbulan ma nasida natolu ingkon saroha jala satahi maralohon Sariburaja molo tung mangolu dope ibana, songon i nang tu pomparan ni Siboru Pareme, molo tung adong.<br /><br />ANGKA ANAK NI SARIBURAJA<br />Nunga matoras eme nabinoan ni Nai Mangiringlaut, humodohodo ma ibana naeng mangintubu alai dipangido rohana do naeng jolo pajumpang ibana dohot Sariburaja asa tiur haroan tubu. Asima roha ni anggina Limbongmulana, Sagalaraja dohot Malauraja, dipangido ma sian Guru Tateabulan hujur Siringis hujur Jambarbaho nabinoanna sian tulangna i ma disombahon nasida singkat ni Sariburaja.<br /><br />Ala masa do di luat i ari logo ranggapuri matutung, mijur ma nasida sude tu alaman asa martonggo Guru Tateabulan mangido udan paremean tu Mulajadinabolon. Dipangido Nai Mangiringlaut ma asa dipantikhon hujur i di pogu ni alaman, dung i martonggo ma Guru Tateabulan.<br />Dang sae dope Guru Tateabulan martonggo, humodohodo ma Nai Mangiringlaut, manggunjal ma na dihiringan manuk. Sidung martonggo Guru Tateabulan hu ma dibulanna, gonop diarina, toho ma dipartingkianna tiur ma haroan ni Nai Mangiringlaut, sorang ma baoa. Tompu ma matompas udan sian langit maborbor ma nasida saluhut. Dung sahat tu jabu, dibahen nasida ma goar ni dakdanak i Siraja Iborboron. Laos ala ni i ma ninna umbahen parari gurgur pomparan ni Siraja Iborboron, sai marhobot do langit sai ro do pinomat simbur molo marhorja nasida.<br /><br />Ia Siboru Pareme didapothon Sariburaja do tu pambuanganna i, ndang sonang roha ni Sariburaja sai balisaon do ibana. Maralamat pandang torus ma ibana mandapothon Siboru Pareme diihuthon babiat sibolang i do ibana songon na manganggo bogas ni Siboru Pareme. Diida nasida do sobuon na pinadekdekhon ni Siboru Pareme di tongan dalan i.<br />Dung sahat nasida tu harangan Batu Martindi, diida ma lapelape ni Siboru Pareme asal adong dibahen ibotona i jala dao sian aek, dipaunsat ma dungkan toruan tu lambung mata mual, disima tinggal nasida. Babiat sibolang i ma tongtong ro manarui parbue ni hau dohot angka situak ni loba.<br />Dung i gok ma ditaonna, hu ma di bulanna, jumpang ma arina sorang ma na di bortian anak lahi. Dibahen Sariburaja ma goarna Siraja Altong ala godangan situak ni altong do balanjona. Alai maruba do muse goarna i gabe Siraja Ilontungon.<br />Babiat sibolang pinarjolma ni Sariburaja i pe, ditubuhon ma sada anak jolma baoa. Aris do rupa ni posoposo i tu Sariburaja alai rabuton do sude dagingna, dibahen Sariburaja ma goar ni anakna i Siraja Galeman.<br /><br />Dung sorang Siraja Galeman disuru Sariburaja ma babiat i mulak tu Pusukbuhit, ibana pe pagodanggodang anakna i rap dohot Siboru Pareme. Dung magodang Siraja Galeman hurang mardomu do ibana dohot Siraja Ilontungon gabe laho ibana dompak Dairi, pomparanna ma muse marga Babiat, i ma marga Tambeski dohot marga Napagodang.<br /><br />Rundut partuturan<br />Sar ma barita, pur alualu tu Guru Tateabulan dohot anakna Limbongmulana, Sagalaraja dohot Malauraja naung sorang Siraja Ilontungon anak ni Sariburaja sian ibotona Siboru Pareme. Marsak ma nasida ndada holan ala ni hahaila na so haholipan, alai rundut ni partuturan on ma na maol patureon. Dung mardos niroha Guru Tateabulan dohot anakna na tolu i, songon on ma dibahen nasida partuturon narundut i:<br />Ïa Siraja Iborboron anak siahaan do ibana di Sariburaja ai parjolo do ibana tubu sian ripena naung nirajahon i ma Nai Mangiringlaut. Ia Siraja Ilontungon anak paidua ma di Sariburaja ai parpudi do ibana tubu sian ripena na so nirajahon, alai huhut do i ibeberena, ai na marroharoha do Sariburaja dohot ibotona Siboru Pareme.<br /><br />I ma umbahen didok umpama: “Paramak rere do Sariburaja, maranak huhut maribebere tu Siraja Ilontungon; alai parlage tangki do Siraja Iborboron marlae huhut maranggi tu Siraja Ilontungon”. “Dangkadangka dupangdupang matua haha do anak ni tulang”<br /><br />Martinading hata Sariburaja<br />Marsibunisibuni do Sariburaja manopot jabuna di Pariksabungan dina ro ibana mamereng anakna Siraja Iborboron. Dipasahat ma hujur bosi malela namargoar hujur Siborboron bahen sombana tu anakna i ala so diida tubu.<br />Ro dope Sariburaja mandapothon ripena dohot anakna Siraja Iborboron tu Pariksabungan. Diungkap ma hombungna i jala dibuat ma sian bagasan sada tintin sipajadijadi, senda huliman dohot batu martahan dungi ditonggohon ma hombungna i laos rapet ma langkopna.<br /><br />Ditingki i nunga ditua deba muse Nai Mangiringlaut, dipaboa Sariburaja do parampuan tubuna i jala ditonahon asa bahenonna muse goarna Siboru Sanggulhaomasan. Sorang ma tutu boru i ndang sanga diida Sariburaja be i marhasohotan.<br />Laho ma muse Sariburaja mandapothon anakna di Banuaraja. Dipasahatma tu Siraja Ilontungon sada tintin sipajadijadi songon tanda patuduhononna tu hahana Siraja Iborboron, jala ditonahon ma: Ïa pomparan ni Siraja Ilontungon, marhahahon tulang jala martulanghon haha do tu pomparan ni Siraja Iborboron”. Dipaingot ma huhut asa marsaroha unang adong parsalisian.<br />Laos dipasahat ma huhut dohot pusako batu martaha i tu Siraja Galeman.<br /><br />Di dok torsa, na borhat do Siraja Iborboron sian Pariksabungan mangalului amana Sariburaja, Siraja Ilontungon pe borhat do sian Banuaraja tong mangalului amana Sariburaja sian na so masibotoan gabe jumpang ma nasida di tombak Sisunut dolok ni Harianboho. Marsiranggut ma nasida alai ndang adong na talu ndang adong na monang. Alai molo maradian nasida marsiranggut ro do bodat sijumbojumbol mangummai nasida margantiganti, ujungna masisungkunan ma nasida manang ise be. Dipatuduhon be ma tintin pusaka sian amana Sariburaja, “Ho do i hahang”, ninna Siraja Ilontungon tu hahana Siraja Iborboron na umbalga sian ibana laos masihaolan ma nasida. Rap ma nasida mangalului amanasida Sariburaja alai ndang dapot gabe mulak be ma tu hutana.<br /><br />Ndang adong na mamboto manang didia mate Sariburaja jala manang na didia kuburanna. Na deba mandok na laho do ibana tu Angkola sahat tu aek Parsalinan, sian i muse torus tu Barus jala mambuat boru muse disi. Alai adong do na mandok mate di Pusukbuhit jala dipamasuk Siraja Iborboron tu kuburan batu na ni dakdak pinarade ni Sariburaja hian disi.<br /><br />RAJA HATORUSAN II (TUAN BALASAHUNU)<br />Dung tang Siraja Iborboron dioli ma boru Jau. Dang pola sadia leleng denggan ma pamatang ni boru Jau i, jala dung dapot di arina dohot tingkina sorang ma na dibortian alai hibul songon jelok marbalutan/martastasan. Dibungka ma tastasanna i, marboa ma posoposo i tarida ma anak lahi. Ala na balutan i ibana tubu digoargoari do ibana “Hobalbalutan”.<br />Diririt Siraja Iborboron ma goarna, diingot ma tona ni Raja Hatorusan tu amana Sariburaja asa dipampe goar ni sahalak sian pomparanna mambuat goar harajaonna gabe dibahen ma goar ni anak na i Raja Hatorusan II.<br /><br />Gabe datu bolon do muse Raja Hatorusan II jala paraji nautusan. Boi do dipasang ibana pompang balasaribu tulak balasaratus. Marsahala do ibana jala na sakti gabe dibahen halak do panggoarina “Tuan Balasahunu”.<br />Mangoli ma muse Raja Hatorusan II, ndang apala binoto boru ni ise na nialapna, Sian tunggane boruna i (adong mandok boru Hasibuan) tubu do lima halak anakna:<br />1. Anak sihahaan margoar: Ompu Tuan Rajadoli namargoar huhut Datu Taladibabana. Dungkon mate amana ditadingkon ma Pariksabungan mangalului panjampalan nalumomak. Alai dipudi muse bungkas do nang angka anggina i sian Pariksabungan, ai hatiha parserahan ni jolma do tingki i tu desa naualu. Torsa ni Ompu Rajadoli paboaon dope muse di pudi (Torsa no.7).<br />2. Anak paidua margoar Datu Rimbang, na borhat muse dompak Sarinembah.<br />3. Anak paitolu goarna Datu Altong (Altokniaji), na bungkas muse tu tano Karo masuk marga Kacaribu mangoli boru Tompul Sipurpuron.<br />4. Ompu Sahangmataniari, na bungkas tu Toba parhabinsaran sian i muse tu Bandarpulo torus tu Pane donokkon Asahan. Anakna ma Raja Margolang, pomparan ni Raja Margolang gabe marga Margolang do muse.<br />5. Anakna siampudan margoar Ompu Sindar Matanibulan namargoar huhut Datu Mombangnapitu mambuat boru Tompul Sipurpuron ripena I i ma ina ni Simarimbulubosi na marhuta di Sibaragas Sipultak. Ripena II boru Harondangpane, sian i pitu anakna sahali tubu alai sude do muse sahali mate.<br /><br />Dung matua Raja Hatorusan II, ditanom pomparanna ma ibana di parbandaan Rianiate di lambung kuburan ni amana Siraja Iborboron dohot Guru Tateabulan.<br /><br />OMPU TUAN RAJADOLI NA MARGOAR DATU TALADIBABANA<br />Ia anak sihahaan ni Raja Hatorusan na margoar Ompu Rajadoli borhat ma ibana manadingkon anggina na opat halak i sian Pariksabungan dompak Habinsaran mangalului panjampalan na lomak.<br />Datu bolon do Ompu Tuan Rajadoli, sian ibana do parmulaan ni “manuk di ampang”, malo do ibana maroingoing. Molo maroingoing ibana, marhaliang ma jolma i jala pintor tubu ma disi siubatanna angka na niulpukna. Ima umbahen dibahen halak goarna Datu Taladibabana, parjagajaga di bibirna parpustaha di tolonanna.<br /><br />Mangihuthon parmanuhan dinabinahenna di Pariksabungan di na laho pinda ibana, tu pat ni Pusukbuhit do ibana manosor alai manggurui do ibana disi, ai mamintor mate do hoda hundulanna laos digoari ma i Pangururan.<br />Mardalan ma ibana dompak habinsaran mangalului tano na tipak di rohana huhut do ibana marjuji dohot pinadatu. Molo talu ibana, maroingoing ma ibana asa marhaliang jolma i ulpuhonna, ise siubatanna. Songon i ma dibahen paima sahat ibana tu ujung ni dolok Samosir parhabinsaran. Martangiang ma ibana disi anggiat dipatuduhon Debata tano siinganananna, laos dibahen ma goar ni inganan i “Sitamiang”, i ma Gultom nuaeng.<br /><br />Mangihuthon alamatna, tuat ma ibana tu toruan tu topi tao, toho ma ro mamolus sian i parsolu marga Siregar nanaeng taripar tu Sigaol. Dipangido ma asa dohot ibana sungke tu solu i, gabe marluga ma nasida tu Sigaol, didok ma goar tinadingkonna i “Sungkean”.<br />Ditorushon do pardalananna dompak dolok, diparik ma disi parhutaanna alai ndang saut diingani, ditorushon do pardalananna tu Utara. Dapotsa ma disi godang tubu hau motung adong muse ma holan hau dongdong. Ia dongdong on sipanganon do parbuena alai sai sanga do diallang pidong sambola. Disi ma dipungka Ompu Tuan Rajadoli parhutaanna jala digoari ma i huta “Dongdong”, i ma na dilambung ni Motung nuaeng.<br /><br />Ndang pola haru dipaboa di torsa manang marga dia do dongan saripe ni Ompu Tuan Rajadoli. Adong na mandok boru Hasibuan alai boru do buhabajuna na margoar “Siboru Huta Hot”. Adong do muse lima anakna, dibahen do muse goar ni sihahaan i Sariburaja II mambuat goar ni ompungna parginjang.<br />Ia ro ma Raja Mangareak sian huta Harianboho Pangururan anak ni Tuan Sorimangaraja tubu ni Nai Rasaon mandapothon Ompu Tuan Rajadoli tu Dongdong mangoli boruna Siboru Huta Hot i, disondukhela ma ibana.<br /><br />Dung lam matua Ompu Tuan Rajadoli dilehon ma parhutaan ni helana dohot boruna i tano Sibisa ala nunga sai mangido manjae nasida sian huta.<br />Mangiburu do sude anakna i ala ni i, manginongi ma roha nasida ala songon na sumangkan diida amana i marboru, laho ma nasida mandaodao masitopot dalanna be.<br />Alai ndang pungu nasida sadalanan, masitopot lomo ni rohana be do.<br />1. Anakna sihahaan Sariburaja II (ida torsa no 8)<br />2. Anakna paidua Sipahutar morot do dompak Parparean, adong do anakna sada margoar Matasopiaklangit. Sada do matana di holangholang ni salibonna balgana nasa sapaluan ni ogung. Tajom do pamerenganna, boi do diida pidong na meat di punsu ni hau di atas dolok. Molo ditailihon tu langit boi do diboto andigan ro udan. Bungkas do muse nasida tu Parsambilan, muli do boruna tu Sitorus Pane na disini. Adong do opat anak ni Matasopiaklangit, sihahaan laho tu Bandarpulo, paidua dompak Pagarbatu, paitolu dompak Parsingkaman, paiopat dompak Padangbolak.<br />3. Anakna paitolu Siraja Hatioran (Datu Singa), i ma naumpompar marga Harahap. Rap borhat do ibana dohot Sariburaja II tu Janjimatogu rap dohot anggina Siraja Tanjung. Morot do muse nasida sian i dompak Parparean. Sian i ma Sariburaja marsolusolu tu Sigumpar. Anggo Raja Hatioran laho do dompak habinsaran, sian i muse tu Pangaribuan jala ditorushon muse tu Silantom sahat tu Angkola. Marharajaon do nasida disi jala lambas tanona.<br />4. Anakna paiopat Siraja Tanjung, sian Janjimatogu laho do tu Lobuhole Habinsaran. Na deba laho do dompak Silindung sahat tu Barus, nadeba nari laho do dompak Angkola.<br />5. Anakna pailima Ramberaja, mulak do dompak Sianjurmulamula, alai laho do muse sian i dompak Barus. Pomparanna marga Rambe na marserak di Barus, Singkil, Dairi sahat tu bagian Langkat.<br />Boruna buhabaju margoar Siboru Huta Hot muli do tu Raja Mangareak na ro sian Harianboho Pangururan. Dipajae Datu Taladibabana do nasida tu Sibisa. Alai di na sarimatua muse Datu Taladibabana dipasahat do tu boruna i parhutanna di dongdong dohot sude tano ulaon tu helana i ala soadong be anakna tinggal di lambungna.<br /><br />Sipatangkason:<br />1. Di rapot ni pomparan ni Datu Marhandangdalu di huta Matondang Tarutung ari 28/29 Februari 1962????? Adong do manang piga sian marga Sipahutar dohot Harahap mandok Datu Marhandangdalu do ompunasida, alai di pudi di pelaksanaan ni tambak i tarida do na so rim sude marga nadua i mandok na pomparan ni Datu Marhandangdalu nasida.<br />2. Adong do deba mandok anak ni Datu Pompangbalasaribu do si Tanjungdolok, alai molo niida torsani Datu Pompangbalasaribu dohot Isangmaima (Datu Pulungantua) manang Datu Rimbangsaudara (Datu Marhandangdalu), sian sihadakdanakonna, pargulutan di hujur pusako i sahat tu hatutuana ndang hea martaringot Tanjungdolok, gabe songon na tumoho do ibana anak ni Datu Taladibabana. Alai sipatangkason dope na dua on dia sasintongna.<br />3. Di Tarombo binahen ni W.Hutagalung al.65 dohot B.Sej.BS. al.65 marhaha maranggi do Sipahutar-Harahap-Tanjung dohot Rambe.<br /><br />SARIBURAJA II MANOMBANG TU TANO HAUNATAS<br />Tar suman do parsorang ni Tuan Sariburaja tu parsorang ni anak sihahaan ni Datu Taladibabana, rap tubu do ngingina, obukna dohot sisilonna pe nunga ganjang, alani i dipampe ma goarna Sariburaja II.<br />Mambuat boru di Uluan do ibana, disura roha marga Hasibuan do i ai i dope marga na adong disi. Lumomo do roha ni anak ni Datu Taladibabana mangaranto humolang sian natorasna. Laho ma nang Sariburaja II dompak Janjimatogu, morot do muse sian i dompak Parparean rap dohot Raja Hatioran. Holan Sariburaja II nama dohot ripena marsolusolu dompak Sidais ai nunga pulik dalan ni anggina Raja Hatioran na laho dompak Habinsaran.<br /><br />Dipauli Sariburaja II ma soluna sian bulu tolong hibulhibul dirahut marrupahon solu. Dibahen do hundulhundulanna bage marpangunsandean, bulu na ganjang do dibahen holena ima ditungkolhon tu tano/gambo na dibagasan aek i mamolus arung dohot ansising. Sahat ma nasida tu na buntul di Sidais, maradian ma nasida disi naeng mambahen parhutaan ala napu tano i diida. Hape marsahitma boruna Siboru Dongdong Saroding na tubu uju di Dongdong dope nasida, laos mate do boruna i jala dikuburhon do disi.<br /><br />Borhat ma nasida dompak Hasundutan, ditadingkon ma gomparanna disi, mardalan tot ma nasida sian buntulbuntul i sahat tu Laguboti. Diida ma angka hau na timbo dingkan Angkola ala ni napuna do i ninna rohana. Disi ma Sariburaja II manombang, manosor parhutaan, dibahen ma goar ni huta na i “Haunatas”(hau na atas) disi ma ibana maringanan sahat ro di na mate.<br />Di na ro Patuan Suriga pomparan ni Tuan Sihubil Tampubolon tu inganan tinadingkon ni Sariburaja II i dapotsa dope gumpar i gabe dibahen ma goar ni luat i Sigumpar.<br /><br />Tarbarita do Sariburaja II na sian Haunatas di sude Toba Holbung ai datu bolon do ibana pataoar sipangabangabang sipangubungubung dagingna pe togos, malo marmonsak digoari do ibana pangulima. Tarsuman do tu Sariburaja I ndang taralo halak ibana, gabe dibahen ma pangoargoarina “Datu Rimbangsoaloon”.<br />Gabe jala sarimatua do Sariburaja II (Datu Rimbangsoaloon) mangingani bona pasogit ni Pasaribu Haunatas, adong do onom anakna dohot dua boruna:<br />1. Anakna sihahaan i ma Datu Pompang Balasaribu na umpompar Pasaribu (torsa no.9)<br />2. Anakna paidua Siraja Matondang datu bolon parlamat pandang torus, namadangadang do ibana manandangkon hadatuonna. Marserak do pomparanna adong di Sijamapolang, Pakpak, Angkola dohot Kualu.<br />3. Anakna paitolu Raja Saruksuk, hatop do laho jalang; pomparanna marga Saruksuk maringanan di Barus, Pakpak dohot Karo.<br />4. Anakna paiopat Raja Sitarihoran, na utusan do marultop marburu pidong tu harangan dohot tombak. Pomparanna adong do di Barus, Silindung, Angkola deba tu Karo dohot Sarinembah.<br />5. Anakna pailima Raja Parapat, laho do dompak Parapat, Simalungun. Pomparanna adong do di Toba, Silindung, Barus dohot di Angkola (Potibi Padang Lawas)<br />Boru ni Sariburaja II sihahaan margoar Nai Antingmalela na muli tu Sibagotnipohan anak ni Tuan Sorbadibanua di Balige. Dipangido Sariburaja II do bolina marutang di pudi, ganup taon lehononna sada horbo pelean tu dolok Tolong dohot sada lombu pelean tu Paindoan. Dioloi Sibagotnipohan do i, nunga ngernger gararon utang ninna rohana. Dipudi muse didok Sariburaja II ma asa unang be dipasahat i tu ibana, Sibagotnipohan sandiri ma mamelehon horbo dohot lombu i tu hasahatanna.<br />Boru siampudan margoar Siboru Pantisabungan na muli tu Babiat Naingol marga Sinaga sian Pariksabungan. Tusi do dipalumehon Datu Marhandangdalu hujur na nialapna sian banua toru saleleng na masimusuan i ibana.<br /><br />Sipatangkason:<br />Di rapot ni pomparan ni Datu Marhandangdalu di huta Matondang Tarutung ari 28-29 Februari 1962???? Adong do manang piga sian marga Matondang, Sitarihoran dohot Parapat na mandok dohot nasida anak ni Datu Marhandangdalu, alai di pudi di pelaksanaan ni tambak partanda tarida do na so rim sude margamarga na tolu i mambuktihon na dohot do nasida pomparan ni Datu Marhandangdalu. Sipatangkason dope dia na sasintongna di na laho mamestahon tambak partandaan i.<br />Di bungku Tarombo W.Hutagalung al.65 dht Sejarah Batak B.S/al 65 martinodohon do Matondang, Saruksuk, Sitarihoran, Parapat, Parubahaji (marga Tinedung dohot marga Sipangkar).<br /><br />DATU POMPANGBALASARIBU SAHAT TU SIPULTAK<br />Sian na metmet dope anak sihahaanna i nunga sai diajarajari Sariburaja II (Datu Rimbangsoaloon) taringot tu hadatuon dohot hapangaulimaon. Molo ro siseanna marguru manang molo laho ibana manandangkon hadatuonna sai dohot do anakna i dipaboanboan. Tung sude do parbinotoanna i ditungkishon tu anakna i sahat tu pompang balasaribu tulak balasaratus pola dohot goarna dibahen “Datu Pompang Balasaribu”.<br />Ala ni hadatuonna dohot hapangulimaonna dang sangkot ibana di huta. Dolidoli dope ibana nunga laho manandangkon na binotona tu Balige maringanan di Onanraja. Mahap ibana disi, nangkok muse tu Gumbot, sian i tuat tu Tarabunga. Songonsongon i ma ibana madangadang sian luat nasada tu luat na sada nari.<br /><br />Dung manang sadia leleng ibana di Tarabunga tuat ma muse tu Meat, ditorushon muse tu Sitanggor nangkok dompak Paranginan torus tu Lintongnihuta. Dung sahat tu Sipultak maradian ma ibana disi ala toho tano i tu rohana bahen ingananna. Dipungka ma disi hutana, dipajongjong jabuna, diula porlak dohot parturan, dipungka ma dohot pahanpahananna, digoari ma hutana i Pea Horsik Sipultak.<br />Dibuat ibana ma boru ni luat na disi bahen pardihutana i ma boru Hombing. Adong do dua halak anakna dohot sada boruna. Goar ni anakna i:<br />1. Isangmaima na margoar muse Datu Pulungantua, anakna ma Tumonggo Lubis naumpompar marga Lubis<br />2. Datu Rimbangsaudara namargoar muse Datu Marhandangdalu, anakna ma Sariburaja III naumpompar marga Pasaribu. (torsa no. 10 dohot 11)<br />Digoari Datu Pompangbalasaribu do boruna i Siboru Sanduduk i ma na muli tu anak ni Namboruna Siboru Pantisabungan na muli tu Babiat Naingol Sinaga di Pariksabungan.<br /><br />Sipatangkason:<br />Adong do na mandok dohot do Tanjungdolok anak ni Datu Pompang Balasaribu alai molo pinatangkas torsa ni Datu Pompang Balasaribu dohot torsa ni anakna Isangmaima (Datu Pulungantua) dohot Datu Pompang Balasaribu (Datu Marhandangdalu) mulai sihadakdanakonna dohot parmusuon siala hujur pusako i, dang hea martaringot goar ni Tanjungdolok; gabe hira tumoho do pandok ni na mandok: Anak ni Datu Taladibabana do Siraja Tanjung, alai siluluan dope hatorangan na tumangkas. Ida torsa no.7<br /><br />DATU RIMBANGSAUDARA (DATU MARHANDANGDALU)<br />a. Hadakdanahonna<br />Dipaboa Datu Pompangbalasaribu do sangkapna tu ripena boru Hombing tarsingot tu anakna Isangmaima dohot Rimbangsaudara songon on:<br />1. Isangmaima ajaranna tu hadatuon na madangadang muse tumandangkon hadatuon tu luat na asing, alai<br />2. Rimbangsaudara ajaranna ma martungkuang dohot marpadot asa adong tinggal dapoton di huta.<br />Dialo boru Hombing do i, di dok ingkon rap ajaranna nasida na dua tu hadatuon, partungkangon dohot hapadoton. Alai ndang ditangihon Datu Pompangbalasaribu, holan Isangmaima do diajari taringot tu hadatuon i.<br /><br />Dihusip inana do Rimbangsaudara asa dipajonokjonok di pudi ni amangna uju diajarhon hadatuon i tu hahana manang tu halak na asing pe na ro marguru manang marubat tu ibana.<br />Na torus do roha ni Rimbangsaudara sude do dapot rohana hadatuon ni amana i, gari taoar najinalo ni amana sian ompungna Sariburaja II dapot do dibuat satonga be dipamasuk tu guriguri najinalona sian amangboruna Babiat Naingol i ma taoar: Ajimalim, Sitampar api dohot Sibola nanggar. Disimpan ma i tu inganan na buni na so sihasohasoan.<br />Dua hali masiujian gogo Rimbangsaudara dohot Isangmaima, masitalu gogo masionjoran andalu ma nasida parjolo sahali, talu do Isangmaima. Paduahalihon marsiadu maringkat masilelean. Ndang dapot Isangmaima dilele Rimbangsaudara, alai anggo Rimbangsaudara pintor dapot do dilele Isangmaima jala ditangkup.<br /><br />Marsak do Datu Pompang Balasaribu paidaida parbadabadaon ni anakna na dua i. Dijou ma nasida nadua, dipaingot ma asa unang be marbadabada. Disuru ma nasida mangalului boru asa boi nasida hatop pajaeonna. Mambuat boru ma Isangmaima, dang haru torang binoto boru aha dibuat; adong na mandok boru Hasibuan alai laos adong do mandok boru Sitompul. Ba tumangkas ma marga Lubis umboto manang mangalului.<br />Dipajae natorasna ma anak i, dipungka ma parhutaanna di Lobu Silosung humolang otik sian Pea Rihit.<br /><br />Rimbangsaudara pe laho ma mangalului boru tu Lintongnihuta dipasaut ma boru ni tulangna marga Sihombing Lumbantoruan. Ibana pe manjae ma di sosor Lobu Sipinggan nuaeng. Balga jala uli do dibahen jabuna ai tungkang do ibana, lambas jala renta do parporlahan dohot parladanganna ai na padot do ibana. Torop do halak ro mangido pangurupion nang sian luat na dumao ai nunga datu bolon ibana margoar “Datu Rimbang Saudara”.<br /><br />Ia dung manjae anakna na dua i lam matua ma Datu Pompang Balasaribu, dipasahat ma hujur siringis, hujur jambarbaho na binoan ni Guru Tateabulan sian huta ni tulangna jala na turuntemnurun tu Raja Iborboron sahat tu Datu Pompang Balasaribu, riperipe nasida do i dohot Datu Rimbangsaudara boi margantiganti mamangke hombar tu haporluanna be. Mate ma Datu Pompang Balasaribu di hutana Pea Rihit.<br /><br />b. Datu Rimbangsaudara tuat tu banua toru<br />Mansai uli do suansuanan di porlak ni Datu Rimbangsaudara ala ni padotna mulaulaon hape ro do aili mangugei suansuananna i. Dionggop Datu Rimbangsaudara ma i rap dohot ripena boru Hombing, diida nasida ma ro pitu aili marudur, naumbolonna ma di jolo. Mabuk ma Datu Rimbangsaudara mangalap hujurna sian jabu, mundukunduk ma ibana mangonggop aili i, dipantom ma na umbalga i, i ma aili sibolang na marrante alai ndang bil maleu do mata ni hujurna i jala maporus ma sude aili i.<br />Laho ma Datu Rimbangsaudara manopot Datu Pulungantua dipangido ma tu hahana i asa pangkeonna jolo hujur pusako riperipenasida i, ai ingkon na martuatua do asa bil tu aili sibolang na marrante i.<br /><br />Dilehon Datu Pulungantua do hujur i tu Datu Rimbangsaudara alai dibahen janji na so jadi mago jala ndang jadi singkat ndang boi abul, molo so mulak parsomba ma hamu nasaripe tu ahu.<br />Ndang pola dialusi Datu Rimbangsaudara hatana i, so na mago i ai ahu do na mamangke dung i so na pangumpolanna i, riperipenami do, ninna rohana.<br /><br />Tongon ma tula; bulan mangarinsan, rondang do bulan i songon arian, laho ma Datu Rimbangsaudara rap dohot boru Hombing mangonggop aili i tu porlakna. Marudur ma tutu aili i, sibolang na marrante i do di jolo. Dung jonok, diromparhon Datu Rimbangsaudara ma hujurna i, tung sangkan do hona sasap ni aili i. Disoro Datu Rimbangsaudara ma boturan ni hujur i laho patundukhon nian hape tanggal ma boturan i mumpat sian matana, ai naung lumbang do i huroha ala na leleng somarpangke. Maporus ma aili i sude mansai hatop ndang tarihuthon ni Datu Rimbangsaudara, tarhatototng ma nasida mulak tu jabuna. Marsogotna i diihutihut nasida ma bogas ni aili i, sahat ma tu lubang samudora, masuk do aili tu bagasan lubang i.<br /><br />Tarsingot ma rohana tu hujur pusako, hujur jambarbaho riperipenasida i. Dielek Datu Rimbangsaudara ma hahana i, dipaboa ma parmago ni hujur riperipenasida ai na rap agoan do nian nasida. Pir do roha ni Datu Pulungantua, jogal do ibana jala koras do hatana: Ïngkon parsomba hamu sude molo so dapot hujur i”, ninna.<br />Mardosni roha ma boru Hombing dohot sinondukna songon on: “Niduda ma na marlangkat, sineat ma namargota, tinutungan ma na marimbulu, siniuk ma indahan, tinanggo ma juhut, tinonggo ma raja ni dongan tubu, dongan sahuta, raja ni boru dohot raja ni hulahula.<br />Ro ma tutu sude nasida, dipajojor suhut ma parmago ni hujur riperipe i dohot na malobihu hata sian Datu Pulungantua ai riperipe ndang tarbahen pangumpolan. Saroha ma angka raja i laho paingothon Datu Pulungantua, alai ndang marguna tong do jogal rohana.<br /><br />Mangihuthon alamat pandang torus ni Datu Rimbangsaudara ditogihon ma sampuluopat halak angka na togos donganna papunguhon hotang, diboan ma i tu baba ni lubang samudora i. Dibahen ma songon geanggeang, diisi dohot batu dungi ditantan ma tu toru hape tong do ndang sahat, gaunggaung dope.<br />Ditambai dope hotang i nasai nari ipe asa tandos di toru. Dipantikhon ma hariara na saborotan, ditambathon ma hotang i mansai momos, disuan ma pitu hambona gaol humaliang ni lubang i.<br />Mulak ma ibana tu huta, ditonggo ma muse raja, dipaboa ma tu nasida pambahenan ni hahana i na gurgur sian uhum na lompo sian patik, ai matua siluluan do na mago sisingkaton na so disi, bahen tampahan ni na pinsur pamalunan ni na bolak. Asa tumpak ma tondinasida tumpak sahalana paborhathon ibana asa dapot naniluluan jumpang ma najinalahan.<br /><br />Dipangido ma sian ripena boru Hombing todotodoanna, i ma: indahan jinagaran, pira ni ambalungan, pusupusu ni pinahan, sitompion na godang, gaol siaunon, ansimun na martangan, rudang sijagaraon, dengke nionang, itak gurgur, napuran na hombang dohot pining tingkiltingkilan.<br />Ditujungi nasida ma ruma dohot sopo ni Datu Rimbangsaudara, martujung ma inangna boru Hombing dohot ripena boru Hombing, diihuthon ma anakna Sariburaja III; anggo Raja Dohang dibortian dope tingki i. Marsiroprop ma andungnasida songon na mangudurhon na mate tu udean.<br />Martonggo ma Datu Rimbangsaudara tu Mulajadinabolon dohot tu sumangot ni ompungna asa dihorasi jala ditumpahi ibana di pardalananna asa tiur songon ari, rondang songon bulan dapot na niluluan jumpang na jinalahan dao ma samban bingkolang.<br /><br />Dipaboa ma tu inana dohot ripena, molo malos hau dohot gaol on, boaboa ni naung mate ma ahu; alai molo tubu do, i ma boaboa namangolu dope ahu. Disintak ma sabukna dialithon ulosna dihadang hampilna.<br />Ditiop ma hotang i laos dihapit dohot ina ni patna tuat ma ibana ngernger tu toru, diida ma lam tu toru lam marlambas do liang i. Lam golap ma diida di toru ala so adong be hatiuron, songon borngin nama golap marimpotimpot. Hape dung sahat tu tondolan muba ma pamerengna songon pamerengan ni haluang dohot sipahut diida ma hau hariara do hasangkotan ni hotang i. Dituati ma hariara i tu toru gabe jumpang ma ibana dohot begu sipitu ulu si sada haehae na mandok tu ibana: Ïse do ho na mardarasmardiris i, sotung hulatang ho sotung hulutung hualithon tu andor tabu, sotung hupangan ho sotung hututung hupiringhon tu hombarjabu.<br /><br />Dipasang Datu Rimbangsaudara ma partahananna, didabu ma sipatulpak laos dialusi ma: Ähu ma da na ro tu banuamon manandanghon hadatuon, manandanghon bisa, mamboan taoar ajimalim sitampar api sibola nanggar taoar sipangabangabang sipangubungubung taoar sipangolu naung mate siparata naung busuk, pagar simangonangon pagar sijambeulubalang”, laos dipispihon ma pagar na i tu begu sipitu ulu sisada haehae i. Tunduk ma begu i marsomba tu Datu Rimbangsaudara.<br />Dipaboa ma na disuru Raja Banuatoru do ibana manjaga ruang tu banua tonga hatuatan tu banuatoru ai ingkon na diloas Ompu Banuatoru do asa boi mamolus sian on. Namarsahit do nuaeng raja i hona runja dibanuatonga. Nunga sude datu ni banuatoru on dijou mangubati alai ndang adong na tolap. Molo boi taoaronmuna dohot pagarmuna lehononna do boruna i upamuna.<br />Dipatuduhon ma dalan tu huta ni Raja i, ingkon mamolus aek parsalinan do. Manang ise na mamolus aek i taripar tu bariba an maruba ma rupana gabe binatang alai molo taripar muse tu bariba on mamolus aek i muba ma rupana songon rupana hian. Rara do aek i, i do patindahon rupani na mamolus aek i.<br /><br />Dijonohi nasida ma aek i ditampul ma sanggar lahi disornophon tu aek i pintor gabe tungkot balehat, dibahen muse tolong pintor gabe tungkot panaluan. Dibahen muse pitu buhu bulu suraton pintor gabe pustaha bulu.<br />Maralamat ma Datu Rimbangsaudara manang na beha bahenonna, diboto ma dia lapatanna i; ingkon muba rupana gabe babi molo tariparanna aek i gabe soboi be dapotsa mata ni hujur i. Martonggo ma ibana tu Mulajadinabolon asa diparo ari logo ranggapuri matutung diharoroan ni aek i di banua tonga asa marsik aek i. Dioloi Mulajadinabolon do tonggona i alai ingkon paimaonna do manang sadia leleng asa moru aek i.<br /><br />Tinggal ma jolo ibana rap dohot begu sipitu ulu sisada haehae i, diguruhon ma pustaha bulu na sian aek Parsalinan i. Diguruhon ma angka pustaha hadatuon ni begu parbanuatoru i songon mangalimunon dohot taoar rugirugi, taoar bonangbonang, parsineangon dohot taoar banebane, paulak tondi tu ruma dohot taoar saesae, songon i dohot ragam ni suansuanan bahen pulungan.<br />Leleng di parlelengan marmetmet ma aek Parsalinan i dingkan juluan hatariparan i, mullop ma batu angka na bolon marholangholang dua dopa. Dipangke Datu Rimbangsaudara ma parsineangon, manimbungnimbung ma ibana sian batu na sada tu na sada nari gabe taripar ma ibana tu bariba so pola dais tu aek i.<br /><br />c. Mulak mata ni hujur i tu Datu Rimbangsaudara<br />Di bariba ni aek i pajumpang ma ibana dohot “sipatundol ni begu”, di dok ma tu Datu Rimbangsaudara: “Marhua ma ho ro tu banuanami on, patindatinda rupa paubauba tompa, aha binoanmu, ise tinopotmu?”<br /><br />Dipaboama na mamboan taoar do ibana, taoar pangabangabang pangubungubung sirungrungi na dapot bubu siharhari na dapot sambil, pagar dungdang soaloon pagar tanduk so suharon.<br />“Molo tutu do i, beta ma hita tu huta ni Ompu Raja Banuatoru ai tarrunja do ibana di banua tonga, nunga sude datu di banuatoru on mangubati alai ndang olo malum”ninna begu i laos borhat ma nasida.<br /><br />Di tongan dalan pajumpang ma nasida dohot boru ni Raja i gabe i nama mandongani Datu Rimbangsaudara sahat tu huta ni Raja i. Nangkok ma nasida tu jabu, dipatuduhon boruna i ma sahit ni amana i. Diida Datu Rimbangsaudara ma mata ni hujurna i na solot di sasap ni Rajai ai na patinda rupa do hape ibana songon babi, ai homang do hapenasida.<br />Dijanjihon Raja i ma lehononna sahalak boruna i gabe ripe ni Datu Rimbangsaudara asal ma malum sahitna i.<br /><br />Dibungka Datu Rimbangsaudara ma hampilna, dibuat ma taoar siaji malim na bolon didaishonma humaliang bugangna i, dilehon ma taoar sipangabangabang sipangubungubung inumonna, dilehon ma gundur pangalumi dohot ansimun pangalambomi allangonna. Lambok ma tutu dihilala na marsahit i ndang adong be nahansitna jala boi ma ibana sonang modom. Ala ni i pintor dilehon ma boruna siahaan na ummuli i gabe ripe ni Datu Rimbangsaudara.<br />Ganup ari lao do Datu Rimbangsaudara mamulung ubat ai ganup ari do mubauba ubatna dibahen. Laos dilului ma toras ni bulu godang, diarit ma i apala suman tu mata ni hujurna i didaishon ma dohot aek napuran asa suman tu bogas ni mudar dipamasuk ma i tu hampilna i.<br /><br />Di na sabodari, dipapungu Datu Rimbangsaudara ma angka pulunganpulunganna di lambung podoman ni na marsahit i dibahen ma rimberimbe amak haliang, disuru ma sude mijur tu toru asa unang maila haruar runja i, ninna. Ditutup ma ulu ni na marsahit i dohot rugirugi, bonangbonang dohot banebane, manjurgang ma Datu Rimbangsaudara, dibungka ma hampilna dijolona, didais ma humaliang bugang i dohot taoar ngernger ma dienet mata ni hujur i jala pintor dipamasuk tu hampilna i laos dibuat ma toras ni bulu godang niaritna i, didais dohot aek napuran dilehon tiopon ni na marsahit i. Ditaoari ma muse bugang i asa unang busuk jala hatop martutup.<br /><br />Dijou ma natorop sude masuk tu jabu, dibungka rimberimbe i, dipapungu pulungpulungan i, dijalo ma runja i sian na marsahit i laos dipatuduhon ma tu nasida sude. Dipamasuk ma muse tu tabutabu dibahen ma taoar aek tu bagasan na, ndang boi hasoan i anggo so malum situtu bugang i, ninna.<br />Dipaboa Datu Rimbangsaudara do na ingkon ganup ari do ibana laho mangalului ubat naimbaru asa hatop malum sahit i, alai laos mangalului na porlu tu parmulakna nama ibana huhut; songon batang gaol, tandiang, tabutabu, borongborong d.n.a. Martuptup ma Raja i dohot ripena dohot angka boruna i tingki so dihuta datuna i ai nunga tangkas ditanda Raja i na datu i do na mamantom ibana di banua tonga. Asa disi dipulangi sahithi ingkon pintor allangonta do ibana. Bodarina i di dok Datu Rimbangsaudara ma naeng maripos ma bugang i ndang sadia leleng nari bahenon ma pamulangina. Las ma roha ni raja i, haroananta do ninna, parade hamu ma manuk mira sialtong, lului hamu ma ramuanna; alai datu i do na ni dok na dohot natorop siharoan. Dialamat Datu Rimbangsaudara do roha ni Raja i, ndang be dipaboa arina alai disonggot nama asa unang managam Raja i.<br /><br />Dung rade ulaula parborhatna, diboan Datu Rimbangsaudara ma ramuan pamulangion i, borngin do ibana sahat tu jabu. Dipaboa ma na ingkon bodari i ma pulunganna, dipasang ma taoarna dipamasuk ma sude ramuanna jala nunga bagas borngin asa sae gabe mondohondok ma nasida. Masihirdopan ma Raja i nian dohot ripena i alai ndang diantusi ripena i be sangkapna ala las nirohana di parmalum ni sahit ni Raja i.<br /><br />Madekdek ma loting ni Datu Rimbangsaudara tu bara disuru ma ripena i mambuat, alai losok do rohana, ängginta i ma suru, ninna do, mijur ma anggina i mangalap. Madabu muse tulpangna, marganti ma anggina i mangalap; madabu muse gansipna, rautna, parhapuranna, partimbahoanna d.n.a. Nunga loja anggina i, sude nasida mondokhondok.<br />Ahu nama huroha laho ninna, dihadang ma ulosna ditiop hampilna dipangido ma huathuat sian simatuana na modom jonok tu tataring jala mijur ma ibana tu toru. Dirahuthon ma huathuat i tu ihur ni babi dalu na di bara i, disangkothon ma tabutabu namarisi borongborong tu rungkungna. Dipajongjong ma parsili naung pinaradena hian di alaman, harbangan dohot di angka sirpang, dipangke ma pangalimunon dohot parsineangon gabe sahat ma ibana tu aek Parsalinan. Nunga marsik aek i ai naung jumolo hian do ditonggohon i tu Mulajadinabolon.<br /><br />Manihai ma Raja i ala malelenghu so nangkok helana i didokkon ma ripena mamereng. “Bolobolo ni i, sai na umbiar do ho, disi dope ne i helanta i mangalbasalbashon huathuat i soarana pe tarbege do marungutungut, laos so dapotsa dope huroha barang na i. Nunga tahuak manuk manjotjoti, nunga mangkuling sese laos so mulbas. Muruk ma Raja i, disuru ma ripena dohot boruna i mijur tu toru mamereng, hape ihur ni babi dalu do na mangalbashon huathuat i jala borongborong na di tabutabu i do na morongorong.<br /><br />Diida ma na jongjong di pogu ni alaman, ‘On do ibana’, ninna; dihaol ngalingali ai parsili do i sian batang gaol. ‘Nian do na di harbangan an’, ninna; dihaol tong ngalingali, Únok ni tandiang do’, ninna.<br />Sai songon i ma nasida sumulonsulon di dalan i manghaol angka parsili na pinajongjong ni datu na i gabe nunga dao datu i manjangkit hotang i di na sahat boru ni Raja i tu aek Parsalinan. Alai sanga dope nasida manimbungnimbung sian batu i ndang pola muba rupana songon babi. “Paima ahu anak ni namboru, boasa tadinghononmu ahu?”, ninna ripena i. Alai sai dihudus do manjangkit mamangke parsineangon na ginuruhon na i. Songon i ma nasida marsiadu manjangkit tu ginjang, naeng tampulon ni Datu Rimbangsaudara do nian hotang i alai mabiar do ibana, ai boi do homang i mardalan sian dorpi ni liang i. Dung pe dapot tanganna topi ni ruang i, ditampul ma hotang i marusrus ma nasida tu toru. Alai anggo ripena i sanga do ditiop patna gabe dohot ma tu ginjang. Marsomba ma ibana unang dibunu Datu Rimbangsaudara, dipangido ma asa dipatuduhon liangliang dohot ronggangronggang bona ni bulu na holom ingananna. Alai jolo marpadan do nasida na so tupa masisegaan sahat tu pinomparna. I ma ninna parmulaan ni homang di banuatonga on.<br />Ia gaol nasinuan ni Datu Rimbangsaudara di partuatna i nunga paturakrak bonana jala ramosramos parbuena. Hariara borotan ni hotang i pe nunga rugun mardangkai jala pompot marbulung.<br /><br />d. Datu Marhandangdalu laho tu huta ni namboruna<br />Muba ma goar ni Datu Rimbangsaudara gabe Datu Marhandangdalu dung mulak ibana sian banuatoru ai na dipantom do babi dalu umbahen tuat ibana tu banuatoru jala tamba hadatuonna sian begu i, babi dalu do handangna manahan anak ni Ompu Banuatoru umbahen so sanga ibana ditangkup homang i.<br />Modom do ibana di lambung ni ruang i pasuang gogona. Dung tarsunggul ibana ndang tu hutana ibana laho ditorushon do pardalananna dompak huta ni namboruna Siboru Pantisabungan di Pariksabungan. Borngin do ibana sahat, dipapodom ma di mual sipitudai pinungka ni Guru Tateabulan.<br /><br />Sar ma barita i di huta nang tu Siboru Sanduduk dohot simatuana gabe ndang adong be partuaek laho tu mual i. Tarsunggul ma Datu Marhandangdalu soadong diida jolma gabe laho ma ibana tu huta dung ragat panduda. Didapothon ma Siboru Sanduduk na manduda di jolo jabuna. Dipangido ma dodak i allangonna alai ndang dilehon, “Panganon ni babi ni simatuangku do i”, ninna. Asi do muse rohana, “Na male do i huroha”, ninna rohana. Alai dipangido ma muse monis, dung i parbue dung i botabota. “Ba lam rarat do on”, ninna Siboru Sanduduk, laho ma ibana tu jabu paboahon tu simatuana.<br /><br />“Ba dongkon ma ibana tu jabu asa talehon mangan, songonon ma ra nuaeng ibotom di paradangadangan ia mangolu dope ibana”. Nangkok ma Datu Marhandangdalu tu jabu, tarsonggot ma Siboru Pantisabungan, “Jangatjangat do on huroha”, ninna rohana, dibuat ma sapa na burukburuk pangananna, ngarngar ma dibahen parburianna.<br />Marnida i Datu Marhandangdalu muruk ma ibana, di dok ma: “Sian hopuk tu hapak sahat tu pahu, sian daompung tu damang sahat tu ahu dang hea songonon panganan dohot pamurianna”.<br />Diingot rohana ma paramanna i, ro ma iluna, disungkun ma tamuena i: Äi ise doho tahe amang? Mengkel ma Datu Marhandangdalu mamereng namboruna dohot ibotona i: “Ndang ditanda ho be ahu namboru dohot ho ito?” Ahu ma Datu Rimbangsaudara na laho tu banuatoru mangalului hujur i, nunga huboan di son mata ni hujur i, Datu Marhandangdalu nama goarhu nuaeng. Dibaritahon ma sude pardalananna, pardapot ni hujur i dohot parmulakna. Disungkun ma barita ni inangna, ripena dohot anakkonna di Lobu Sipinggan.<br /><br />Marsiadu ma ibotona dohot namboruna i mangummai Datu Marhandangdalu, disuru ma manjou amangboruna dohot laena sian partungkangan. Ro ma amangboruna Babiat Naingol na margoar huhut Parsanggar Somalindang Panompa Somalate rap dohot anakna. Dihara ma panungganei, dibuat ma lombu sitiotio, diupa, diharoani ma Datu Marhandangdalu.<br />Leleng do Datu Marhandangdalu tinggal disi asa mulak jolo sumuang dagingna. Masa ma na so dung masa di Sipultak, sai marhulihulis do lali arian na i mangareapreap di atas jabu ni Datu Marhandangdalu, borngin i mangkulinghuling sipaut maraungi asu marngeongi huting ngaisngais babi martahuaki manuk, gensong angka horbo marue marumbe lombu mariheihe hoda. “Boaboa ni aha ma i nuaeng? Nunga mate huroha anakki”, ninna inana i. Tangis ma ibana arian i sosombopon mangandungi ma ibana borngin i nangetnanget. Nunga pola marniang longkot di rere nama ibana lanok i pe nunga dihapian.<br /><br />Mulak ma Datu Marhandangdalu sian Pariksabungan tu Sipultak, borngin do ibana sahat, manat do ibana ro unang diboto halak. Masuk ma ibana tu bara dibege ma andung ni inana ndang tartaonna be siholna dijou ma inana i sian bara. Ndang porsea jolo inana i di dok do toisna i dohot allamna. Dipaboa Datu Marhandangdalu ma naung diboan mata ni hujur i gabe diungkap inana i ma jabu i. Masihaolan ma nasida pasombu sihol ni rohana. Songon i ma nang tu ripena boru Hombing, anakna Sariburaja III dohot Raja Dohang. Äi ise do on tahe? ninna Datu Marhandangdalu. Änak ta do i na tubu tingki di banuatoru ho, dihiringan manuk ma i ditinggalhon ho. “Mundukhunduk ma Datu Marhandangdalu, dibahen ma goar ni anak na i Raja Dohang.<br />Manghatahatai ma nasida saborngin i, dibaritahon Datu Marhandangdalu ma pardalananna dohot hahansitonna, dibaritahon inangna ma dohot ripena i sude pambahenbahen ni Datu Pulungantua.<br /><br />e. Utiutian ni Datu Marhandangdalu patuattuat singir<br />Ndang adong dope na umbotosa naung mulak Datu Marhandangdalu ai dipomponi do unang dipaboaboa nasida. Naung mate do ibana di banuatoru anggo pamotoan ni halak mangihuthon hatahata ni Datu Pulungantua.<br />Marhorja do Datu Pulungantua tingki i patuturhon holiholi ni amangna Datu Pompangbalasaribu. Tung balga do horja i, dipalu do ogung sabangunan, ganup ari do mamantom horbo, lombu margantiganti, maneati babi leleng ni pitu ari. Alai teus do ibana tu inana i allam do matana.<br />Ndang jolo disulangi inana boru Hombing, jambar rimpusu pe sodilehon ala humasianna roha ni inana i tu Datu Marhandangdalu sian sihadakdanahon nang taringot tu hujur i. Hansit do roha ni Datu Marhandangdalu ala ni i, dipatuat ma utiutianna mangutangi Datu Pulungantua.<br /><br />f. Pidong manukmanuk<br />Dipauli Datu Marhandangdalu ma eatan ni pidong na balga disangkuthon ma i tu bungkulan ni rumana. Ditonahon ma tu inana: “Molo ro pidong manukmanuk tu bungkulan i, bahen ma tu eatan i talihon patna i, anggo ahu laho dope marultop tu harangan. Molo ro Datu Pulungantua manginjam dok ma ndang boi ganti ndang boi abul”.<br />Ro ma tutu pidong manukmanuk na balga songgop tu ruma i, dipamasuk inana i ma tu eatan i laos ditambathon sada patna i. manortornortor ma pidong i huhut marendeende. Tondan ma pinondur gondang i, miling ma sian huta ni Datu Pulungantua mamereng pidong manukmanuk i.<br />Marnida i Datu Pulungantua, ro ma ibana manginjam pidong i sian inana, alai didok inana i ma: “Manukmanuk ni Datu Marhandangdalu do i, molo mate manang mago ndang boi ganti ndang boi abul”. Diundukhon Datu Pulungantua nama i, disangkothon ma eatan i tu bungkulan ni rumana gabe sangkotma painondur i sude.<br /><br />Borngin i diharhari pidong i ma talina jala habang ma ibana tu tombak tu lambung ni pansur na bolon. Maridi ma ibana tu pansur i huhut martabas ai Datu Marhandangdalu do i na patinda rupa songon pidong manukmanuk. Na laho do ibana tu tombak longolongo marultop jala godang pidong dapotsa. Dibutbuti ma imbulu ni pidong i dipallohothon tu sude daging dohot gota ni meang. Martonggo ma ibana tu Mulajadinabolon laho patinda rupa dipangido ma parsineangon asa boi habang.<br /><br />g. Manopa bosi<br />Na ro do Datu pulungantua manopa bosi ni Datu Marhandangdalu bahen tangke so haru tangke rimbas so haru rimbas baliung so haru baliung hujur so haru hujur halasan so haru halasan. Nunga rade arang dohot pandusdusan nunga disi halak pandusdusna.<br />Babi pe nunga masak bahen sulangsulangna, diseat manuk bira sialtong, dipatibal ma indahan na jinagaran sitompion na godang, itak gurgur, na pinadar, sira, pege dohot tuak tangkasan.<br />Disulangi ma hombisan, pandusdusan dohot nanggar, dibahen ma bosi sitopaon i tu bagasan arang, dimulai ma mandusdus.<br /><br />Disuru Datu Marhandangdalu ma Datu Pulungantua, diallangi ma pinatibalna i margantiganti, sae na sada soluk ma na sada nari jala disosohon tuak tangkasan gabe so malo morot ala ni butongna. Dipasang Datu Marhandangdalu ma muse sipaderem gabe mondoondok ma Datu Pulungantua laos rage modom.<br />“Bereng, bereng na tinopami”, ninna Datu Marhandangdalu manonggoti Datu Pulungantua. Logamlogamon ibana hehe, dipareso ma hape nunga sanga sor bosi i malala so tarida ala naung malelenghu digarahon.<br />Maila ma Datu Pulungantua laos mulak tu hutana.<br /><br />h. Manampul bulung gaol<br />Margondang ma Datu Marhandangdalu pasombu lungun ala na so nidokkon ni Datu Pulungantua ibana dohot inana tu pesta na paturunhon i, jambar ni inana pe dohot jambarna sodilehon.<br />Nunga tung denggan porlak na i diula, godang tubu gaol na mambobori, suhat dohot naasing. Nunga dihara sude angka rajaraja, diborotan si semet imbulu. Ditanggo ma juhut disiuk ma indahan dinangkok ni mataniari ditamuei ma sude rajaraja i. Dung sidung mangan, di na manungkun rajaraja i, dipatorang Datu Marhandangdalu ma siangkupna, i ma na so disulangi Isangmaima inana di turunna i, ndang dijou mangadopi, ndang dibahen jambar rimpusu. Daon ni hirim do on tambar ni aluk, ninna. Nang pambahenanna tu ahu nunga gurgur sian patik jala lompo sian uhum siala mata ni hujur binoan ni aili i. Riperipenami do i nian jala adong dope sada nari barang riperipenami ditiop i ma piso Solam Debata. Asa on pe, dung sae panghataion dipaima be ma jambarna alai molo tung ro simanggurguri ba denggan ma maisio, di tarisopo dohot di jolo ni ruma ma hulahula, dibara ma dongantubu di pamimpisan ma angka boru. Anggo bulung gaol dohot bulung suhat tung na so jadi do tampulon, molo adong manampul ndang boi singkat ndang boi abul, ingkon pasirangonna do tu bonana i so jadi malos.<br /><br />Sidung ma na marhata i, nangkok ma ibana tu jabu, ditonggohon ma sude hahansitonna dohot hahansiton ni inana di pambahenan ni Datu Pulungantua i. Diungkap ma pagarna sibola nanggar pangulubalang ampilas manantan, hilap marlisik porhas manoro. Tuat ma ibana muse tu alaman laho padalan jambar.<br />Dang sanga dijalo Datu Pulungantua dope jambarna, sumiksak ma hilap, marpiupiu ma halisungsung, manoro ma ampilas manantan, marborbor ma udan habahaba mabuk ma jolma i manisio tu ingananna na tinontuhon ni Datu Marhandangdalu. Gok ma tarisopo, jolo ruma, bara rodi pamimpisan ni huta i.<br /><br />Ia Datu Pulungantua ndang olo masuk tu tombara, dituntun do manampul bulung gaol i bahen saongna. “Bolobolo ni i, aha bahenonni i tu ahu, ahu do raja jala datu bolon”, ninna rohana do.<br />Ditariashon Datu Marhandangdalu ma utang ni Datu Pulungantua ala mago pidong manukmanukna i, sor bosi topaan, bulung gaol tinampul, sudena i holan barang hasinohanna do, hape holan hujur riperipe i dope na mago dibahen Datu Marhandangdalu jala adong dope sada nari barang pusako riperipe ditiop Datu Pulungantua i ma “Piso Solam Debata”.<br /><br />i. Datu Marhandangdalu marmusu dohot Datu Pulungantua<br />Disuru Datu Marhandangdalu ma raja mangunung Datu Pulungantua asa olo mardame dohot Datu Marhandangdalu asa dipasahat barang pusako riperipe i, piso Solam Debata tiniopna i topottopotna tu Datu Marhandangdalu ai nunga tolu barang hasinohanna diagohon, i ma pidong manukmanuk, bosi na sor, bulung gaol tinampul hape padua piso Solam Debata i dope barang riperipenasida molo dipasahat Datu Pulungantua piso i.<br />Jogal do roha ni Datu Pulungantua ndang ditangihon sipaingot ni rajaraja i. Äha sibahenon ni i tu ahu, lot dituntun lomona’, ninna do.<br /><br />Dipalumehon Datu Marhandangdalu ma jolo hujurna i tu amangboruna Babiat Naingol jala marpadan nasida: “Na so tupa lehonon ni Baiat Naingol hujur i agia tu ise ingkon ibana do mangalap. Molo tung mate be nasida, ingkon pomparan ni Datu Marhandangdalu sandiri do manjalo sian pomparan ni amangboruna na maniop hujur i. I do na niingot ni Toga Sinaga na maniop hujur i umbahen na dibahen surat tu Punguan ni Pasaribu dohot boruna na di Medan asa ro mangalap hujur i tu huta Alahan Batugaja Hutagalung Sionom Hudon Dairi. Dipasahat ma tutu hujur i dohot tortor, ai dipalu do ogung sabangunan di ari 13 Agustus 1962 dung jolo dibahen adat na gok. Hujur i nuaeng disimpan amanta Djakondar Pasaribu, ketua ni P.B.B Medan, amanta on do na martanggungjawab siala sude urusan adatadat ni hujur i jala na dohot mangalap hujur i tu Sionom Hudon Dairi.<br /><br />j. Marsampak aek Datu Marhandangdalu dohot Datu Pulungantua<br />Dibingkas Datu Marhandangdalu ma bodil “sampak aek” dompak huta ni Datu Pulungantua. Marmusu borngin marmusu arian ma nasida masionggopan masibodilan. Leleng ni pitu bulan nasida na masibodilan i, ragat soara ni bodil songon poltuk hape ndang adong na hona nanggo luha huling manang bosur lanok dienges pe soadong.<br />Aha so songon i, ai holan parpollung sibola obuk do nasida na dua pagut na utusan. Ai anggo di hamusuon, malona mangua dohot marpollung do parohon hamonangan di partontangan. Mardalan do nian pollung ni Datu Marhandangdalu na manjujur pintor siala hujur dohot adat tu inana songon i na manjujur solup panjaloan solup panggararan siala manukmanuk, bosi sor dohot bulung gaol tinampul. Alai na ni ulahon ni Datu Pulungantua pe na mandok; aut di tingki parmago ni hujur i pintor di dok ho, aut di turun i dijujur ho ba dibahen ho do utiutianmu manaon na oni asa lalap jala sor bosi i ndang dohonon juap songon na marmeam.<br />Ala rap toho be do pollungnasida na dua di na mangua i ba rap horas do nasida na dua na marmusu i leleng ni pitu bulan. Andalu sangkotan ni bonang ndang adong na talu duansa do na monang.<br /><br />k. Masidabuan aji Datu Marhandangdalu dohot Datu Pulungantua<br />Masidabuan aji dohot pangulubalang ma nasida na dua, alai dung tarhilala pangulubalang i pintor dibahen do pompang balasaribu tulak balasaratus gabe mulak do pangulubalang i.<br />Dipahabang Datu Pulungantua ma muse anduri laho mangaroksohon huta ni Datu Marhandangdalu, alai dung dibege Datu Marhandangdalu parngongos ni anduri i pintor dituju ma sian pogu ni alaman gabe madekdek ma marpiorpior tu bona ni hau di balian.<br />Datu Marhandangdalu pe dibuat ma pitu andalu, dipahabang ma tu huta ni Datu Pulungantua asa gabe begu antuk mangantuhi musuna i. Habur ma muse Datu Pulungantua mijur tu alaman dung dibege parngongos ni andalu i, ditabasi ma manjujur gabe madabu ma tu bona ni bulu di parik ni hutana i.<br /><br />“Husurbu ma hutana i”, ninna Datu Pulungantua, dirahut ma pitu sipusipu ditabasi ma i asa habang tu atas ni huta ni Datu Marhandangdalu manurbu hutana i nian. Umbege i Datu Marhandangdalu dipasang ma panujuon sitampar api, mintop ma api i jala madabu ma sipusipu i tu bondarbondar di suha ni parik ni hutana i.<br />“Songon i hape dibahen”, ninna Datu Marhandangdalu, dibuat ma sipusipu ni pangko, ditabasi ma pahabangkon tu ginajng manurbu huta ni Datu Pulungantua. Öoo…, i do hape”, ninna Datu Pulungantua, dituju ma sian alaman ndang diterge, diulahi dituju ndang mintop api i alai madabu ma tu suhasuha ni hutana i.<br />Mangasa gogo ma Datu Pulungantua dirungrunghon ma nabinotona, dibuat ma pinggan, dipamasuk ma tu si nasa ragam ni aji dohot pangulubalang dipahabang ma i tu atas ni huta ni Datu Marhandangdalu asa marongrong hutana i nian. Marhobas ma Datu Marhandangdalu, dituju ma dohot pangulubalang sibolanaggar, anakna Sariburaja III pe dohot do manghirpasi sian jolo jabu, anngo anggina Raja Dohang sian bara do martabasi, maralo ma ajinasida i, madekdekma pinggan i tu harbangan gabe tala ma harbangan i, i ma na gabe ambar Sipinggan nuaeng.<br />Dung horas nasida didapothon Sariburaja III dohot anggina Raja Dohang ma Datu Marhandangdalu tu pogu ni alaman i. Di dok Datumarhandangdalu ma tu anakna Raja Dohang: “Sian bara do ho huida martabasi, ala ni i Datubara nama goarmu tu joloan on”. Pomparanna ma na gabe marga Batubara di pudian ni ari. Dipaontong Sariburaja III ma angka anakna; dapotsa ma sihahaan di lambung ni hapeahan ni anduri i, dibahen ma goarna “Raja Habeahan”, Silitonga i dapotsa ro sian bondar laho tu huta dibahen ma goarna “Raja Bondar”, siampudan i hundulhundul di bona ni Gorat gabe dibahen ma goarna “Raja Gorat”.<br /><br />Diulakhon Datu Marhandangdalu ma muse mamasang ajina parpudi. Dibuat ma losung sipitu baba jala dibahen ma pitu anduri habongna. Dipamasuk ma tu baba ni losung sipitu baba i: pitu ragam ni aji, pitu mansam pangulubalang sibola nanggar, ditonahon ma asa dilonglonghon huta ni Datu Pulungantua na so jadi mulak di tongan dalan, na so jadi mangose padan, na so jadi mulak di harbangan, suruk ma sahat tu pogu ni alaman, asa rongronghon ma sude unang di paralangalangan.<br />Diuji Datu Pulungantua do manabasi alai ndang marguna, dituju musegani ndang tarhilala, madabu ma losung i tu pogu ni alaman. Marongrong ma huta i gabe ambar na bidang suman tu losung.<br />Di dok toras, molo pinadomu aek sian na dua ambar i tu bagasan tabutabu gumunsang do dibagasan jala olo do mabola tabutabu i. Di taon 1955 laho do panurat on dohot sahalak anakna tu ambar na dua i, dibuat do sian na dua ambar i aek sabotol be. Dung sahat tu Balige, niuji pinadomu alai ndang adong na tarjadi, ndang binoto manang ala na jumolo maradian i manang ala botol ingananna.<br /><br />DATU MARHANDANGDALU MANADINGHON SIPULTAK<br />Nunga malonglong Lobutala gabe tao, Lobusipinggan pe nunga gabe ambar, nunga menak hamusuon ni na marhahamaranggi masisolsoli roha be ala tardok nidokna tartuntun lomo ni roha.<br />Buhar ma Datu Pulungantua dompak Lumban Simataniari, pomparanna nuaeng adong do di Lumbanjulu Butar, deba tu Sipahutar. Sian i muse tu Lumbansioa morot muse tu Sitorus Parsambilan, sian i ma bungkas tu Haunatas alai gumodang tu Lumbanrao Habinsaran dohot tu Garoga. Borhat do deba tu Batangkayu sian i tu Siagalangan, pomparanna ma na mangingani Mandailing.<br /><br />Bungkas ma nang Datu Marhandangdalu rap dohot boru Hombing dohot anakna Sariburaja III dohot Batubara tu Sipultak mamungka hutana. Tar leleng do Datu Marhandangdalu disi. Pinda do muse ibana dompak Bahalbatu tinggal do boru Hombing dohot Sariburaja III dohot Raja Dohang di Sipultak. Lam morot do muse Datu Marhandangdalu sian i manandanghon hadatuonna sahat ma tu Lumbangorat Balige. Mangoli ma muse disi dohot boru Tompul Dasopang, anak ni i ma Raja Humbil na margoar muse Toga Gurning na maringanan di Lumbangurning Uluan.<br /><br />Alai di rapot ni pomparan ni Datu Marhandangdalu di huta Matondang Tarutung ari 28-29 Februari 1962??? Adong do sian marga Sitarihoran, Matondang dohot Parapat mandok nasida anak ni Datu Marhandangdalu sian boru Tompul. Laos songon i do nang sian marga Sipahutar dohot Harahap na mandok dohot nasida anak ni Datu Marhandangdalu sian boru Hasibuan. Alai molo niida pangantoionnasida laho paulihon tambak partanda ni Datu Marhandangdalu na di Lumbangurning sonogn na hurang saurdot do nasida sude. Sipatangkason ma i muse di na laho mamestahon tambak partanda ni Datu Marhandangdalu na di Lumbangurning gabe botoon ma tangkasna angka ise ripe dohot anak ni Datu Marhandangdalu.<br /><br />Nunga dos tahi ni utusanutusan na marrapot di huta Matondang Tarutung di ari 28-29 Februari 1962???? laho mambahen:<br />1. Tugu ni Datu Marhandangdalu di bonapasogit Haunatas<br />2. Tambak partanda di kuburanna na di Lumbangurning Uluan<br /><br />Di ari 4 Mei 1963 saut ma binahen Pesta peletakan batu pertama dohot ogung sabangunan di tambak Lumbangurning laos sadarina i diudut muse dohot acara penyerahan ni tano haojahan ni tugu di Haunatas, dohot peletakan batu pertama ni tugu i. Hape muse ndang saut sahali dibangun tugu dohot tambak i, holan tambak partanda i do jumolo dibangun dimulai ma i di ari 28 Februari 1969 ukuranna 6m x 8m, timbona 2m. Dompak dalan adong do partanda timbona 3 ½ m. Nunga naeng sidung i nuaeng laho mambahen persiapan pesta nama.<br />Laho mamestahon tambak partanda on ma pahantusonna manang na angka ise do ripe dohot anak ni Datu Marhandangdalu songon i nang taringot tu tugu sipajongjongon di Haunatas.<br /><br /><br />PARSERAK NI POMPARAN NI DATU MARHANDANGDALU SIAN SIPULTAK<br />Tinggal di Sipultak do Sariburaja III rap dohot anggina Raja Dohang naumpompar Batubara, lam matorop mabue ma nasida disi alai mate ma inana boru Hombing.<br />Lumbang dope tanoon tingki i, rangkak dope jolma maringanan. Tubu ma roha ni angka anak ni Batubara mangalului jampalan na lumomak dompak Barus Toruan dingkan Sorkam pangambirang, sian i ma muse laho deba dompak Sibolga torus tu Angkola sahat tu Batubara na di Asahan. Na tinggal muse di Sipultak pinda ma muse tu Tambunan na di tano Balige.<br /><br />Angka anak ni Sariburaja III pe mangihut do manadingkon Sipultak alai masitopot dalanna be do mangalului tano na suman di rohana bahen ingananna.<br />Raja Habeahan dohot pomparanna laho do dompak Barus, maringanan ma nasida di Pasaribu Tobing, torop do nasida disi. Anggo na tinggal dope di Sipultak bungkas do muse tu Hutaraja laos adong disi maringanan sahat tu nuaeng on. Na deba laho do tu Haunatas dohot Sitoluama, di na tolu inganan i adong do pomparanna sahat tu tingki on. Sada ompu i ma Ampapaganalomak laho do tu Pariksabungan i ma Pasaribu Habeahan. Siala parserak ni pomparan Raja Habeahan tumorang ma i bahenon ni panitia tarombo Pasaribu sian Raja Habeahan.<br /><br />Raja Bondar dohot angka anakna tinggal dope di tano Sipultak. (torsa no. 13)<br />Raja Gorat pinda tu Sihujur sian i ma tu Rura Silindung adong do nuaeng pomparanna di Sisunggulon. Na deba tu Pangururan Habinsaran, disi pe torop do nasida. Deba pinda do muse dompak Sipahutar sirpang tu Sigotom, adong do pomparanna di si sahat tu nuaeng on. Nang di bagian Doloksanggul adong do pomparan ni Raja Gorat alai tumangkas ma i bahenon ni panitia tarombo Pasaribu sian Raja Gorat.<br /><br />PARSERAK NI POMPARAN NI RAJA BONDAR<br />Ia Panguluraja anak sihahaan ni Raja Bondar sai diinganhon do di Sipultak, borat do rohana manadingkon kuburan ni angka ompungna dohot natorasna; alai anggo angka anggina mangihut do borhat sian huta ni ompuna i mangalului tano na numapu.<br />Ia Raja Pultak dohot anggina Raja Gordang morot ma jolo tu Bahalbatu alai morot muse do tu Pagarsinondi, sian i ma tuat tu Rura Silindung. Maringanan ma Raja Gordang di Hutabarat jonok tu aek situmandi, anggo hahana Raja Pultak di Simarangkir do marhuta. Dung manang sadia leleng di si borhat do ibana dompak Pahae, pinadatu do ibana di angka huta na binolusna sahat tu Angkola, maringanan ma ibana di Pargarutan, digoari halak ma ibana disi Datu Dibagona. Nunga torop disi dapotsa pomparan ni borbor i ma marga Harahap. Dipasaor ma dirina dohot dongan sabutuhana i gabe marga Harahap. Anggo parbungkas ni Raja Gordang sian Silindung tu Barus gumanjang do hatahononhon torsana di torsa no. 18.<br /><br />Dua do anak ni Panguluraja, sihahaan margoar Tuan Sarangnaiborngin, tinggal do di Sipultak mandongani amana. Ia siampudan na margoar Panjimeter hatop do maninggalhon Sipultak, dompak Doloksanggul do ibana laho laos mate disi. Adong do tolu anakna, sihahaan laho do tu Dairi ditorushon muse tu tano Alas, pomparanna adong do na sahat tu Gayo. Marsada do pomparanna i dohot margamarga ni na nidapothonna; alai sian hatana, bangkona dohot kebudayaanna adong do sumanna tu halak Batak. Paidua manirpang do sian Dairi manuju tano Karo, disi pe gabe masuk marga Karo na disi do pomparanna i ma marga Selima, masuk tu bagian marga Karokaro Kacaribu. Paitolu goarna di dok Parburak, mulak do tu Pariksabungan mandapothon huta ni ompuna Sariburaja. Ibana pe dimasukkon do dirina tu marga Borbor na disini asa denggan parsaoran siganup ari.<br /><br />TUAN SARANGNAIBORNGIN MULAK TU BONA PASOGIT HAUNATAS<br />“Nunga sude pomparan ni daompong pinda sian Sipultak on, holan ahu nama dohot anakhu Tuan Sarangnaiborngin tinggal, ahu nunga lam matua”, ninna panguluraja marpingkir. “Binsan mangolu ahu, hupaturun ma holiholi ni daompung dohot damang”, ninna muse. Dijou ma anak na i, martahi ma nasida mambahen turun.<br />Ndang pola balga pesta i ai otik nama pangisi ni luat i. Ndang pola sadia leleng nari mate ma dohot Panguluraja mangihut muse dohot ripena, denggan ma nasida dipature Tuan Sarangnaiborngin.<br />Marhusari ma Tuan Sarangnaiborngin, ndang na hainganan on Sipultak on, dumenggan ma ahu manombang tu lobu ni daompung Sariburaja II tu Haunatas.<br /><br />Dierer ma jo dompak Bahalbatu tu angka lobu na hea niinganan ni angka marga Pasaribu disi. Borhat ma ibana muse sian i tuat tu Toba mamolus Siboruon, maringanan ma ibana di Lumban Gorat Balige, lobu ni ompungna Datu Marhandangdalu naung hea sian i. Dung manang sadia leleng disi laho ma ibana dompak Habinsaran manopot lobu ni Sariburaja II, alai manosor do muse ibana tungkan dangsina di atas ni tor na disini. Ön do bonapasogit ni pinomparhu di pudian ni ari, ninna dina laho mamungka hutana i.<br />Dipungka ma dilambung ni hutana i onan, digoari ma i Önan Ria. Laos dibahen do disi bale pasogitna i ma songon partungkoan laho manaringoti na porlu di luat i. Dibahen ma dohot parhombanan di Sidogor, gabe pulik do Haunatas sada bius, ndang mangapi tu bius ni Sipaintua manang Sibagotnipohan atik pe otik do nasida.<br />Tong do dijujung baringinna nang tingki harajaon Hajaihiranon dohot Hakepala Negerion tingki panjajahon Bolanda, songon i nang ha-Ketua-Dewanon di parmulaan ni Kemerdekaan ni Indonesia.<br />Gabe do Tuan Sarangnaiborngin mangingani tano Haunatas, onom do anakna. Andorang so mate dope Tuan Sarangnaiborngin dibagi do pusahana tu anakna na onom halak i, songon on ma parbagina:<br />1. Anak sihahaan Juaramonang, barang pusaka Ninggala<br />2. Anak paidua Ompu Randuk, barang pusaka Hujur<br />3. Anak paitolu Raja Enduk, barang pusaka Panggu<br />4. Anak paiopat Namorasinanti, barang pusaka Massihuridap<br />5. Anak pailima Ompu Debataraja, barang pusaka Tunggalpanaluan<br />6. Anak paonomhon Ompu Mangaretar, barang pusaka Papalian (Parmasan)<br /><br />Asa tumorang di pomparanna angka na umposo nuaeng on, pinatorang do di son pusahapusaha na jinalo ni anakna na onom i:<br />1. Ninggala: i ma ulaula ni parhauma na tinarik ni horbo laho manghurak dohot manggargar tanoi asa masarsar gabe denggan hatubuan ni eme.<br />2. Hujur: i ma sinjata ni parburu laho marburu aili, ursa d.n.a, laos sinjata porang do i dihamusuon. Adong do hujur Sitombuklangit, hujur Siborboron na tinaringotan di torsa angka na parjolo.<br />3. Panggu: i ma ulaula ni parhauma laho mangombak hauma manang porlak dohot manggisgis duhut. Molo marngingi di dok ma i ombak, hudali manang gairgair.<br />4. Massihuridap: i ma pahean ni pinggol. Najolo mar mas do pinggol ni baoa dohot boruboru, alai muse holan pahean ni boruboru nama i, ai boruboru nama na martura pinggolna. Nuaeng on barang pusaka nama i, ai metmet nama lubang ni pinggol ni angka boruboru, kurabu mas nama na masa manang kurabu berlian.<br /><br />Mansam ni mas Batak najolo:<br />a. Mas Sitepal; durina di babana sada na balga sada na metmet, jadi tepal marsidokdoki. Massihuridap i ma mas sitepal na balga.<br />b. Mas duriduri: ummetmet do jala dos do balga dohot durina parduru tu babana i duansa.<br />c. Ontokontok: i ma mas na metmet, ndang marduri (polos) holan dua do durina di parduru tu babana i.<br />5. Tunggal Panaluan: i ma tungkot ni datu na manggombarhon jolma na masituhuhan. Parginjang parobuk na ganjang i ma Ajidonda Hatahutan, paidua Siboru Tapinauasan, udutna tu toru: Datu, Guru, Sibaso, d.u. manggombarhon silinduat pinaporhas dung magodang marroharoha gabe longkot tu hau piupiu tanggule. Dipangke datu do i manortor.<br />6. Papalian (Parmasan): i ma ampang panuhatan ni eme laho manjalo dohot mangalehon asa dos isina (Ampang harajuan)<br /><br />MARSERAK POMPARAN NI TUAN SARANGNAIBORNGIN<br />Matua ma Tuan Sarangnaiborngin, ditambakhon ma di parbandaan ni Onan Ria na pinungkana hian. Disuan do di tombak i hau hariara i ma songon monumentna sahat tu saonari mangolu dope hau hariara i.<br />Matorop maribur do pomparanna, nang Pasaribu na asing pe di Haunatas, gabe laho ma deba manosor tu Aeknabara na di holangholang ni harangan Parseraseraan dohot Siharbangan. Gabe lam tu bidangna ma tano ni Pasaribu. Muse sahat do tu Natinggir, Lintong, Hutagurgur, Onanborbor, Purbatua sahat tu Aekhunsim, Sibalanga, Padangsiandomang, Garoga, Parinsoran ro di Sigolang, mardomu do i sude ndang adong na marolat.<br /><br />Lam tu toropna do pangisi ni Aeknabara, hira na pulik nama nasida saharjaon. Alai di hamamasa ni porang Pidari na ro sian Bonjol masa ma di Aeknabara porangporangan ai sai adong do na ro Bonjobonjoon gabe so sonang be halak mangula siulaonna gabe lam marpogos ma nasida. Dung ro hamajuon lam hatinggalan ma nasida ala dao dohot maol ni dalan. Mulak ma nasida sude tu Haunatas, mulak gabe harangan ma Aeknabara.<br />Di tingki i masa do parpindaan ni angka jolma; anak ni Tuan Sarangnaiborngin pe dohot do deba mangalului panjampalan na lumomak alai pulikpulik be do masiboan langkana tu tano na umbuk di rohana.<br /><br />1. Juaramonang; ndang adong pomparanna tinggal di Haunatas, dompak Habinsaran do laho jala maringanan ma nasida di Aekhunsim. Mangareak ma muse dompak Sibalanga sahat tu Garoga, Parinsoran, Sigolang sahat tu Angkola. Torop do nasida di Garoga jala marharajaon, alai adong do na laho dompak Silindung, Pahae dohot Samosir.<br />2. Ompu Randuk; pomparanna pe ndang adong na tinggal di Haunatas, dompak Habinsaran do tong laho jala maringanan ma nasida di Rodang na jonok tu Onanborbor. Munsat do muse sian i tu Sibalanga sahat tu Padangsiandomang. Adong do gomparanna nuaeng disi, deba laho do tu Silindung, Pahae, Angkola dohot luat na asing.<br />3. Raja Enduk; holan saompu do tinggal di Haunatas i ma pomparan ni Ompu Tuan Asal. Pomparanna na asing pungu do di Lintong, Hutagurgur, Onanborbor, Purbatua. Torop do nasida disi gabe sada harajaon Lintong dipadomu ma i dohot Pangururan (Raja Gorat).<br />Adong do na pinda tu Batunabolon, Janjimauli sahat tu Simandimpos Rantauparapat. Adong do nang tu Ombur/Lansang, Talun/Lumbanbalik; deba di Rodang, Riganjang, Pearaja, Garoga, Aekhunsim. Nang di Parsoburan dohot di Sijungkat adong do pomparanna dohot di Silindung, di Angkola pe adong do pomparanna.<br />4.Namorasinanti; na tinggal di Haunatas i ma pomparan ni anakna sihahaan Pariknabolon dohot deba pomparan ni paidua Ompu Tandean, na deba nari laho do tu Bahalbatu. Paitolu Ompu Maranauli sude do pomparanna di Bahalbatu; songon i do nang paiopat Ompu Doloksaribu di Bahalbatu do pomparanna; pomparan ni pailima Ompu Ginjangraja i ma: 1. Ama ni Ginjang dohot anakna Guru Tumonang di Pealangge Sibaganding, Pearaja-Simasom Pahae, Sitompul-Silindung; 2. Sibolon Gu pomparanna di Parbuluan, Janjimartahan, Aeksilang Doloksanggul, Sihoras Sumbul Pegagan deba laho tu Parlilitan, Pangkat sahat tu Barus; Pomparan ni Guru Bisa (3) dohot Guru Lada (4) gabe marga Ujungsaribu, senina ni marga Ujung di Hutamaha kuta Tengah dairi, dohot pomparan ni Datu Gurasing (5) di Sibaragas Sipultak; pomparan ni Ompu Mirdak (6) dohot Ompu Riuriur (7) laho do dompak Sarulla Pahae dung i muse dompak Simanosor, deba tu Angkola na deba nari tu Batangtoru, Sibolga sahat tu Barus.<br />5.Ompu Debataraja; hira sude do pomparanna tinggal di Haunatas, nasida do natumorop tinggal di Haunatas di huta Lumbanhariara, huta Gonting dohot huta Pangasean. Alai adong do mandok deba pomparanna adong do di Humbang; holan na adong dope sipahantusonna.<br />6.Ompu Mangaretar holan di Haunatas do pomparanna na marhuta di Onanria asing ma na laho mangaranto tu luat na asing.<br /><br />PARTUTURAN PARSABUTUHAON DI HAUNATAS<br />Dung maringanan Tuan Sarangnaiborngin sian pinompar ni Raja Bondar di Haunatas las ro do nang pomparan ni haha doli Raja Habeahan, maringanan ma nasdia di huta Habeahan gabe sahuta.<br />Ro do nang pomparan ni anggi doli Raja Gorat maringanan di huta Parpea dohot Tingkatingka.<br />Nang marga Lubis pe ro do tu Haunatas, maringanan ma nasida di huta Lubis, Hutagalung, Hutagurgur, Hutadame dohot Lumban Holbung.<br />Denggan do parhahamaranggion ni pangisi ni Haunatas, sude do nampuna huta, sude dapotan golat di hauma, tano tur, parporlahan, sapangkailan bondar, saparsingkolaan jala sada gareja. Sabius do nasida jala saharajaon ndang boi rajaan ni marga na asing.<br />Saparadaton do nasida sude saparbagian jambar. Adat parhahamaranggion do mangarahuti hasadaonnasida. Disusunnasida do tarombo partuturan parsabutuhaon di Haunatas. Mura dope i antong di tingki i ai na rap pomparan ni Datu Pompang Balasaribu dope nasida. (pangisi ni Haunatas).<br /><br />Di sude paradatan, sai homabr tusi do dibahen parbagian ni jambar hata, jambar juhut nang jambar hepeng dohot tortor pe. Uju pajumpang dohot donganna, sai pintor diboto do marparhuaon ibana tu si jala hombar tu si ma paniseonna. Molo tar sor iba laho tu huta, pajumpang dohot manang ise pe nang so tinanda, anggo nasida pintor ditanda do iba jala disise: “Nandigan ho ro ompung, amang….??? Natuatua, tunggane, ama manang ina, dolidoli, namarbaju ro di angka dakdanak nunga diboto partuturanna tu donganna.<br />Laos on do sada sumber dibahen panusun buku on naginoaranna tarombo na so tarsurat alai na tarsirat.<br />Dison sinusun do tarombo partuturan parsabutuhaon na mardalan di Haunatas sahat tu nuaeng on. Binuat do manang piga goar sian marompuompu na dos (sarupa) sundutna (di Haunatas), patudoson ma i sian donganniba saompu dohot dongan saompu ni donganniba gabe botoon ma manang beha partuturan.<br /><br />PARTUTURON PARSABUTUHAON DI RAJA BONDAR DOHOT DI PASARIBU<br />1. Di pomparan ni Raja Bondar<br />a. Maol do patudoson partuturan di Haunatas dohot dongan pomparan ni Pasaribu Raja Bondar na maringanan di luat na holang sian Haunatas. Di rapot tarombo pomparan ni Raja Bondar taon 1963 di Bahalbatu ditontuhon ma goargoar sian sude ompuompu na dos sundutna, gabe i ma tudostudos manontuhon tarombo dohot dongan na pajumpang dohot iba. Marparhuaon ho tu si ….. (goar sian ompuna), pinatudos ma muse tu na dos sundutna di pomparan ni ompuniba. Öooo…, manjou …. do ahu tu ho.<br /><br />b. Nunga ummura berengon partuturan parsabutuhaon di pomparan ni Raja Bondar marhite buku tarombo on. Songon on ma pamangkena:<br />Nomor na marturut 1,2,3,4,…d.u. sian hambirang tu siamun sihahaan ni partubu do i sahat tu sianggian ni partubu, molo ummetmet nomor niba sian dongan, angginiba ma ibana jala hahana ma iba.<br />Nomor urut sian ginjang tu toru na di topi parhambirang i, nomor ni sundut do i, mulai Raja Bondar no.1, anakna no.2, pahompuna no.3….d.u. Molo iba nomor 8 hape dongan nomor 9,10,11 gabe maranak, marpahompu, maranak mangulahi ma iba tu ibana. Molo dongan i nomor 7,6,5 gabe marama, marompung, marama mangulahi ma iba tu ibana.<br /><br />2. Songon i do muse pangalahona mangalului partuturan parsabutuhaon di pomparan ni Pasaribu Raja Bondar maradophon pomparan ni Raja Habeahan manang Raja Gorat pe. Boi ma i sude bahenon dung pinapungu gabe sada tarombo ni Raja Habeahan, Raja Bondar dohot Raja Gorat na sinusun ni panitia ganup ompu gabe tarombo ni Pasaribu, bahenon ma songon na di bagian “b” na di ginjang i.<br /><br />PARBUNGKAS NI RAJA GORDANG TU BARUS<br />Turun do hadatuon ni ompungna Datu Marhandangdalu tu Raja Gordang, datu bolon do ibana di rura Silindung. Dung mangoli ibana ndang di jou halak be goar sidakdanakna i, goar hadatuonna i nama dijou i ma Datu Manombabisa. Di Hutabarat do hutana di topi ni aek Situmandi, goar ni hutana i dibahen huta Marsaitbosi. Nunga namarbaju boruna Si Tumaledung jala nauli do rupana, donda jala pantun pangalahona ala ni i digoari halak do ibana Siboru Hutahian Natumandi, ai andi do rupana sian donganna jala tubu ibana di topi ni Aek Situmandi.<br /><br />Na ro do Guru Mangaloksa madangadang tu Silindung sian Sigaol Uluan, manompang ma ibana di jabu ni Datu Manombabisa di huta Marsaitbosi. Diurupurupi Guru Mangaloksa do Datu Manombabisa mulaulaon. Mansai lomo rohana marnida boru ni Datu Manombabisa i naeng oroanna gabe parsondukna. Siboru Hutahian Natumandi pe rosu do manghatahatai dohot Guru Mangaloksa, gabe sonduk hela ma Guru Mangaloksa di jabu ni Datu Manombabisa.<br />Nunga tung bolak arung dohot ansising naung nirambas ni Datu Manombabisa bahen parhaumaan, rumatamata idaon bulung ni eme na i, turna pe lambas do di buntulbuntul i, robean i pe nunga diula gabe pargadongan, lomaklomak bulung ni suansuananna i.<br /><br />Dung manang sadia leleng, naeng manjae ma Guru Mangaloksa asa diboto mangula na diibana. Disuru ma ripena i mangido tano sian simatuana. Hurang suman do i tu roha ni Datu Manombabisa ai lambas dope arung dohot assing sirambason, godang dope robean na tubuan ramba na so ditastas jala poso dope Guru Mangaloksa. Boasa ingkon naung hinagaluthon i deba pangidoanna? Dionjat ma tano tu parindahanon, Ön ma lehon tu Hasibuan, ninna tu boruna i. Na mangalehon semangat do nian tu helana i.<br />Marsogotna i borhat do Datu Manombabisa rap dohot dua anakna manandanghon hadatuon tu Sipoholon. Nangkok ma nasida tu punsu ni dolok Siborboron, manuati rura manangkohi robean di Sijamapolang sahat tu Naipospos tuat muse dompak Barus. Di ganup huta binolusnasida dipasang do hadatuonna i mangubati namarsahit, diulpuk jolma i asa ubatanna. Denggan do nasida ditamuei sangap do nasida dipardalannanna.<br /><br />Leleng do nasida mangkahapi tano i, diida balgabalga ni hau di tombak i ala ni napuna. Nepnep diida tu hasundutan mansai hornop jala mansai lambas. Dengganna i bahenon di son parhutaan, ndang songon Silindung tano barerang hatubuan ni arung dohot assing songon solu idaon sungkot pamerengan. Dipasang do huhut hadatuonna disi ndang diboto halak na laos mangkahapi tano i nasida. Dung geas didalani nasida sude, mulak ma nasida mamolus harororanna hian sahat ma nasida tu dolok Soborboron. Ditatap ma rura Silindung na songon solu hinaliangan ni dolok na tubuan ri, assising dohot arung na tubu di peapea i. “Ndang paumanon tano Barus i, ate….!”, ninna Datu Manombabisa tu anakna na dua i. Putus ma roha nasida manadingkon rura Silindung mandapothon tano Barus na napu jala na hornop i.<br /><br />Dung sahat Datu Manombabisa tu huta, dialualuhon boruna i ma parbadaanna dohot Guru Mangaloksa ala ni tano si sa parrasan i. Dijou ma helana i dohot boruna i, di dok ma tu nasida: “Boasa pola marbadai hamu ala ni tano? Pos rohamu, pasahatonku ma sude golathu, tur dohot porlakhu rodi angka dorbia nang jabu on tu hamu. Anggo hami borhat ma bulan na ro dung dapot tula, bulan parinsan mangalului panjampalan na lumomak”. Dirimpu boruna dohot helana i do i murukna na paugul i nasida.<br />Marhobas ma Datu Manombabisa, dipahimpal ma barangbarangna na boi boanonna, diuanghon angka na boi langku. Marhobas ma nang angka anakna dohot parumaenna, pahompuna, songon i dohot angka naposona asa tulus diparborhatnasida i.<br /><br />Dapot ma tula, bulan parinsan. Sogot manogot i borhat ma nasida sude, torop do nasida na marudur i masiboan barangna be: adong na manghunti, manghallung huhut manogu hoda boban. Sian gadugadu i do nasida mardalan, hona dege ma poring na di topi ni dalan i marngangakngangak. Marabur ma ilu ni boruna Siboru Hutahian Natumandi manuluthon natorasna, angka ibotona dohot edana rodi sude sisolhotna na borhat i. Anggo Guru Mangaloksa nunga tung las rohana marningot pauseang i.<br />Diboan Datu Manombabisa do tano sian hutana saparrasan, aek mual satabutabu, dua batu ni ambalang sian aek Situmandi na dos rupana dohot balgana, tung sarupa do idaon. Mardalan ma nasida sahat tu Barus, manosor ma nasida disi, dipajongjong jabuna, dipungka hutana, diula parladangan di balian dohot parpollahan, dipauli dohot inganan ni pahanpahanan liang hutai, ditahi nasida ma mambajo.<br /><br />Muruk ma pangisi ni luat nampuna huma huta i, alai dipasang Guru Manombabisa ma sipatulpak gabe sobarani be nasida ro.<br />Dijounasida ma raja, dibahen parriaan siala tano nabinuat ni Datu Manombabisa i. Dipaboa alona ma tu raja i na tano nasida parhutaan, parturan dohot parpollahan ni Guru Manombabisa i. “Ndang tutu tano na i, tanongku do i”, ninna Datu Manombabisa. Songon i ma nasida pautal ndang diboto raja i ise sidok natutu.<br />“Molo ro tuhas, gana daonna”, ninna rajaraja i. Di dok ma ingkon manolon nasida sapihak ise na olo manolon paboa sintong na ni dok na, i ma si dok na tutu. Mabiar do pangalu i manolon ai sohea dope i diula, tombak dope. Alai anggo Datu Manombabisa olo do, “gabe do na mangoloi hata ni raja”, ninna.<br /><br />Dipahundul ma tu parrasan inganan ni tano na binoanna sian Silindung naung pineakkonna disi, manolon ma ibana: “Batu na bolon tu batu na metmet parsoburan ni sitapitapi; suda na bolon suda na metmet ndang adong siullus api; Nda tanongku na huhundulion”, ninna huhut dijama parrasan i, “Nda mualhu na huinum on”, ninna muse, laos diinum aek na ditabutabu i na binoanna sian Silindung. Monang ma ibana dibahen rajaraja i.<br />“Sapala pantis, naeng ma pantis ni Siagalangan; sapala naung ro hamu angka raja mangkata tanonami on ba unang ma diparalangalangan tontuhon hamu ma parbolakna”, ninna Datu Manombabisa. “Ba laos ho ma jolo paboahon”, ninna rajaraja i.<br />“Saotik do tanongkon, holan tuk saanak ni ambalangon do, nasa i be ma ukuranna maropatsuhi”, ninna Datu Manombabisa, laos dibuat ma ambalangna dohot batu sada anakna. Diundukhon alona i ma songon na nidokna i di jolo ni rajaraja.<br /><br />Dipasang ma anak ni ambalang i, dung i diambalanghon ma manalpui ujung ni hau sahat tu bariba. Borhat ma nasida sude mangalului anak ni ambalang i, nunga pola botari laos so dapot. Diulahi ma muse manogotna i, tong ndang dapot. Patoluarihon dilului, di dok Datu Manombabisa ma: “Tar tungkan adui…dope hutuluthon hadabuan ni batu anak ni ambalang i, beta ma taida tusi”. Dung hos ari sahat ma nasida tu topi ni binanga na bolon, lulululu ma ibana disi. Tep, dirorohon ma tanganna tu ruangruang, dibuat ma sian bagasan batu ni ambalangna i, dilehon ma tu rajaraja asa diida manang na i do batu i. Sude marhatutuhon na i do tutu batu i. Gabe i ma ungkuran ni parbalohan ni tano ni Datu Manombabisa. Hape…tolu ari andorang so ria i, naung ditaruhon ibana do sada batu binuatna sian Aek Situmandi i, dipamasuk tu ruangruang i.<br />Nunga sabulan pinda Datu Manombabisa sian Silindung. Nunga tung masihol boruna Siboru Hutahian Natumandi. Marabur iluna tangis sosombopon. “Sombu ma roham, nunga pinda damang naburju i, hasinokkon ma tanona dohot artana i soboi be palilunganku”, ninna tu Guru Mangaloksa.<br />“Boasa ahu eahanmu, na marngangakngangak do poring i didegehon, poring i do na mangeak umbahen laho nasida”, ninna Guru Mangaloksa songon na margaitgait pajut roha ni ripena i. Gabe pangeheton ma i muse umbahen di dok: “Pasaribu ni eak ni poring”.<br /><br />Hape gabe logo ma ari, ndang ro be nanggo simbur ro ma ranggapuri matutung gabe lapung ma eme dibalian rahar suansuanan di porlak jala bondilon angka pinahan. Mangindorap do huroha hatahatana na hurang suman tu simatuana. Disungkunnasida ma sibaso na bolon, tarida ma di manukna: Ïngkon laho nasida tu Barus manopoti salana tu simatuana di atas ni sipanganon, boanonna hoda hundulan manubut roha ni simatuana asa dipasupasu tondina nasida horas jala gabe.<br />Diboannasida ma i tu Barus manopot simatuana. Las do roha ni simatuana i manjalo, dipasupasu ma nasida di panggabean parhorasan di gabe na niula sinur ni na pinahan.<br />Mulak ma nasida. Di dolok Siborboron marhobot ma langit ro ma udan paremean maborbor ma nasida sahat tu hutana. Gabe ma na niulana di balian sinur ma nang pahanpahananna. Sorang ma nang anakna dibahen ma goarna Siraja Nabarat ala barat hatana di parpinda ni simatuana i.<br />Dung magodang anakna na opat i; Siraja Nabarat, Siraja Panggabean, Siraja Hutagalung dohot Siraja Hutatoruan, diulahi ma ro ari logo matutung di Silindung. Marningot naung salpu, disuru Guru Mangaloksa ma anakna na opat i mamboan sulangsulang tu tulangna, diboan do hoda subut bahen sombana tu tulangna i. Tung mansai las do roha ni tulangna i manjalo nasida. Laho mulak, dilehon ma sada payung na ganjang jala ditonahon molo sahat nasida tu dolok Siborboron bungkaonna ma payung i.<br /><br />Sahat ma nasida tutu tu dolok Siborboron di na laho mulak, dibungka ma payung i, marbirong ma ombun marhobot ma langit, por ma udan. Denggan ma partubu ni eme dohot suansuanan, pinahan pe mokmohan di balian.<br />Di pudian ni ari, mangulahi ma haleon potir di Silindung, ronggom hauma ala logo ni ari, malos duhutduhut dohot suansuanan di porlak, ro ma dohot bondil ni pinahan. Mardos ni roha ma sude rajaraja ni rura Silindung manaruhon hoda subut i di atas ni sipanganon tu Barus. Dipillit ma opat halak utusan:<br />- sahalak sian Hutabarat<br />- sahalak sian Panggabean dohot Sitompul<br />- sahalak sian Hutagalung dohot Hutatoruan<br />- sahalak sian Naipospos (Sipoholon)<br />Borhat ma pangulu i manogu hoda subut i, diboan ma gondang sabangunan.<br />Denggan do panjalo ni Raja Pasaribu na di Barus i tu nasida. Tangkas ma dijalo huda subut i, manortori ma nasida na margondang i. Dipampe Raja Pasaribu i ma harajaon ni pangulu na opat i “Raja Maropat”, harajaon ni sasahalak “Parbaringin” dibahen ma dohot goar harajaonnasida:<br />1. Baginda Mulana ma na sian Hutabarat<br />2. Rangkayatua ma na sian Panggabean Sitompul<br />3. Jayangkucinta (Bagotsinta) ma na sian Hutagalung dohot Hutatoruan<br />4. Jayamuda (Raja Endamuda) ma na sian Naipospos<br />Dilehon ma dohot pusako tu nasida tanda ni harajaonna sada be payung partiang na ganjang.<br />Mulak ma Raja Maropat i tu Silindung, marpungu ma rajaraja ni Siopatpusoran dohot Naipospos di Onansitahuru, margondang ma nasida, manortori huhut mandoadoa Raja Maropat i, ro ma udan paremean na hinasiholannasida.<br />Olat ni i lam sangap ma Pasaribu dibahen pomparan ni Siopatpusoran, ndang adong be na olo margaitgait mandok “ni eak ni poring” i. Pomparan ni Pasaribu pe sai ingot jala elek do marboru tu sude pomparan ni boruna. Sai dilehon do pasupasu asa torop maribur asa tubu anak na bisuk dohot boru na marroha.<br /><br />GURU BISA DOHOT GURU LADA PINAULUBALANG TU DAIRI<br />Marsiajar dolidoli dope Guru Bisa nanak pailima ni Ompu Ginjangraja tinodohonna ma Guru Lada anak paionom ni natorasna i. Andorang dakdanak dopenasida na dua nunga marguru marmonsak. Hadatuon ni angka ompungna pe turun do tu nasida na dua. Nunga dimulai mangajari angka donganna dolidoli marmonsak jala nunga digoargoarinasida na dua Guru Bisa dohot Guru Lada.<br />Godang do dorbianasida di Sibaragas Sipultak, ido diparmahanmahannasida ganup ari. Sogot manogot i nunga dipatulanasida horbo na i tu parmahanan; tar dao do parmahanan i sian huta jala jonok nama i tu harangan.<br /><br />Di na sadari, ndang mulak nasida na dua tu huta holan horbo na i do dipataru sahat tu bahal i. Mulak ma nasida muse tu parmahananna i ai ndang tarida horbona tunggal na bolon i. Na lalap do nasida sadari na i di galanggang parmonsahan na binahennasida di topi harangan i. Ganup ari do nasida na dua disi marmonsak pa tang nabinotonasida. Anggo di arian i rame do galanggangnasida i, ai ro do angka dolidoli tu si manguji marmonsak. Tung sude do dipepe Guru Bisa dohot Guru Lada ndang adong nanggo sada na mangalo tu nasida. Nunga manihir mataniari ipe asa maradian nasida. Dipaontong dorbiana hape ndang disi be sada, i ma naniluluannasida umbahen diulakhon tu parmahanan i. dilului tu parguluguluanna ndang disi, masuk ma nasida tu topi ni harangan hape tong do ndang dapot. Nunga lam dao masida masuk tu harangan paihutihut gasgas i, nunga mulai urmun, lam golap ma muse. Ndang diboto nasida be manang tu dia tondongonna, hundul ma nasida di ramba i di bona ni sada hau, mondokondok ma nasida ala ni lojana nok ma matana so diboto.<br /><br />Lulululu ma natorasna dohot angka hahana di huta ala matua so mulak nasida, ndang tarpodom nasida saborngin i, “sondo naung disoro babiat? ninna rohanasida. Nasida nama pataruhon horbona i tu parmahanan marsogotna i. Diluluinasida manipat sadarina i alai ndang tarida. marsogot na i muse dilului ma tu sude huta ni tondongna tong so dapotnasida. Ndang dibotonasida be tudia luluanna.<br />Sogot dope manogot i nunga hehe Guru Bisa dohot Guru Lada ala ni malena. Diluluinasida ma harumonting dohot parbue ni hau na boi allangon manggohi butuhana. Ditorushonnasida ma pardalananna paihutihut pardalanan ni parharangani.<br />Sahat ma nasida tu sirpang, marsirang ma nasida di si sada tu hambirang sada tu siamun masidalani dalanna be.<br /><br />Sahat ma Guru Bisa tu huta ni partombak i, dipangido ma asa disi jolo ibana mahiandu. Burju do parjabu i manjalo ibana, datu bolon do parjabu i huhut pangulima. Marmeangmuli do halak ro tusi, adong na marubat adong na marguru hadatuon dohot hapangulimaon.<br />Tarsunggul ma na binoto ni Guru Bisa sian sihadakdanahonna, turun do tu ibana hadatuon ni ompungna jala nunga pola digoari ibana guru ala naung mangajar marmonsak. Alai ndang dipataridahon Guru Bisa asa dapotsa sude hadatuon dohot hapangulimaon ni datu soranganna i.<br />Dung manang sadia leleng, tutu ma nunga gabe ummalo Guru Bisa sian datu i, jotjotan ibana nama mangubati na marsahit na ro marubat, ibana nama disuru datu i mangubati nang mangajari siseanna marmonsak nang na marguru hadatuon pe. Sude do dirungrunghon datu i hadatuonna dohot hapangulimaonna tu Guru Bisa.<br /><br />Diborhati ma Guru Bisa asa laho manandanghon hadatuon dohot hapangulimaonna tu luat na asing, borhat ma ibana dompak Dairi. Di na sahali pajumpang ma Guru Bisa dohot sahalak dolidoli di sada robean. Na hundul do dolidoli i huhut dipiu sisumutna dompak ginjang. Togos dagingna bodiar matana. Dibollang Guru Bisa ma ibana huhut ditiop janggutna dompak toru. Hehe ma dolidoli i, dibollang ma Guru Bisa huhut disintak sabukna. Ditarik Guru Bisa ma monsakna, marmonsak ma nasida alai monsak saguru do ndang adong na hona. Martinju ma muse nasida alai ndang adong na talu. Marsiranggut ma nasida muse, tong do pautal margantiganti nasida tu ginjang dohot tu toru. Margulingguling ma nasida muse di robean i sian dolok sahat tu toruan sahat tu na hornop di topi ni aek Simbolon. Mansohot ma nasida na marbadai songon na mangalap hosa.<br /><br />Disungkun Guru Bisa ma dolidoli i, aha margana, ise goarna, anak ni ise jala marhua ibana ro tu robean on? Dipaboa dolidoli i ma songon on: “Marga Pasaribu do ahu margoar Guru Lada anak ni ompu Ginjang sian Sibaragas Sipultak, na marmahan do hami dohot dahahang Guru Bisa, lalap hami marmonsak di galanggangnami i dohot dolidoli na ro mangasangi hami, dung pe botari asa sae. Ndang sanga be hupaontong hami horbonami, mago ma tunggal nabolon i gabe hululuihami ma sahat tu tonga ni harangan. Nunga mulai urmun, golap ma muse ari, hundul ma hami di ramba na di bona ni hau jala mondokhondok ma hami ala ni lojana laos nok ma matanami. Huuduti hami ma muse pardalanannami sahat tu sirpang gabe sirang ma hami mardalan, dahahang dompak siamun ahu dompak hambirang.<br /><br />Sahat ma ahu tu sada huta di harangan i, hupangido ma asa disi ahu tinggal. Burju do parjabu i dijalo do ahu, dipaboanboan ma ahu mamulung ramuan ni ubat ai datu bolon do hape ibana dohot pangulima, tung sonang do rohangku disi. Tarsunggul ma hadatuon na huguruhon sian sihadakdanahonku di hutanami. Las rohangku mamereng siseanna na ro marguru monsak tu ibana. Tamba ma na huboto gabe ummalo ma ahu marmonsak dohot dihadatuon sian ibana. Diborhati ma ahu marmonsak dohot hadatuon sian ibana, diborhati laho manandanghon hadatuon dohot hapangulimaon tu luat na asing, i ma dalanna umbahen na sahat ahu tu son.<br /><br />Dihaol Guru Bisa ma Guru Lada: “Ho do i hape anggia? ahu do haham Guru Bisa, sarupa do parsorionta. na so hutanda do ho nangkin ala na jongir ni sisumutmi dipiu ho dompak ginjang”, ninna. “Ho do i hape hahang? na so hutanda do ho nangkin ala na ganjang i janggut mi!”, ninna Guru Lada laos dibobok haha na i. Masiummaan ma nasida huhut marhori matana ala ni las ni rohana, dibahen ma inganan i “Juma Gulangan”.<br />Ditorushon nasida ma paradangadanganna dompak Dairi manandanghon hadatuon dohot hapangulimaon. Sahat ma nasida tu Berampu, diubati ma angka na marsahit laos diajari ma taringot hadatuon. Angka na umposo pe diajari ma marmonsak. Tarbarita ma nasida di luat i, godang do halak naniubatannasida, na marguru hadatuon dohot hapangulimaon pe torop do.<br />Dung sadia leleng nasida di si tarsunggul ma nasida naeng pajumpang dohot natorasna dohot angka hahana, dipaboa ma tu angka siseanna borhat ma nasida jolo mulak tu Sibaragas.<br />Las do roha ni sude sisolhotna, diharoani ma nasida ai naung mago do nasida di rohana gabe jumpang, naung mate do di rohana gabe mangolu.<br /><br />Ndang saida leleng dope Guru Bisa dohot Guru Lada naung mulak tu hutana Sibaragas, pultop ma parmusuon ni marga berampu dohot marga Ujung. Tarsingot ma roha ni marga Berampu dihapangulimaon dohot hadatuon ni Guru Bisa dohot Guru Lada. Disuru ma utusan mangalapi nasida tu Sibaragas Sipultak asa nasida gabe ulubalangna mangalo marga Ujung. Las do roha ni Guru Bisa dohot Guru Lada mangoloi pangidoan ni marga Berampu i, borhat ma nasida pinaulubalang tu Dairi.<br />Diambangi marga Berampu ma nasida dibahen ma parhontasanna laho borhat tu partontangan. Marsuraksurak ma marga Berampu mangudurhon Guru Bisa dohot Guru Lada.<br />Umbege barita haroro ni Guru Bisa dohot guru Lada ulubalang ni marga Berampu i, gabe mundur ma sumangot ni marga Ujung, hona eak ma nasida laos talu pornag. Monang ma marga berampu, diboan ma tabantaban sian Ujung, dilehon ma deba tabantaban i tu Guru Bisa dohot Guru Lada.<br />Di pudian ni ari, martahi ma Guru Bisa dohot Guru Lada; “Nunga loja hita na marporang i holan tabantaban i ma deba dilehon tu hita hape tanonta so adong bahen parhutaan, parsabaan dohot parporlahan”. Mar dos ni roha ma nasida asa laho Guru Lada mandapothon marga Ujung paboahon na boi taluhononna Guru Bisa asal ma dijanjihon marga Ujung na lehononna tano parhutaan, parsabaan dohot parporlahan tu ibana bahen upana. Hupatalutalu pe asa ho monang ninna Guru Bisa.<br /><br />Laho ma Guru Lada mandapothon marga Ujung. Dipaboa ma na olo do ibana pinaulubalang tu nasida jala boi do lehononna parhangkungan pabo ingkon talu Guru Bisa bahenonna. Alai ingkon marjanji marga Ujung na ingkon lehononna sabagian tanona bahen parhutaan, parsabaan dohot parporlahan asa boi tongtong rap dohot nasida. Dioloi marga Ujung do manjanjihon lehononna tano i asal ma tutu monang nasida.<br />Dibingkas marga Ujung ma muse parporangon tu marga Berampu. Sobu do parporangan i alai manggogo do Guru Lada mandopang musuna, Guru Bisa pe tung dipartahanton do marga Berampu.<br />lam leleng na marporang i lam sumurut do Guru Bisa ai maralal di ibana dohot anggina Guru Lada asa dipatalutalu di na marporang i.<br />Monang ma tutu marga Ujung, diboan ma tabantaban i sian Berampu marsuraksurak na nasida mulak. Dipatutur marga ujung ma angka boruna na ummulina asa pilliton ni Guru Lada sahalak sian i gabe pardihutana.<br /><br />“Ba beha ma i rajanami, dilehon hamu do borumuna bahen pardihutangku hape nanggo tanongku bahen parjabuanku soada”, ninna Guru Lada. Änggo tano do, pos ma roham, nunga hujanjihon hami hian i, lehononnami ma i, ninna marga Ujung, laos dilehon ma Kuta Tengah na di Bunturaja nuaeng. Marjanji ma nasida na sada siulaon, sada adat, sapartahian tu joloan on, gabe senina (dongan sabutuha) ma Guru Lada di marga Ujung, jala pomparan ni Guru Lada gabe marga Ujungsaribu.<br />Dipillit Guru Lada ma sahalak sian boru ni Ujung i bahen dongan saripena, dipauli ma jabuna, dipungka ma hutana dohot parladanganna di Kuta Tengah, disi ma ibana mamompari.<br />Leleng di parlelengan ro ma Guru Bisa muse mandapothon Guru Lada gabe rap nasida maringanan songon i nang angka pomparanna.<br /><br />SIBORU BIDINGLAUT (NAN TINJO) GABE SOMBAON<br />Nunga mangoli sude anak ni Gurutateabulan na opat i holan ibotona siampudan i nama na so hot, i ma Siboru Bidinglaut na margoar huhut Nantinjo. Nunga matoras dagingna, nauli do nian rupana, torop do na mandok hata tu ibana alai ndang lomo rohana mida baoa. Tumagon ma so muli iba unang apala anak ni deba paurak iba, ninna rohana, ai sangkar so anak lahi do ibana, ulubalang parompuan.<br />Ro ma anak Jau sian Sipolha mangaririt ibana tu Sianjurmulamula. Muruk ma ibotona Limbongmulana dohot Sagalaraja ala so olo iboto na i tu anak Jau i, tung dipaksa do asa saut. Maporus ma Siboru Bidinglaut mangalualu tu ibotona siampudan Malauraja, nunga pinda ibotona i tu Simanindo dung mangoli dohot boru ni Balabulan. Dung matorasa na dihiringan manuk dipangido ripena i do asa dialap tungkotna alana disi mangintubu ibana mulak do mandapothon amana Balabulan. Dibuat Malauraja ma ripena songon tungkotna boru Jau. Disi sorang anakna i pintor mate do ripena parjolo i (ditampar lali), gabe boru Jau i nama pagodanggodang anakna i na margoar Taburaja. Tubu ni boru Jau on nama anggo Manikraja, Ambaritaraja dohot Gurningraja.<br /><br />Mangalualu ma Siboru Bidinglaut tu Malauraja, di dok ma na dimuruhi Limbongmulana dohot Sagalaraja do ibana ala so olo tu anak ni Jau i; hape ala na sumalim do rupa ni baoa i, bolong beut, songon jolma so begu. Ro do muse si doli i mangihuthon Siboru Bidinglaut tu Simaninndo. Diida Malauraja ma, na uli do hape baoa i, tompa mamunjung parsoara mamolim. Dipaingot ma iboto na i asa burju dialusi, ia so i ba dituntun ma lomona.<br />Ndang tarjua be, ninna roha ni Siboru Bidinglaut, unduk ma hatana. Dijalo ma sinamot satangan baju, sapinggan ri-bar, saguriguri sijonggi, dijujur ma ari parunjukna.<br /><br />Ro ma anak Jau i dohot sisolhotna mangalap Nantinjo, gabe mangandung ma Nantinjo borngin i, diandunghon ma: Ïale pongki pandakdakan simbora, suak tondi lapung sibaran lapalapa; ia nunga ahu sihampir gabe gambir tandiang gabe toras; tu Limbongmulana dohot Sagalaraja pe sotampil tu Malauraja pe so bolas. Ïale sibaran lapung bagian lapalapaa; ai na bagian ni siboruadi do maniop tanduk i ma tanduk na marjunggaluan, ai naung pandok ni tondingki do so haru anak lahi ahu so haru parompuan.<br /><br />Dung sae ulaon paradatan, borhat ma pangoli i rap dohot Nantinjo marsolu bolon dompak Sipolha. Di tonga tao i martonggo ma Nantinjo: Ömpung Mulajadinabolon, nunga songon i panompam di siboruadi, papupur ma baritangku di tonga tao on. Tongos ma ampilas manantan halisungsung marpiupiu dohot halibutongan marsobur asa borhat siboruadi manopot namboruna Siboru Saniangnaga.<br />Ro ma tutu sude napinangidona di ronggona i, marputar ma solu i, harom ma nasida sude masuk tu bagasan tao i gabe solobean sihalibutongan. Mumbang do ulaula tonun ni Nantinjo, gabe dibuat Malauraja ma i jala dibandahon singkat ni Siboru Bidinglaut. Tubu do bulu godang diparbandaanna i, gabe sombaon ma i margoar sombaon Simanindo, i ma panindoan Siboru Bidinglaut ninna Malauraja.<br /><br />Molo mamolus sian tao na dilambung ni pulo Malau pomparan ni Gurutateabulan sai dijouhon do: “Patio, patio tao i bolusonnami ale namboru Bidinglaut”. Ninna barita, asal ma dijouhon songon i sai tiur do tao i bolusonnasida.<br />Buhar do Jau i sian Sipolha ala ni i, gabe soluk ma tu si pomparan ni Manikraja, sian i ma muse marserak tu Simalungun dohot Pematang Siantar.<br /><br />MARGA PASARIBU<br />Adong do manang piga sian na umposo manungkun panusun bungkuon, sintap ni dia do na masuk tu maraga Pasaribu, ala adong do diida merek ni perusahaan “PASARIBU”, gabe disungkun; “Pasaribu dia do hamu?” Alusna: “Pasaribu Batubara”, na sada: “Pasaribu Harahap”, nasada nari: “Pasaribu Malau”, dohot angka na asing dope. Dipangido nasida ma asa dipamasuk tu torsa on hatoranganna; songon na tarsurat di toru on.<br /><br />a.Haroroan ni marga di halak Batak<br />Dung ditua deba boru Sibasoburning dongan saripe ni Guru Tateabulan, disungkun ma goar ni ama ni ripena i, dipaboa ripena i ma goar ni amana “Sibasoburning, gabe dibahen Guru Tateabulan ma marga ni ripena i “boru Sibasoburning, ai matua goar ni amana do gabe marga ni anakkonna (Patriarchat). I ma parmulaan ni marga di halak Batak.<br />Anggo goar ni Guru Tateabulan ndang pola dimargahon pomparanna, goar ni anakna Sariburaja do na parjolo dimargahon pomparanna gabe marga Pasaribu, i ma humebaheba dohot marga Sumba. Siboru Sanggul Haomasan boru ni Sariburaja na muli tu Tuan Sorbadibanua, boru Pasaribu do margana, laos i do diingot pomparanni Tuan Sorbadibanua sahat tu nuaeng on.<br />Di tingki Raja Hatorusan II (Tuan Balasahunu) pahompu ni Sariburaja gabe dua marga ma pomparan ni Sariburaja:<br />1.Pomparan ni siraja Iborboron gabe marga Borbor, jala ala padan ni Limbongmulana, Sagalaraja dohot Malauraja andorang dihiringan manuk dope Siraja Iborboron ingkon marsada nasida dohot si Raja Borbor maralohon pomparan ni Siraja Ilontungon, gabe dibahen nasida ma Raja Maropat di Sianjurmulamula manjujung “Borbor Marsada”.<br />2.Pomparan ni Siraja Ilontungon di Banuaraja manjujung marga Lontung.<br /><br />Hinorhon ni i gabe marga sabungan ma Pasaribu i ma marga parsadaan ni pomparanna. Gabe adong ma tolu marga pahebaheba di pomparan ni Siraja Batak:<br />1. Marga Borbor Marsada di Sianjurmulamula<br />2. Marga Lontung di Banuaraja<br />3. Marga Sumba di Pangururan, ai nunga pinda nasida tu si sian Sianjurmulamula.<br /><br />Dung bungkas sude pomparan ni Sariburaja sian Sianjurmulamula, gabe masibahen marga na be ma na tinggal i. Pomparan ni Limbongmulana gabe marga Limbong, pomparan ni Sagalaraja gabe marga Sagala jala pomparan ni Malauraja naung pinda tu Simanindo gabe marga Malau.<br />Ia pomparan ni Siraja Iborboron na bungkas sian Sianjurmulamula mangulahi do muse mambahen marga Sabungan Pasaribu gabe margana. Songon i do nang Ompu Tuan Rajadoli (Datu Taladibabana) na bungkas maringanan tu Dongdong Uluan, Pasaribu do dibahen margana. Tarbukti do i sian:<br />1. Siboru Hutahot: boru ni Datu Taladibabana na muli tu raja Mangareak, boru Pasaribu do margana, laos i do diingot pomparanna di Uluan sahat tu tingki nuaeng on.<br />2. Boru ni Matasopiak (anak ni Raja Sipahutar) na muli tu Sitorus Pane na di Sitorus Parsambilan, boru Pasaribu do dibahen margana ai marga Pasaribu do Matasopiak na pamuli boru i, gabe tongtong do martulang Sitorus sahat tu nuaeng on.<br />3. Sude anak ni Datu Taladibabana mamangke marga Pasaribu, dung pe matorop muse nasida di inganan na imbaru asa gabe goar nasida be dipampe pomparanna gabe margana. Pomparan ni Raja Sipahutar gabe marga Sipahutar, pomparan ni Raja Hatioran (Datu Singa) gabe marga Harahap, pomparan ni Raja Tanjung gabe marga Tanjung, pomparan ni Ramberaja gabe marga Rambe.<br /><br />Anggo pomparan ni Sariburaja II hot do marga Pasaribu mambuat goar ni Sariburaja I marga Sabungan Pasaribu, tarbukti do i sian:<br />1. Boru ni Sariburaja II sihahaan Nai Antingmalela na muli tu Sibagotnipohan boru Pasaribu do dibahen margana, laos i do diingot pomparan ni Sibagotnipohan sahat tu saonari.<br />2. Boru Sariburaja II paduahon, Siboru Pantisabungan na muli tu Babiatnaingol Sinaga tong do boru Pasaribu margana, ido diingot pomparanna sahat tu nuaeng on.<br /><br />Ia angka anak ni Sariburaja II (Datu Rimbangsoaloon) gabe marga do muse di inganan na imbaru dung mamompar nasida disi:<br />1. Pomparan ni Raja Matondang gabe marga Matondang,<br />2. Pomparan ni Raja Saruksuk gabe marga Saruksuk,<br />3. Pomparan ni Raja Tarihoran gabe marga Tarihoran,<br />4. Pomparan ni Raja Parapat gabe marga Parapat,<br />5. Pomparan ni Parubahaji gabe marga Tinedung dohot marga Sitangkar.<br /><br />Pinompar ni Datu Pompangbalasaribu hot do mamboan marga Pasaribu, alai anggo pomparanna gabe mamangke marga naimbaru nama dung sidung parporangon ni Isangmaima (Datu Pulungantua) dohot Datu Marhandangdalu (Datu Rimbangsaudara), songonon ma partording ni marga nasida:<br />1. Pomparan ni Isangmaima (Datu Pulungantua) gabe marga Lubis mambuat goar ni anakna Tumonggo Lubis.<br />2. Pomparan ni Datu Marhandangdalu (Datu Rimbangsaudara) gabe tolu marga mamboanhon goar ni anakna:<br />a. Pomparan ni Sariburaja III mamboanhon marga Sabungan Pasaribu sian Sariburaja I, marga Sabungan Pasaribu sian Sariburaja II dohot marga Pasaribu sian Sariburaja III.<br />b. Pomparan ni Raja Dohang gabe marga Datubara mambuat goar na pinampehon ni Datu Marhandangdalu, ala sian bara ibana martabasi, alai muba do i muse gabe Batubara.<br />c. Pomparan ni Raja Humbil na margoar muse Toga Gurning gabe marga Gurning.<br /><br />Pangarimpunanna:<br />I. Sude margamarga i, marga Borbordo parsadaanna (sabunganna), molo dijouhon jambar tu marga Borbor nunga dihangkam i sude margamarga na ditoruon, sian no 1 – 18<br /><br />II. Na masuk tu marga Sabungan Pasaribu sian pinompar ni Sariburaja I, sude margamarga Borbor na di ginjang i sopadohot Limbong, Sagala dohot Malau. Alai nang marga na tolu on dohot angka anak ni margana tong do masuk marga Pasaribu ala ni parhahamaranggion dohot ala na masuk i nasida tu Borbor Marsada ala ni parpadananna i, tarlobi molo laho nasida tu luat na godang disi marga Pasaribu, asa boi sasiulaon di paradatan las ni roha manang arsak ni roha.<br />III. Na masuk tu marga Sabungan Pasaribu II sian pinompar ni Sariburaja II; sude pomparan ni Sariburaja II na masuk tu margamarga Borbor (no 1-10) na di ginjang i.<br />IV. Na masuk tu marga Pasaribu nuaeng; sude pomparan ni Sariburaja III, i ma pomparan ni Siraja Habeahan, Siraja Bondar, Siraja Gorat.<br /><br />Marhite hatorangan na di ginjang i boi ma taralus sungkunsungkun ni angka sundut naumposo, boi do sahalak mamangke: 1. margana sandiri; 2. Marga Sabungan Pasaribu paduahon; 3. Marga Borbor; 4. Marga Sabungan Psaribu parjolo, marguru tu kondisi dohot situasi di tingki i di luat naniinganananna.<br /><br />Tiruanna rupani:<br />1. Boi do marga Batubara na di Sarulla mambahen marga Pasaribu pasadahon dirina tu Pasaribu na disini gabe sisada ulaon paradatan di las ni roha dohot sitaonon manang hamamaju ni usaha, mambuat marga Sabungan Pasaribu.<br />2. Boi do marga Harahap na di Tarutung mambahen marga di perusahaan mambuat marga Sabungan Pasaribu parjolo laho padengganhon parsaoranna di inganan i.<br />3. Boi do marga Malau na di Parapat mambahen marga Sabungan Pasaribu marningot parsadaan Borbor Marsada pasanggamhon parsaoranna manang hamamaju ni usahana di inganan i.<br />4. Boi do marga Harahap na di Sitorang mambahen marga Sabungan Pasaribu padengganhon pardomuanna tu luat i, ala Pasaribu do marga Borbor na umbalga di Toba Holbung.<br />5. Boi do marga Limbong, Sagala, Malau mambahen marga parsadaanna “Nai Marata”; alai molo adong do marga Borbor dohot disi, ba marga Borbor Marsada do bahenonna marga parsadaannasida, marningot padan i<br /><br />b. Marga Pasaribu gabe marga na asing<br /><br />Adong do sian maraga Pasaribu gabe masuk tu marga na asing mangihuthon marga ni halak na nidapotna jala ala dao ingananna i sian luat ni margana hian so adong be pardomuanna gabe masuk nama ibana tu marga na adong di luat i paima adong sada tingki tarsingot ibana tu margana hian. Tiruanna:<br />1. Pomparan ni Panjimeter na sahat tu Alas gabe masuk do tu margamarga na adong di tano Alas, songon i do nang na sahat tu Gayo gabe masuk do tu margamarga na adong di Gayo.<br />2. Marga Pasaribu (adong do i sian Raja Habeahan, Raja Bondar, Raja Gorat) na mulak tu bonapasogitna di Pariksabungan gabe masuk tu marga Limbong laho pasadahon dirina tu marga na nidapothonna asa boi sisada ulaon paradatan di las ni roha manang sitaonon. Alai di tingki parpudi on lumobi angka na di pangarantoan nunga mulak muse mambahen margana “Pasaribu Habeahan”.<br /><br /><br />c. Marga na tamba tu marga Pasaribu<br />Adong na so marmarga hian na ro maringanan tu luat na niinganan ni Pasaribu gabe dipamasuk do dirina gabe marga Pasaribu asa unang adong bolatbolat di nasamarga di luat i.<br /><br />Tiruanna:<br />1. Mangihuthon torsa di Barus, Sultan Ibrahim na ro sian Terusan (Sumatera Barat), di do ibana Pasaribu sian Bangkara pasadahon dirina dohot marga Pasaribu na nidapthonna di Pasaribudolok. Dijalo nasida do ibana gabe marga Pasaribu, gabe Sultan Ibrahin muse ibana di Pasaribu Tobing, pomparanna pe gabe marga pasaribu do. I ma na nidokna marga tamba tu marga Pasaribu.<br />2. Molo adong marga Pasaribu na mambahen anak angkatna na so marmarga hian, tangkas ma marboaboa tu raja (diadathon), gabe marga Pasaribu do i.<br />3. Molo adong parumaen ni Pasaribu na so marmarga, buatonna ma marga ni simatuana manang ompung boru, boi do nang sundut tu ginjang ni i alai ingkon adathononna di bagasan adat Dalihan na tolu, dohot ma hulahula nampuna marga i songon suhut parboru.<br /><br />Boasa pola pampeon marga ni parumaen na so marmarga? Anggo mangihuthon adat ni hala Batak ndang boi dohonon goar sidanak, manang goarna i ala ni bao, parumaen, anggi boru ai subang do i. Songon i do nang goarni haha doli, simatua ni angka ina, margana do na boi jouonna. Ala ni i ma ingkon pampeon marga ni parumaen na so marmarga. Angkup ni i, asa adong pangamai manjalo adat dohot mangalehon adat molo adong siulaon manang horja.<br />Hela na so marmarga pe, pampeonna do songon marga ni sahalak amangboru ni nabinuatna na suman tu roha ni keluarga i, boi do adat ni i laos di tingki parunjuhonnasida. Ndang boi dohonon goar ni hela, subang do i.<br /><br />MARSUMBANG (MANOMPAS BONGBONG)<br />Mangihuthon na somal di margamarga dohot anak ni marga di pomparan ni Siraja Ilontungon dohot di pomparan ni Siraja Isumbaon, ala na adong do naung manompas bongbong (marsumbang) sian anakna dohot boruna umbahen na tamba marga na imbaru ala naung masihoruan nasida. Ompu parginjang ni paranak ma gabe marga ni anak jala ompu parginjang ni boru ma gabe marga ni boru.<br />Anggo na somal, sai anak ni ompu ni marga i do parjolo manompas bongbong, jala goar ni anak na ma muse gabe marga naimbaru. Rupani: Marga Siopatpusoran do marga ni pomparan ni Guru Mangaloksa Hasibuan, alai tardege pinggol ni dalan ma Ompu Lompo pomparan ni Sirajanabarat dohot boru ni pomparan ni Sirajahutatoruan, gabe ditolopi Raja Siopatpusoran ma tompas bongbong di nasida, tubu ma marga na imbaru mangihuthon goar ni anak ni Guru Mangaloksa i ma marga Hutabarat, Panggabean, Hutagalung dohot Hutatoruan.<br /><br />Alai sai adong do na marbahir, isara marga Silahisabungan. Silalahi tu marga Tambunan ndang boi marhula marboru, hape Tambunan sandiri nunga masiboruan sama nasida (Tambunan Batuara, Tambunan Lumbangaol, Tambunan Lumbanpea). Na deba marga, na marningot padan ni ompunasida be do umbahen na so boi masialapan boru.<br />Godang panghorhon ni marsumbang (manompas bongbong). Mangihuthon adat Dalihan na tolu, di hundulan ni hasuhuton do sude na sa marga, alai molo dung masa na manompas bongbong, gabe pomparan ni ompu ni paranak ma na gabe hasuhuton, jala pomparan ni ompu ni parboru ma gabe hulahula molo di jabu ni paranak ulaon. Alai molo di huta ni parboru do siulaon, gabe parboru i ma na gabe hasuhuton jala paranak i ma gabe pamoruonnsida. Jadi di bagasan na samarga hian nunga gabe mardalan partuturan Dalihan na tolu.<br /><br />Molo so dibagasan adat na manompas bongbong i, godang do mara dihorhon, songon tudostudos pinatorang di toru on:<br />1. Tuan Sariburaja na marsumbang dohot ibotona Siboru Pareme (pinaporhas), naeng do bunuon ni anggina Limbongmulana, Sagalaraja dohot Malauraja, Siboru Pareme pe dibuang do tu tombak na limuton di Batumartindi na di dolok Sabulan.<br />2. Siajidonda Hatahutan na marroharoha dohot ibotona pinaporhas Siboru Tapinauasan di na laho nsida tu tombak, gabe lohot do tu hau piupiu tanggule songon i dohot datu, sibaso, guru d.n.a na naeng paluahon nian, i do na ginombarhon ni Tunggal Panaluan.<br />3. Mangihuthon torsa, adong do na mariboto marroharoha di topi ni sunge Sitalaktak di holangholang ni tambunan Batuara dohot Matio, gabe batu do nasida di topi ni sunge i.<br />4. Di na tardege ni pinggol ni dalan Ompu Lompo pomparan ni Sirajanabarat dohot boru sian pomparan ni Siraja Hutatoruan, gabe mate do ompu Lompo dipusa si Bindoran iboto ni boruboru i sandiri.<br /><br />Sada ulaon na borat do na manompas bongbong i, alai sai na masa do i molo dung lam sopar tu toropna na samarga i lumobi molo hurang marga pangalapan boru/pangolian ni anak di luat i.<br />Anggo margamarga na masuk tu marga Sabungan Pasaribu, manang Borbor Marsada, ndang ala na adong na marsumbang umbahen na tamba marga na imbaru. Tamba pe angka marga ala naung torop do pomparan ni sada ompu di ingananna na imbaru, boi marsaulaon adat jongjong sandiri sopola be dohot marga sabunganna.<br />Sahat tu saonari, ndang adong dope na resmi diadathon anak mangoli dohot boru muli di marga Borbor Marsada di Tapanuli Utara. Disura roha nian hinorhon ni balga ni uhum na tu Sariburaja dohot tu Siboru Pareme i do na manghorhon gabe jorajoranon angka naumposo dibahen.<br />Asing do pangalahona anggo di Angkola dohot Mandailing, ai nunga masialapan boru disi Pasaribu tu Batubara, Lubis tu Harahap, d.n.a. Disura roha, ala na hurang do disi marga na jonok tu ingananna pangalapan boru dohot pangolion ni anak nasida, jala margamarga Borbor do na torop jala pajonokjonok di inganan i.<br /><br />Sada hatinggalan do di margamarga Borbor martimbanghon margamarga Lontung dohot margamarga Sumba ala na so resmi dope marga Borbor manompas bongbong.<br />Dua mansam do parjadi ni manompas bongbong:<br /><br />a. Molo halak na raja, na mora, na tar dok goar na naeng manompas bongbong, dipapungu ma angka rajaraja ni marga i, dipantom horbo laho paboahon sangkap na i. Dung ditolopi rajaraja i panompason bongbong i, dibahen ma pesta na balga, dijou ma rajaraja ni marga na satingkat dohot marga na i dohot sude panungganei na margana i marompuompu asa sude umbotosa dohot manggabei nasida na manompas bongbong i. Olat ni i rasmi ma boi nasida marhula marboru. Anggo parunjuhon ni na mangihut songon unjuk na somal nama.<br />b. Molo halak na metmet jala parhurangan do na marsumbang i, diluahon ma jumolo boru i tu luat na humolang manang tu inganan parkarejoanna di pangarantoan. Dung gabe, i pe asa ditahihon mambahen adatna di hutana. Somalna ndang pola maol be i ditolopi angka raja ala naung gabe nasida. Dipabalga ma pestana, dijou ma utusan ni margamarga na jonok tu luat ni paranak dohot parboru, dirasmihon ma panompason bongbong i. Olat ni i nunga boi marhula marboru nasida. Ala molo so gabe do nasida, somalna ndang diadathon be i, mabiar ma angka na umposo mangihuthon songon i dipudi.<br /><br />Holan i tutu, molo naeng manompas bongbong naeng ma dimulai sian parsirangan ni ompu parginjang asa unur muse partamba ni anak ni marga i.<br />Molo niida naung marserak do tu desa na ualu pomparan ni Siraja Iborboron nunga mansai torop jala daodao be ingananna, dihilala roha tung na maol ma mangulahon cara na parjolo na manompas bongbong na pinatorang di ginjang.<br /><br />Na boi jala na umbulus ulahonon ni hatoropan, songon na tinaringotan di nomor dua i nama molo tung adong na manompas bongbong. Dung i molo tung adong na tar sor sian angka na umposo anak dohot boru ni margamarga Borbor, unang magodanghu be nian pangambati, alai adong ma usaha ni angka raja adat laho paturehon asa boi saut panompason bongbong i mardalan denggan, so pola mansalai adat ni ompunta. Molo dung denggan sahali mardalan perasmianna ba nunga boi muse mangihut angka naumposo.<br /><br />Molo tung adong nuaeng angka ianakhonta na tar sor tardege pinggol ni dalan hape nunga gabe nasida, marusaha ma parnak dohot parboru i mambahen perasmian ni panompason bongbong ni anakhonna i asa marhite sian i muse gabe rasmi boi marhula marboru margamarga di Siraja Borbor.<br />Alai, ba hata ni panurat on do i, ba tumangkas ma dipingkiri angka dongan dia ma na dumenggan siulahononta. Sihingkitsinalenggam, ba tapillit ma dia na dumenggan.<br /><br />Horas…Horas….Horas!!<br /></span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-37795300198886888592009-09-24T17:20:00.000+07:002009-09-24T17:35:16.601+07:00Ulos Batak, mendapat perlindungan secara Hukum<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpiEyoKtJpmf81Ia4aDg9-9_J3KO1gfaxb0aAJOrQlOyzw0VCuHcleeYmg4oV-N-nMYYBk_gQinHA1EtNVc0924_xu9MtKdpkPTn2y23j5g42wmwMkYW3GgIIJG2Co4Ho3caGVVGCy3Pw/s1600-h/los1.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpiEyoKtJpmf81Ia4aDg9-9_J3KO1gfaxb0aAJOrQlOyzw0VCuHcleeYmg4oV-N-nMYYBk_gQinHA1EtNVc0924_xu9MtKdpkPTn2y23j5g42wmwMkYW3GgIIJG2Co4Ho3caGVVGCy3Pw/s320/los1.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5384978248794571714" /></a><br />Ulos Batak adalah sebagai identitas, ada orang mengatakan ulos Batak adalah sebagai Budaya, Adat, Tradisi, Kegiatan Ritual, Kebiasaan dan Peninggalan, hal ini semuanya ada benarnya.<br /><span class="fullpost"><br />Perlukah atau dapatkah, Ulos Batak mendapat perlindungan secara hukum…?, apa dasar hukum perlindungan Ulos Batak.<br /><br />UUD RI 1945, ps 18b ayat (2) dinyatakan, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisional sepanjang masih hidup dan sesui dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan Republik Indonesia yang diatur dengan undang-undang.<br /><br />UU no 39 tahun 1999 tentang HAM, dalam rangka penegakan hak azasi manusia perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat, hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat dan pemerintah;<br /><br />Kemudian, Identitas budaya masyarakat, hukum adat termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi, selaras dengan perkembangan zaman.<br /><br />Sedangkan, UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 7: Kewenangan daerah juga mencakup pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia dan pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis.<br /><br />UU No.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, pasal 10, (1) Negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan sejarah dan benda budaya nasional lainnya.<br />(2) Negara memegang hak cipta atas Folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti, cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad lagu, kerajina tangan, koreagrafi, tarian, kaligrafi dan karya seni.<br />(3)Untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya tersebut pada ayat (2) orang yang bukan warga Negara Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin dari instansi yang terkait dengan masalah tersebut. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak cipta yang dipegang oleh Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur dengan Peraturan Pemerintah.<br /><br />Hak Budaya diatur UU Hak Cipta No.19/2002, defenisinya, sekumpulan ciptaan tradisional, baik yang dibuat oleh kelompok masyarakat yang menunjukkan identitas sosial dan budayanya berdasarkan standard dan nilai-nilai yang diucapkan atau diikuti secara turun temurun.<br /><br />Contoh Hak Budaya:<br />Cerita Rakyat, Puisi Rakyat, Lagu-lagu Rakyat, Tari-tarian Rakyat, Permainan Tradisional.<br />Sehingga masa Perlindungan Hak Cipta, jika pencipta selama hidup, dan ditambah 50 tahun lamanya setelah pencipta meninggal dunia.<br />Sedangkan Hak Budaya selama Budaya itu ada..!<br /><br />Hak Cipta, selama pencipta hidup…<br />Hak Budaya, selama Budaya itu ada…<br /><br />Apakah kejadian ‘BATIK’ akan terulang pada ULOS kita? Ini yang mengganggu pikiran saya sekarang… “begitu kata salah seorang wanita batak yg kebetulan penggemar ulos”<br />Horas..!!<br /><br />disadur dari <span style="font-style:italic;">bersamatoba.com</span><br /></span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-3188383011063430122009-09-24T17:10:00.000+07:002009-09-24T17:14:12.344+07:00Sejarah Ulos Batak<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinCUsENYLqrrFEHJjx9REuzNpbn_RoqV-xdYC04r2x-zEuaXnOeYtyZTw2UBIVpC3ziIXHP9TJttIxT8CQkOilQTKeME5FLVUExNqFxbEUKQ-mJVD32BvVofJ-V0FUmJybYm82bdSJIHk/s1600-h/ulos.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 104px; height: 78px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinCUsENYLqrrFEHJjx9REuzNpbn_RoqV-xdYC04r2x-zEuaXnOeYtyZTw2UBIVpC3ziIXHP9TJttIxT8CQkOilQTKeME5FLVUExNqFxbEUKQ-mJVD32BvVofJ-V0FUmJybYm82bdSJIHk/s320/ulos.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5384974928831183362" /></a><br />Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang. Benda sakral ini merupakan simbol restu, kasih sayang dan persatuan, sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi: “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong", yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya maka ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama.<br /><br />Secara harfiah, ulos berarti selimut yang menghangatkan tubuh dan melindunginya dari terpaan udara dingin. Menurut kepercayaan leluhur suku Batak ada tiga sumber yang memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Dari ketiga sumber kehangatan tersebut ulos dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari-hari.<br /><br /><br />Dahulu nenek moyang suku Batak adalah manusia-manusia gunung, demikian sebutan yang disematkan sejarah pada mereka. Hal ini disebabkan kebiasaan mereka tinggal dan berladang di kawasan pegunungan. Dengan mendiami dataran tinggi berarti mereka harus siap berperang melawan dinginnya cuaca yang menusuk tulang. Dari sinilah sejarah ulos bermula.<br /><span class="fullpost"><br />Pada awalnya nenek moyang mereka mengandalkan sinar matahari dan api sebagai tameng melawan rasa dingin. Masalah kecil timbul ketika mereka menyadari bahwa matahari tidak bisa diperintah sesuai dengan keinginan manusia. Pada siang hari awan dan mendung sering kali bersikap tidak bersahabat. Sedang pada malam hari rasa dingin semakin menjadi-jadi dan api sebagai pilihan kedua ternyata tidak begitu praktis digunakan waktu tidur karena resikonya tinggi. Al hajatu ummul ikhtira'at, karena dipaksa oleh kebutuhan yang mendesak akhirnya nenek moyang mereka berpikir keras mencari alternatif lain yang lebih praktis. Maka lahirlah ulos sebagai produk budaya asli suku Batak.<br /><br /><br />Tentunya ulos tidak langsung menjadi sakral di masa-masa awal kemunculannya. Sesuai dengan hukum alam ulos juga telah melalui proses yang cukup panjang yang memakan waktu cukup lama, sebelum akhirnya menjadi salah satu simbol adat suku Batak seperti sekarang. Berbeda dengan ulos yang disakralkan yang kita kenal, dulu ulos malah dijadikan selimut atau alas tidur oleh nenek moyang suku Batak. Tetapi ulos yang mereka gunakan kualitasnya jauh lebih tinggi, lebih tebal, lebih lembut dan dengan motif yang sangat artistik.<br /><br />Setelah mulai dikenal, ulos makin digemari karena praktis. Tidak seperti matahari yang terkadang menyengat dan terkadang bersembunyi, tidak juga seperti api yang bisa menimbulkan bencana, ulos bisa dibawa kemana-mana. Lambat laun ulos menjadi kebutuhan primer, karena bisa juga dijadikan bahan pakaian yang indah dengan motif-motif yang menarik. Ulos lalu memiliki arti lebih penting ketika ia mulai dipakai oleh tetua-tetua adat dan para pemimpin kampung dalam pertemuan-pertemuan adat resmi. Ditambah lagi dengan kebiasaan para leluhur suku Batak yang selalu memilih ulos untuk dijadikan hadiah atau pemberian kepada orang-orang yang mereka sayangi.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Kini ulos memiliki fungsi simbolik untuk berbagai hal dalam segala aspek kehidupan orang Batak. ulos menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan adat suku Batak.<br /><br />Mangulosi, adalah salah satu hal yang teramat penting dalam adat Batak. Mangulosi secara harfiah berarti memberikan ulos. Mangulosi bukan sekadar pemberian hadiah biasa, karena ritual ini mengandung arti yang cukup dalam. Mangulosi melambangkan pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan dan kebaikan-kebaikan lainnya.<br /><br /><br />Dalam ritual mangulosi ada beberapa aturan yang harus dipatuhi, antara lain bahwa seseorang hanya boleh mangulosi mereka yang menurut tutur atau silsilah keturunan berada di bawah, misalnya orang tua boleh mengulosi anaknya, tetapi anak tidak boleh mangulosi orang tuanya. Disamping itu, jenis ulos yang diberikan harus sesuai dengan ketentuan adat. Karena setiap ulos memiliki makna tersendiri, kapan digunakan, disampaikan kepada siapa, dan dalam upacara adat yang bagaimana, sehingga fungsinya tidak bisa saling ditukar.<br /><br /><br />Dalam perkembangannya, ulos juga diberikan kepada orang "non Batak". Pemberian ini bisa diartikan sebagai penghormatan dan kasih sayang kepada penerima ulos. Misalnya pemberian ulos kepada Presiden atau Pejabat negara, selalu diiringi oleh doa dan harapan semoga dalam menjalankan tugas-tugas ia selalu dalam kehangatan dan penuh kasih sayang kepada rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya.<br /><br />Beberapa jenis ulos yang dikenal dalam adat Batak adalah sebagai berikut:<br /><br /><br />1. Ulos Ragidup<br /><br />Ragi berarti corak, dan Ragidup berarti lambang kehidupan. Dinamakan demikian karena warna, lukisan serta coraknya memberi kesan seolah-olah ulos ini benar-benar hidup. Ulos jenis ini adalah yang tertinggi kelasnya dan sangat sulit pembuatannya. Ulos ini terdiri atas tiga bagian; dua sisi yang ditenun sekaligus, dan satu bagian tengah yang ditenun tersendiri dengan sangat rumit. Ulos Rangidup bisa ditemukan di setiap rumah tangga suku batak di daerah-daerah yang masih kental adat bataknya. Karena dalam upacara adat perkawinan, ulos ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada ibu pengantin lelaki.<br /><br /><br />2. Ulos Ragihotang<br /><br />Hotang berarti rotan, ulos jenis ini juga termasuk berkelas tinggi, namun cara pembuatannya tidak serumit ulos Ragidup. Dalam upacara kematian, ulos ini dipakai untuk mengafani jenazah atau untuk membungkus tulang belulang dalam upacara penguburan kedua kalinya.<br /><br /><br />3. Ulos Sibolang<br /><br />Disebut Sibolang sebab diberikan kepada orang yang berjasa dalam mabolang-bolangi (menghormati) orang tua pengantin perempuan untuk mangulosi ayah pengantin laki-laki pada upacara pernikahan adat batak. Dalam upacara ini biasanya orang tua pengantin perempuan memberikan Ulos Bela yang berarti ulos menantu kepada pengantin laki-laki.<br /><br /><br />Mengulosi menantu lelaki bermakna nasehat agar ia selalu berhati-hati dengan teman-teman satu marga, dan paham siapa yang harus dihormati; memberi hormat kepada semua kerabat pihak istri dan bersikap lemah lembut terhadap keluarganya. Selain itu, ulos ini juga diberikan kepada wanita yang ditinggal mati suaminya sebagai tanda penghormatan atas jasanya selama menjadi istri almarhum. Pemberian ulos tersebut biasanya dilakukan pada waktu upacara berkabung, dan dengan demikian juga dijadikan tanda bagi wanita tersebut bahwa ia telah menjadi seorang janda. Ulos lain yang digunakan dalam upacara adat adalah Ulos Maratur dengan motif garis-garis yang menggambarkan burung atau banyak bintang tersusun teratur. Motif ini melambangkan harapan agar setelah anak pertama lahir akan menyusul kelahiran anak-anak lain sebanyak burung atau bintang yang terlukis dalam ulos tersebut.<br /><br /><br />Dari besar kecil biaya pembuatannya, ulos dapat dibedakan menjadi dua bagian:<br /><br />Pertama, Ulos Na Met-met; ukuran panjang dan lebarnya jauh lebih kecil daripada ulos jenis kedua. Tidak digunakan dalam upacara adat, hanya untuk dipakai sehari-hari.<br /><br /><br />Kedua, Ulos Na Balga; adalah ulos kelas atas. Jenis ulos ini pada umumnya digunakan dalam upacara adat sebagai pakaian resmi atau sebagai ulos yang diserahkan atau diterima.<br /><br /><br />Biasanya ulos dipakai dengan cara dihadanghon; dikenakan di bahu seperti selendang kebaya, atau diabithon; dikenakan seperti kain sarung, atau juga dengan cara dililithon; dililitkan dikepala atau di pinggang.<br /><br /><br />Berbicara soal harga, ulos dengan motif dan proses pembuatan sederhana relatif murah. Ulos kelas ini bisa dibeli dengan harga berkisar antara Rp. 6000 sampai Rp.250.000 bahkan lebih. Sementara untuk ulos kelas atas dengan kualitas bahan yang baik dan proses pembuatan yang lebih rumit, bisa diperoleh dengan harga berkisar antara ratusan ribu rupiah hingga jutaan. Misalnya songket khas Batak yang digunakan pengantin pria pada upacara pernikahan adat Batak, dibandrol Rp. 7,5 juta.<br /></span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-42484520388119428282009-09-24T16:25:00.000+07:002009-09-24T16:40:32.353+07:00Ulos Pun Diklaim malaysia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfx0Uhbvcic7Ib-j9rb91zq6OtHtVx-AKtUUkL_088ceI3W5En2NBtzgbkEpkkIJReluUJG9A3oeSFM4atHW-FpKqpFn_Ikvb3X0KgBZOlMVK3G0ikN0k3LaLtQVuivVl_yZwNEAR9Wz8/s1600-h/bukti2.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfx0Uhbvcic7Ib-j9rb91zq6OtHtVx-AKtUUkL_088ceI3W5En2NBtzgbkEpkkIJReluUJG9A3oeSFM4atHW-FpKqpFn_Ikvb3X0KgBZOlMVK3G0ikN0k3LaLtQVuivVl_yZwNEAR9Wz8/s320/bukti2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5384966031887009810" /></a><br />Cerita Seru. Menurut Forum Kebudayaan Indonesia, sudah 32 budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara asing, ataupun negara lain, 21 diantaranya diklaim oleh Malaysia.<br /><span class="fullpost"><br />1. Batik dari Jawa oleh Adidas<br />2. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia<br />3. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia<br />4. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia<br />5. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia<br />6. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia<br />7. Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda<br />8. Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda<br />9. Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda<br />10. Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing<br />11. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia<br />12. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia<br />13. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia<br />14. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia<br />15. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia<br />16. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia<br />17. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia<br />18. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia<br />19. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia<br />20. Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Perancis<br />21. Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris<br />22. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia<br />23. Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika<br />24. Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd<br />25. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia<br />26. Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda<br />27. Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang<br />28. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia<br />29. Kain Ulos oleh Malaysia<br />30. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia<br />31. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia<br />32. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia<br />Malaysia begitu jeli memanfaatkan situasi dimana sebagian besar rakyat Indonesia tidak begitu memperhatikan kebudayaannya sendiri. Situasi dimana rakyat Indonesia lebih bangga jika menggunakan sesuatu yang berbau luar negeri dan asing.<br />Ini juga kesalahan bangsa Indonesia sendiri, 10 hingga 20 tahun silam, anak-anak Indonesia masih sering bermain alep, kuda lumping, tali tanah, bendengan dan, tapi sekarang anak-anak lebih suka PlayStation, TimeZone. Media televisi juga latah mengikuti trend ini. Praktis mungkin hanya TVRI yang cukup konsisten menayangkan acara budaya-budaya Indonesia. Itupun pemirsanya cuma sedikit. Ini menjadi cambuk bagi generasi muda Indonesia untuk introspeksi, disamping memang ulah negara tetangga yang tidak bersahabat.<br />Malaysia mungkin memang suka mencuri, atau tepatnya plagiat budaya. Ada 21 budaya Indonesia yang mereka klaim sebagai budaya asli mereka, salah satunya Ulos. Ternyata, tahun 2008 lalu, Malaysia sudah klaim Ulos sebagai bagian dari budaya mereka pada satu acara, yang katanya mewakili negeri-negeri yang ada di Malaysia.<br />Menurut Lidyanata Blog, kain ulos tersebut digunakan pada acara yang mewakili kebudayan negara-negara yang ada di Malaysia. Kain dipakai dalam suatu tarian, yang kalau tidak salah jenisnya ‘ragi hotang’, dengan tarian yang mirip tortor, hanya tangan mereka tidak ‘manyomba’ di depan dada, tapi diletakkan di samping paha kiri dan kanan dan kakinya ‘manyerser’ -serser.<br /><br /><br />Isi blog tersebut:<br />Selama ini saya tidak terlalu mengikuti perkembangan ULOS. Yang saya tahu, ULOS itu kain/pakaian adat batak, warisan nenek moyang kita, yang pemakaiannya tidak sembarangan. Lucunya, setelah saya mengalami kejadian yang menyesakkan (menurut saya), baru deh saya ‘heboh’ cari tahu mengenai ULOS.<br /><br />Kejadiannya begini, beberapa minggu lalu saya ditugaskan oleh kantor ke Kuala Lumpur. Pada satu acara, kami disuguhkan kebudayaan yang katanya mewakili negeri-negeri yang ada di Malaysia. Awalnya sih biasa, yang mereka tampilkan adalah tari-tarian Melayu lengkap dengan pakaian khas Melayu, yg notabene persis dengan tarian dan pakaian Melayu kita. Diikuti dengan tarian dan pakaian adat yg mirip Dayak, okelah, saya pikir masih masuk akal. Yang biasa mulai menjadi tak biasa setelah mereka tampilkan ‘tarian menenun songket’ lengkap dengan kain songket yang persis sekali dengan songket Palembang.<br />Emosi saya mulai memuncak ketika mereka menampilkan suatu tarian, saya lupa mereka sebut itu tarian apa (sangking emosinya saya sudah tak terdengar lagi apa kata MCnya :( Yang pasti pakaian yang dikenakannya adalah ULOS, yang kalau saya tidak salah jenisnya ‘ragi hotang’, dengan tarian yang mirip dgn tortor, hanya tangan mereka tidak ‘manyomba’ di depan dada, tapi diletakkan di samping paha kiri dan kanan dan kakinya ‘manyerser’ -serser. Dengan bangganya mereka menampilkan tarian itu sebagai budaya mereka! Ironis sekali. Tadinya saya pikir hanya saya yang ‘noticed’ akan kejadian tersebut, ternyata ada seorang teman saya yang juga sadar “Eh Lid, baju lo dipake tuh!” dia tau saya orang BATAK-RED.<br />Sudah ada beberapa teman (baik BATAK dan nonBatak) yang mengiyakan kalau yang di foto itu adalah ULOS (menurut kalian para penari di atas memakai ULOS bukan?)<br /><br /><br /><br /><br />Teman2 kita semua tahu bahwa ULOS itu asli milik kita “Halak BAtak”, setelah mengetahui ini, saya jadi semakin heran dengan sikap Negara tetangga kita ini, mengapa ya mereka ga malu gitu mengakui kalo budaya orang sebagai miliknya…??<br />Jujur, saya jadi semakin marah, tapi saya tidak tau apa yang harus saya perbuat., jadinya yah, saya mempublikasi kan nya saja, biar semakin banyak orang dan orang batak yang tau akan hal ini.<br />Mungkin dari kejadian ini kita bisa mengambil sikap, bisa semakin memperhatikan kebudayaan kita, paling tidak dimulai dari budaya masing-masing lah. Biar kita tidak kehilangan jati diri kita.<br />Dan berharap pemerintah daerah Sumatera Utara juga dapat mengambil sikap dari kejadian ini, agar kejadian ini tidak berulang sampai kapan pun lagi.<br />Saya juga sedih dengan teman2 yang notabene orang batak, tapi banyak yang malu kalau mereka itu adalah orang batak. Yah setidaknya marilah setiap diri kita<br />SADAR… SADAR… SADAR….<br />JANGAN MALU SEBAGAI ORANG BATAK…<br />JANGAN SAMPAI DIBILANG DALLE….<br />JANGAN SAMPAI… JANGAN SAMPAI….<br /><br />MAULIATE…. GB…<br /><br /><br /><br />http://lidyanata.blogspot.com/2008/05/sejak-kapan-orang-malaysia-pake-ulos.html<br />http://lumbantoruan.com/pikiranku/ulos-pun-diklaim-malaysia<br /></span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-58759205713853758492009-09-17T21:01:00.000+07:002009-09-17T21:08:28.486+07:00Gondang Batak, Warisan yang Hampir Punah<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFRzxwrMIiMzzmxWcW4f3PTfTFyIDHx3TJjLhzFYEiTS3KciTnAMxMe2v_c_RGBHHI7vdt2MJ0t8KaNyvXnMjvywUGimOu3hxU_qYPLGII2LDIB72p7IuN99PL6prITtx6xXOExkud5rQ/s1600-h/gondang.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFRzxwrMIiMzzmxWcW4f3PTfTFyIDHx3TJjLhzFYEiTS3KciTnAMxMe2v_c_RGBHHI7vdt2MJ0t8KaNyvXnMjvywUGimOu3hxU_qYPLGII2LDIB72p7IuN99PL6prITtx6xXOExkud5rQ/s320/gondang.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5382437952514079026" /></a><br />Kalau kita dengar istilah musik Batak, apakah yang muncul dalam pikiran kita? Istilah Batak berkenaan dengan suatu bangsa besar yang mengandung beberapa suku yang kebudayaan dan bahasanya berhubungan, tetapi juga berbeda.<br /><br />Bangsa Batak termasuk suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, Mandiling, dan Angkola. Menurut kebiasaan di Indonesia, kalau kita dengar kata Batak kita biasanya pikir tentang kebudayaan Batak Toba. Kemudian, kecuali kita yang bekerja dalam suasana anthropolog atau etnomusikolog, istilah musik Batak hampir selalu disamakan dengan musik Batak Toba.<br /><br /><span class="fullpost"><br /><br />Kalau kita pikir tentang musik Batak, apakah itu yang timbul dalam akal kita? Di kota-kota besar seperti Medan, jawabnya hampir selalu terkait dengan musik pop Batak seperti musik trio vokal yang biasanya bisa didengar di pesta pernikahan, siaran radio musik Batak, Karaoke, lapotuak dsb.<br /><br />Bila musik pop Batak dipersembahkan di video biasanya di kaset karaoke, rasanya hampir selalu ada kisah tentang kerinduan desa, Danau Toba, dan gaya hidup yang sering dianggap sudah hilang. Dalam video sejenis ini, sering penyanyi dan penari memakai pakaian tradisional dan menari Tortor di depan rumah tradisional mereka, atau dipinggir danau Toba. Dalam video ini, kadang kita melihat sekilas ansambel musik tradisi Batak Toba; Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi. Penglihatan sekilas ini, bagaimanapun biasanya sangat singkat sekali dan hampir tidak pernah dibolehkan mendengar suara alat-alat ini dalam gambaran kebudayaan Batak Toba yang ditengahi dan diatur oleh media. Kelompok musik tradisi Batak Toba sudah menjadi lambang kebudayaan yang dilucuti oleh konteks dan makna asli. Gara-gara kekuatan media massa dalam hidup modern ini, masyarakat Batak Toba, khususnya pemuda yang tinggal di kota menganggap musik tradisi mereka sebagai simbol kebudayaan Batak tradisi, tetapi simbol tersebut melambangkan baik pemandangan hidup maupum astetis musik yang biasanya mereka diasingkan dalam kehidupannya sehari-hari.<br /><br />GONDANG<br />Musik tradisi masyarakat Batak Toba disebut sebagai Gondang. Ada tiga arti untuk kata Gondang: 1. Satu jenis musik tradisi Batak Toba; 2. Komposisi yang ditemukan dalam jenis musik tsb. (misalnya komposisi berjudul Gondang Mula-mula, Gondang Haroharo dsb; dan 3. Alat musik kendang. Ada 2 ansambel musik Gondang, yaitu Gondang Sabangunan yang biasanya dimainkan di halaman rumah; dan Gondang Hasapi yang biasanya dimainkan di dalam rumah.<br /><br />Gondang Sabangunan terdiri dari sarune bolon (sejenis alat tiup obo), taganing (perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci punya peran melodis dengan sarune tsb), gordang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat gong yang disebut ogung dan hesek sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan batang kayu atau logam) yang membantu irama.<br /><br />Sarune Bolon adalah alat tiup double reed (obo) yang mirip alat-alat lain yang bisa ditemukan di Jawa, India, Cina, dsb. Pemain sarune mempergunakan teknik yang disebut marsiulak hosa (kembalikan nafas terus-menerus) dan membiarkan pemain untuk memainkan frase-frase yang panjang sekali tanpa henti untuk tarik nafas. Seperti disebut di atas, taganing adalah perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci dan punya peran melodis sama dengan sarune. Tangga nada Gondang sabangunan disusun dalam cara yang sangat unik. Tangga nadanya dikunci dalam cara yang hampir sama (tapi tidak persis) dengan tangga nada yang dimulai dari urutan pertama sampai kelima tangga nada diatonis mayor yang ditemukan dimusik Barat: do, re, mi, fa, sol. Ini membentuk tangga nada pentatonis yang sangat unik, dan sejauh yang saya tahu, tidak bisa ditemukan ditempat lain di dunia ini. Seperti musik gamelan yang ditemukan di Jawa dan Bali, sistem tangga nada yang dipakai dalam musik Gondang punya variasi diantara setiap ansambel, variasi ini bergantung pada estetis pemain sarune dan pemain taganing. Kemudian ada cukup banyak variasi diantara kelompok dan daerah yang menambah diversitas warisan budaya yang sangat berharga ini.<br /><br />Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing punya peran dalam struktur irama. Pola irama Gondang disebut doal, dan dalam konsepsinya mirip siklus gongan yang ditemukan dimusik gamelan dari Jawa dan Bali, tetapi irama siklus doal lebih singkat.<br />Sebagian besar repertoar Gondang sabangunan juga dimainkan dalam konteks ansambel Gondang hasapi. Ansambel ini terdiri dari hasapi ende (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main melodi), hasapi doal (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main pola irama), garantung (sejenis gambang kecil yang main melodi mengambil peran taganing dalam ansambel Gondang hasapi), sulim (sejenis suling terbuat dari bambu yang punya selaput kertas yang bergetar, seperti sulim dze dari Cina), sarune etek (sejenis klarinet yang ambil peran sarune bolon dalam ansambel ini), dan hesek (sejenis alat perkusi yang menguatkan irama, biasanya pada alat ini ada botol yang dipukul dengan sebuah sendok atau pisau).<br /><br />Tangga nada yang dipakai dalam musik Gondang hasapi hampir sama dengan yang dipakai dalam Gondang sabangunan, tetapi lebih seperti tangga nada diatonis mayor yang dipakai di Barat. Ini karena pengaruh musik gereja Kristen.<br /><br />ASPEK-ASPEK SEJARAH<br /><br />Ansambel musik yang memakai alat-alat terbuat dari perunggu di Sumatera biasanya terdiri dari perlengkapan yang punya empat sampai dua belas gong kecil, satu atau dua gong besar yang digantung, dua sampai sembilan kendang, satu alat tiup, penyari dan gembreng. Satu Ansambel yang khas jenis ini ada Gondang sabangunan dari Batak Toba. Ansambel ini masih dipakai dalam upacara agama Parmalim. Gondang sabangunan punya peran yang penting sekali dalam upacara agama tersebut. Seperti pada catatan di atas, Ansambel ini terdiri dari 4 gong yang main siklus irama gongan yang singkat, perlengkapan lima kendang yang dikunci, satu sarune (alat tiup/ obo), satu kendang besar dan satu alat perkusi (biasanya botol) untuk memperkuatkan irama.<br /><br />Musik Gondang sabangunan dipakai dalam upacara agama untuk menyampaikan doa manusia ke dunia atas. Waktu musik dimainkan, pemain sarune dan pemain taganing dianggap sebagai menifestasi Batara Guru. Musik ini dipergunakan untuk berkomunikasi dengan dunia atas dan rupanya tranformasi pemain musik ini terjadi untuk memudahkan hubungan dengan dunia atas. Transformasi paradigma ini di mitos Batak sangat mirip yang ada di Bali menunjuk bukti tidak langsung bahwa ada hubungan purbakala diantara kebudayaan Batak Toba dan kebudayaan Bali. Biarpun hal ini tidak dapat dibuktikan, ada kemungkinan yang berhubungan dengan sejarah, karena kedua kebudayaan masing-masing berhubungan paling sedikit sebagai batas keluar kerajaan Majapahit. Bersangkutan dengan konsep kosmos bertingkat tiga ada konsep tentang faktor mediasi; pohon kosmos atau pohon hidup. Pohon mitos yang menghubungkan tiga dunia punya hubungan simbolis dengan pohon Bodhi dalam agama Budha, kayon di wayang Bali dan Jawa, dan barangkali konsep ini lebih tua dari agama Budha dan agama Hindu. Dalam konsepsi Batak peran musik mirip peran pohon kosmos; musik juga menghubungkan dunia masing-masing. Melalui musik Gondang batasan diantara dunia dapat ditembus, doa manusia dapat sampai kepada debata, dan berkah debata dapat sampai kepada manusia.<br /><br />Dengan kedatangan agama Kristen ke Tanah Batak, pokok kebudayaan Batak sangat diubah sekali. Interaksi dengan agama baru ini dan nilai-nilai barat menggoncangkan kebudayaan tradisi Batak Toba sampai ke akarnya. Menurut gereja Kristen musik Gondang berhubungan dengan kesurupan, pemujaan roh nenek moyang, dan agama Batak asli, terlalu bahaya untuk dibolehkan terus dimainkan lagi. Pada awal abad kedua puluh Nommensen minta pemerintah kolonial Belanda untuk melarang upacara bius dan musik Gondang. Larangan ini bertahan hampir empat puluh tahun sampai pada tahun 1938. Itu merupakan suatu pukulan utama untuk agama tradisi Batak Toba dan musik Gondang yang sangat terkait dengan agama tsb.<br /><br />KONDISI MODERN<br /><br />Migrasi Batak ke kota mulai di tahun 1910 tapi setelah Indonesia merdeka migrasi tersebut tambah besar di thn 50-an. Migrasi ke kota menyebabkan mereka berinteraksi dengan suku lain di kota-kota Indonesia yang penduduknya sebagian besar beragama Islam. Dalam lingkungan multi etnis ini banyak orang Batak ketemu rasa identitas Batak yang menjadi lebih kuat terhadap suku lain. Tetapi banyak orang Batak pula dalam proses menyatukan diri dengan masyarakat Indonesia meninggalkan banyak aspek bahasa, kebudayaan, dan tradisinya. Di sisi lain, ada bagian orang Batak kota yang menjadi lebih sadar tentang kepentingan identitas masyarakat Batak dan berusaha untuk menegaskan rasa Batak dan memberikan dana untuk upacara tugu dan perayaan lain di desanya.<br /><br />Ada orang Batak kota yang sudah menjadi makmur yang sering membiayai upacara. Mereka membawa estetis kosmopolitan yang ada kalanya melawan estetis tradisi. Identifikasi dengan nilai-nilai mengenai kemodernan, kemajuan, pendidikan dan kemakmuran sering diekspresikan dengan afinitas kepada apa yang dianggap modern. Misalnya, sekarang di pesta atau upacara seolah-olah musik grup keyboard yang main poco-poco lebih laris dan dihargai daripada dengan musik Gondang yang punya peran sangat penting dalam upacara adat. Pesta kawin yang modern tidak lagi dianggap lengkap tanpa musik keyboard atau musik tiup yang memainkan lagu pop Batak atau pop barat. Sebaliknya, mungkin ansambel musik Gondang dianggap kampungan oleh orang kota yang berkecenderungan mengindentifikasi dengan modernitas.<br /><br />Kita semua harus hidup dalam dunia modern dan harus menghadapi media global dan periklanan, yang suka atau tidak makin bertambah mempengaruhi pikiran dan selera setiap orang. Kita tidak mampu tinggal di masa lalu dan melarikan diri dari kemajuan. Tetapi, ada ancaman bahwa generasi kita dapat menghilangkan jenis musik tradisi yang disebut Gondang, yang sampai akhir ini adalah manifestasi kebudayaan Batak Toba yang sangat penting baik dalam bidang masyarakat maupun bidang rohani.<br /><br />KESIMPULAN<br />Sebagai mahasiswa etnomusikologi (pelajaran musik daerah), saya baru diperkenalkan pada musik Gondang Batak Toba tahun 1993 di Universitas Washington, Seattle, AS. Saya langsung jatuh cinta dengan musik yang indah dan sangat unik ini. Melodi-melodi yang sangat kompleks dimainkan oleh sarune bolon dan taganing berjalin dengan irama Gondang, ogung, dan hesek dalam cara yang hipnotis, seperti jiwa saya yang dipanggil oleh musik ini. Ternyata musik ini pas untuk tujuan ini. Saya didorong oleh dua kawan etnomusikologis Batak untuk mempelajari musik ini yang luar biasa indah dan jarang didengar di luar Sumatera Utara ini.<br /><br />Sedih hati saya menyaksikan kemunduran musik Gondang. Masyarakat Batak adalah masyarakat yang bangga dan bersemangat dengan nilai kebudayaan dan identitasnya. Kemudian, menurut saya sangat membingungkan sekali warisan luar biasa ini bisa ditinggalkan. Kenapa musik tradisi Bali dan Jawa masih hidup, walaupun Gondang Batak sekarang diambang kepunahan. Apakah kebudayaan Bali atau Jawa lebih unggul daripada kebudayaan Batak? Saya rasa tidak.<br /><br />Dibutuhkan langkah mengorganisasikan program untuk mempelajari kebudayaan tradisi Batak, tujuannya untuk dokumentasi, pelestarian, pendidikan, dan promosi kebudayaan tradisi Batak. Bergabung dalam penelitian dan dokumentasi yang sudah dilakukan untuk mengusahakan melawan erosi kebudayaan tradisi yang menonjol sekali, khususnya dalam bidang seni. Saya menganjurkan untuk memperhatikan seni musik, bukan karena ini bidang saya, melainkan keprihatinan saya mengenai semua aspek-aspek kebudayaan. Karena tekanan modernisasi, globalisasi, media massa, dan daya tarik dunia barat, kebudayaan tradisi dan khususnya musik Gondang terancam hilang. Kehilangan musik Gondang yang disebut banyak orang sudah terjadi, tentu saja tragis sekali.<br /><br />Upacara dan pesta yang dulu berperan sebagai tempat penampilan musik tradisi semakin kurang karena orang lebih suka grup keyboard atau trio vokal yang lebih mencerminkan modernitas dan kejauhan dari semua hal yang disebut kampungan. Musik pop Batak yang sudah tentu menjadi identitas etnis suku Batak Toba, biasanya ada musik country dan balada pop tua Amerika yang memakai bahasa Batak. Musiknya tidak ada hubungan kuat dengan masyarakat Batak, kecuali sekali-sekali sebagai contoh kebudayaan dalam proses perubahan, tapi betapa tragis kalau musik pop Batak ini menggantikan musik Gondang yang merupakan warisan berharga tapi kurang dihargai.<br /><br />Semakin lama semakin banyak pemain Gondang meninggal dunia dan pemain yang lebih muda didorong oleh hal-hal estetis dan ekonomis untuk main musik yang lebih laris. Kemungkinan muncul bahwa musik Gondang akan hilang sebagian besar atau semuanya. Ini tidak boleh diabaikan. Ada kemungkinan besar bahwa Gondang hanya akan bertahan hidup dalam konteks agama Parmalim yang masih mempergunakan musik ini dalam konteks aslinya. Mereka mempergunakan musik nenek moyangnya untuk menghormati nenek moyang tersebut dan untuk menyampaikan doa ke Debata Mulajadi Nabolon.<br /><br />Betapa tragis kalau warisan Batak berupa musik indah ini, yang punya sejarah sangat lama, berharga dan sangat unik di dunia, akan punah. Dalam dunia barat kami sudah lama lupa banyak tradisi, dan ada kecenderungan untuk mencari yang sakral dari kebudayaan lain, saya bertemu dengan musik sakral dan luar biasa di Sumatera Utara, tetapi musik ini mungkin akan punah karena masyarakat yang melahirkannya tidak lagi cukup peduli.<br /><br />(Penulis: Mark Kenyton, adalah kandidat doktor di Universitas Washington Seatle, AS)<br /></span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-21711402207702110232009-09-17T20:47:00.000+07:002011-04-19T10:50:12.479+07:00Kalau kita dengar istilah musik Batak, apakah yang muncul dalam pikiran kita? Istilah Batak berkenaan dengan suatu bangsa besar yang mengandung beberapa suku yang kebudayaan dan bahasanya berhubungan, tetapi juga berbeda.<br /><br />Bangsa Batak termasuk suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, Mandiling, dan Angkola. Menurut kebiasaan di Indonesia, kalau kita dengar kata Batak kita biasanya pikir tentang kebudayaan Batak Toba. Kemudian, kecuali kita yang bekerja dalam suasana anthropolog atau etnomusikolog, istilah musik Batak hampir selalu disamakan dengan musik Batak Toba.<br /><br /><span class="fullpost"><br /><br />Kalau kita pikir tentang musik Batak, apakah itu yang timbul dalam akal kita? Di kota-kota besar seperti Medan, jawabnya hampir selalu terkait dengan musik pop Batak seperti musik trio vokal yang biasanya bisa didengar di pesta pernikahan, siaran radio musik Batak, Karaoke, lapotuak dsb.<br /><br />Bila musik pop Batak dipersembahkan di video biasanya di kaset karaoke, rasanya hampir selalu ada kisah tentang kerinduan desa, Danau Toba, dan gaya hidup yang sering dianggap sudah hilang. Dalam video sejenis ini, sering penyanyi dan penari memakai pakaian tradisional dan menari Tortor di depan rumah tradisional mereka, atau dipinggir danau Toba. Dalam video ini, kadang kita melihat sekilas ansambel musik tradisi Batak Toba; Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi. Penglihatan sekilas ini, bagaimanapun biasanya sangat singkat sekali dan hampir tidak pernah dibolehkan mendengar suara alat-alat ini dalam gambaran kebudayaan Batak Toba yang ditengahi dan diatur oleh media. Kelompok musik tradisi Batak Toba sudah menjadi lambang kebudayaan yang dilucuti oleh konteks dan makna asli. Gara-gara kekuatan media massa dalam hidup modern ini, masyarakat Batak Toba, khususnya pemuda yang tinggal di kota menganggap musik tradisi mereka sebagai simbol kebudayaan Batak tradisi, tetapi simbol tersebut melambangkan baik pemandangan hidup maupum astetis musik yang biasanya mereka diasingkan dalam kehidupannya sehari-hari.<br /><br />GONDANG<br />Musik tradisi masyarakat Batak Toba disebut sebagai Gondang. Ada tiga arti untuk kata Gondang: 1. Satu jenis musik tradisi Batak Toba; 2. Komposisi yang ditemukan dalam jenis musik tsb. (misalnya komposisi berjudul Gondang Mula-mula, Gondang Haroharo dsb; dan 3. Alat musik kendang. Ada 2 ansambel musik Gondang, yaitu Gondang Sabangunan yang biasanya dimainkan di halaman rumah; dan Gondang Hasapi yang biasanya dimainkan di dalam rumah.<br /><br />Gondang Sabangunan terdiri dari sarune bolon (sejenis alat tiup obo), taganing (perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci punya peran melodis dengan sarune tsb), gordang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat gong yang disebut ogung dan hesek sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan batang kayu atau logam) yang membantu irama.<br /><br />Sarune Bolon adalah alat tiup double reed (obo) yang mirip alat-alat lain yang bisa ditemukan di Jawa, India, Cina, dsb. Pemain sarune mempergunakan teknik yang disebut marsiulak hosa (kembalikan nafas terus-menerus) dan membiarkan pemain untuk memainkan frase-frase yang panjang sekali tanpa henti untuk tarik nafas. Seperti disebut di atas, taganing adalah perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci dan punya peran melodis sama dengan sarune. Tangga nada Gondang sabangunan disusun dalam cara yang sangat unik. Tangga nadanya dikunci dalam cara yang hampir sama (tapi tidak persis) dengan tangga nada yang dimulai dari urutan pertama sampai kelima tangga nada diatonis mayor yang ditemukan dimusik Barat: do, re, mi, fa, sol. Ini membentuk tangga nada pentatonis yang sangat unik, dan sejauh yang saya tahu, tidak bisa ditemukan ditempat lain di dunia ini. Seperti musik gamelan yang ditemukan di Jawa dan Bali, sistem tangga nada yang dipakai dalam musik Gondang punya variasi diantara setiap ansambel, variasi ini bergantung pada estetis pemain sarune dan pemain taganing. Kemudian ada cukup banyak variasi diantara kelompok dan daerah yang menambah diversitas warisan budaya yang sangat berharga ini.<br /><br />Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing punya peran dalam struktur irama. Pola irama Gondang disebut doal, dan dalam konsepsinya mirip siklus gongan yang ditemukan dimusik gamelan dari Jawa dan Bali, tetapi irama siklus doal lebih singkat.<br />Sebagian besar repertoar Gondang sabangunan juga dimainkan dalam konteks ansambel Gondang hasapi. Ansambel ini terdiri dari hasapi ende (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main melodi), hasapi doal (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main pola irama), garantung (sejenis gambang kecil yang main melodi mengambil peran taganing dalam ansambel Gondang hasapi), sulim (sejenis suling terbuat dari bambu yang punya selaput kertas yang bergetar, seperti sulim dze dari Cina), sarune etek (sejenis klarinet yang ambil peran sarune bolon dalam ansambel ini), dan hesek (sejenis alat perkusi yang menguatkan irama, biasanya pada alat ini ada botol yang dipukul dengan sebuah sendok atau pisau).<br /><br />Tangga nada yang dipakai dalam musik Gondang hasapi hampir sama dengan yang dipakai dalam Gondang sabangunan, tetapi lebih seperti tangga nada diatonis mayor yang dipakai di Barat. Ini karena pengaruh musik gereja Kristen.<br /><br />ASPEK-ASPEK SEJARAH<br /><br />Ansambel musik yang memakai alat-alat terbuat dari perunggu di Sumatera biasanya terdiri dari perlengkapan yang punya empat sampai dua belas gong kecil, satu atau dua gong besar yang digantung, dua sampai sembilan kendang, satu alat tiup, penyari dan gembreng. Satu Ansambel yang khas jenis ini ada Gondang sabangunan dari Batak Toba. Ansambel ini masih dipakai dalam upacara agama Parmalim. Gondang sabangunan punya peran yang penting sekali dalam upacara agama tersebut. Seperti pada catatan di atas, Ansambel ini terdiri dari 4 gong yang main siklus irama gongan yang singkat, perlengkapan lima kendang yang dikunci, satu sarune (alat tiup/ obo), satu kendang besar dan satu alat perkusi (biasanya botol) untuk memperkuatkan irama.<br /><br />Musik Gondang sabangunan dipakai dalam upacara agama untuk menyampaikan doa manusia ke dunia atas. Waktu musik dimainkan, pemain sarune dan pemain taganing dianggap sebagai menifestasi Batara Guru. Musik ini dipergunakan untuk berkomunikasi dengan dunia atas dan rupanya tranformasi pemain musik ini terjadi untuk memudahkan hubungan dengan dunia atas. Transformasi paradigma ini di mitos Batak sangat mirip yang ada di Bali menunjuk bukti tidak langsung bahwa ada hubungan purbakala diantara kebudayaan Batak Toba dan kebudayaan Bali. Biarpun hal ini tidak dapat dibuktikan, ada kemungkinan yang berhubungan dengan sejarah, karena kedua kebudayaan masing-masing berhubungan paling sedikit sebagai batas keluar kerajaan Majapahit. Bersangkutan dengan konsep kosmos bertingkat tiga ada konsep tentang faktor mediasi; pohon kosmos atau pohon hidup. Pohon mitos yang menghubungkan tiga dunia punya hubungan simbolis dengan pohon Bodhi dalam agama Budha, kayon di wayang Bali dan Jawa, dan barangkali konsep ini lebih tua dari agama Budha dan agama Hindu. Dalam konsepsi Batak peran musik mirip peran pohon kosmos; musik juga menghubungkan dunia masing-masing. Melalui musik Gondang batasan diantara dunia dapat ditembus, doa manusia dapat sampai kepada debata, dan berkah debata dapat sampai kepada manusia.<br /><br />Dengan kedatangan agama Kristen ke Tanah Batak, pokok kebudayaan Batak sangat diubah sekali. Interaksi dengan agama baru ini dan nilai-nilai barat menggoncangkan kebudayaan tradisi Batak Toba sampai ke akarnya. Menurut gereja Kristen musik Gondang berhubungan dengan kesurupan, pemujaan roh nenek moyang, dan agama Batak asli, terlalu bahaya untuk dibolehkan terus dimainkan lagi. Pada awal abad kedua puluh Nommensen minta pemerintah kolonial Belanda untuk melarang upacara bius dan musik Gondang. Larangan ini bertahan hampir empat puluh tahun sampai pada tahun 1938. Itu merupakan suatu pukulan utama untuk agama tradisi Batak Toba dan musik Gondang yang sangat terkait dengan agama tsb.<br /><br />KONDISI MODERN<br /><br />Migrasi Batak ke kota mulai di tahun 1910 tapi setelah Indonesia merdeka migrasi tersebut tambah besar di thn 50-an. Migrasi ke kota menyebabkan mereka berinteraksi dengan suku lain di kota-kota Indonesia yang penduduknya sebagian besar beragama Islam. Dalam lingkungan multi etnis ini banyak orang Batak ketemu rasa identitas Batak yang menjadi lebih kuat terhadap suku lain. Tetapi banyak orang Batak pula dalam proses menyatukan diri dengan masyarakat Indonesia meninggalkan banyak aspek bahasa, kebudayaan, dan tradisinya. Di sisi lain, ada bagian orang Batak kota yang menjadi lebih sadar tentang kepentingan identitas masyarakat Batak dan berusaha untuk menegaskan rasa Batak dan memberikan dana untuk upacara tugu dan perayaan lain di desanya.<br /><br />Ada orang Batak kota yang sudah menjadi makmur yang sering membiayai upacara. Mereka membawa estetis kosmopolitan yang ada kalanya melawan estetis tradisi. Identifikasi dengan nilai-nilai mengenai kemodernan, kemajuan, pendidikan dan kemakmuran sering diekspresikan dengan afinitas kepada apa yang dianggap modern. Misalnya, sekarang di pesta atau upacara seolah-olah musik grup keyboard yang main poco-poco lebih laris dan dihargai daripada dengan musik Gondang yang punya peran sangat penting dalam upacara adat. Pesta kawin yang modern tidak lagi dianggap lengkap tanpa musik keyboard atau musik tiup yang memainkan lagu pop Batak atau pop barat. Sebaliknya, mungkin ansambel musik Gondang dianggap kampungan oleh orang kota yang berkecenderungan mengindentifikasi dengan modernitas.<br /><br />Kita semua harus hidup dalam dunia modern dan harus menghadapi media global dan periklanan, yang suka atau tidak makin bertambah mempengaruhi pikiran dan selera setiap orang. Kita tidak mampu tinggal di masa lalu dan melarikan diri dari kemajuan. Tetapi, ada ancaman bahwa generasi kita dapat menghilangkan jenis musik tradisi yang disebut Gondang, yang sampai akhir ini adalah manifestasi kebudayaan Batak Toba yang sangat penting baik dalam bidang masyarakat maupun bidang rohani.<br /><br />KESIMPULAN<br />Sebagai mahasiswa etnomusikologi (pelajaran musik daerah), saya baru diperkenalkan pada musik Gondang Batak Toba tahun 1993 di Universitas Washington, Seattle, AS. Saya langsung jatuh cinta dengan musik yang indah dan sangat unik ini. Melodi-melodi yang sangat kompleks dimainkan oleh sarune bolon dan taganing berjalin dengan irama Gondang, ogung, dan hesek dalam cara yang hipnotis, seperti jiwa saya yang dipanggil oleh musik ini. Ternyata musik ini pas untuk tujuan ini. Saya didorong oleh dua kawan etnomusikologis Batak untuk mempelajari musik ini yang luar biasa indah dan jarang didengar di luar Sumatera Utara ini.<br /><br />Sedih hati saya menyaksikan kemunduran musik Gondang. Masyarakat Batak adalah masyarakat yang bangga dan bersemangat dengan nilai kebudayaan dan identitasnya. Kemudian, menurut saya sangat membingungkan sekali warisan luar biasa ini bisa ditinggalkan. Kenapa musik tradisi Bali dan Jawa masih hidup, walaupun Gondang Batak sekarang diambang kepunahan. Apakah kebudayaan Bali atau Jawa lebih unggul daripada kebudayaan Batak? Saya rasa tidak.<br /><br />Dibutuhkan langkah mengorganisasikan program untuk mempelajari kebudayaan tradisi Batak, tujuannya untuk dokumentasi, pelestarian, pendidikan, dan promosi kebudayaan tradisi Batak. Bergabung dalam penelitian dan dokumentasi yang sudah dilakukan untuk mengusahakan melawan erosi kebudayaan tradisi yang menonjol sekali, khususnya dalam bidang seni. Saya menganjurkan untuk memperhatikan seni musik, bukan karena ini bidang saya, melainkan keprihatinan saya mengenai semua aspek-aspek kebudayaan. Karena tekanan modernisasi, globalisasi, media massa, dan daya tarik dunia barat, kebudayaan tradisi dan khususnya musik Gondang terancam hilang. Kehilangan musik Gondang yang disebut banyak orang sudah terjadi, tentu saja tragis sekali.<br /><br />Upacara dan pesta yang dulu berperan sebagai tempat penampilan musik tradisi semakin kurang karena orang lebih suka grup keyboard atau trio vokal yang lebih mencerminkan modernitas dan kejauhan dari semua hal yang disebut kampungan. Musik pop Batak yang sudah tentu menjadi identitas etnis suku Batak Toba, biasanya ada musik country dan balada pop tua Amerika yang memakai bahasa Batak. Musiknya tidak ada hubungan kuat dengan masyarakat Batak, kecuali sekali-sekali sebagai contoh kebudayaan dalam proses perubahan, tapi betapa tragis kalau musik pop Batak ini menggantikan musik Gondang yang merupakan warisan berharga tapi kurang dihargai.<br /><br />Semakin lama semakin banyak pemain Gondang meninggal dunia dan pemain yang lebih muda didorong oleh hal-hal estetis dan ekonomis untuk main musik yang lebih laris. Kemungkinan muncul bahwa musik Gondang akan hilang sebagian besar atau semuanya. Ini tidak boleh diabaikan. Ada kemungkinan besar bahwa Gondang hanya akan bertahan hidup dalam konteks agama Parmalim yang masih mempergunakan musik ini dalam konteks aslinya. Mereka mempergunakan musik nenek moyangnya untuk menghormati nenek moyang tersebut dan untuk menyampaikan doa ke Debata Mulajadi Nabolon.<br /><br />Betapa tragis kalau warisan Batak berupa musik indah ini, yang punya sejarah sangat lama, berharga dan sangat unik di dunia, akan punah. Dalam dunia barat kami sudah lama lupa banyak tradisi, dan ada kecenderungan untuk mencari yang sakral dari kebudayaan lain, saya bertemu dengan musik sakral dan luar biasa di Sumatera Utara, tetapi musik ini mungkin akan punah karena masyarakat yang melahirkannya tidak lagi cukup peduli.<br /><br />(Penulis: Mark Kenyton, adalah kandidat doktor di Universitas Washington Seatle, AS)<br /></span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-27899314632859913532009-09-17T20:39:00.000+07:002009-09-17T20:42:45.808+07:00Pergeseran Adat Batak Toba 1Sejak dahulu kala etnis Batak Toba sangat setia melaksanakan upacara adat dalam berbagai kegiatan. Adat sebagai bahagian dari kebudayaan elemen untuk mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan merupakan identitas budaya dalam khasanah kebhinekaan di dalam negara tercinta ini.Pada dasarnya adat di dalam implementasinya berfungsi menciptakan dan memelihara keteraturan, ketentuan-ketentuan adat dalam jaringan hubungan sosial diadakan untuk menciptakan keteraturan, sehingga tercapai harmonisasi hubungan secara horizontal sesama warga dan hubungan vertikal kepada Tuhan. Dengan demikian adat adalah aturan hukum yang mengatur kehidupan manusia sehingga bisa menciptakan keteraturan, ketentraman dan keharmonisan (Prof DR B Simanjuntak, 2001).<br /><br /><span class="fullpost"><br /><br />Pada saat sekarang ini dalam setiap pelaksanaan adat Batak Toba seringkali terjadi ketegangan, perbedaan pendapat walaupun jarang yang menimbulkan konflik, (jarang bukan berarti tidak pernah). Kenapa hal ini bisa terjadi? Banyak hal yang dapat menimbulkannya antara lain, faktor agama, kemajemukan asal dan etnis dalam suatu daerah, defusi adat yaitu percampuran adat antar etnis misalnya perkawinan berlainan suku, pengaruh era globalisasi dan lain-lain. Faktor-faktor inilah menyebabkan pergeseran pelaksanaan tata upacara adat Batak Toba pada saat sekarang. Sebenarnya hal ini sudah diantisipasi oleh tokoh adat Raja Patik Tampubolon setelah masuknya agama (Kristen) ke tanah Batak Toba.<br /><br />Beliau mengelompokkan pergeseran adat itu dalam 3 bahagian dan diimplementasikan oleh DR AB Sinaga dalam tiga species dalam pelaksanaan adat tersebut yaitu, Adat Inti, Adat na Taradat, dan Adat na Niadathon. Dalam perkembangan tata upacara adat Batak Toba pada saat sekarang muncul 1 (satu) spesies lagi yaitu Adat na Soadat.<br /><br />Untuk menghindarkan ketegangan dan beda pendapat kita harus mengetahui dan semufakat bahagian adat manakah yang akan dilaksanakan dalam suatu upacara adat dari ke 4 (empat) spesies upacara adat.<br /><br />1. Adat Inti<br />Adat inti mencakup seluruh kehidupan yang terjadi pada penciptaan dunia oleh Debata Mulajadi Nabolon. Adat inti diberikan bersamaan dengan penciptaan. Sesudah Mulajadi Nabolon menciptakan dewa tiga serangkai yaitu Batara Guru, Bala Sori dan Bala Bulan, maka dengan segera dimamahkanlah kepada mereka undang-undang dan hukum untuk mengetahui yang baik dan yang buruk. Tatkala pada awal mula manusia pertama dicipta (ada) di dunia ini maka Mula Jadi Nabolon memeteraikan “adat” dalam diri manusia tersebut serta memeteraikan undang-undang dan hukum ke dalam hati mereka tentang yang boleh dan terlarang, yakni “terlarang” (tongka), “jangan” (unang) dan tak patut (naso jadi). Dengan demikian, Adat Inti mutlak harus dituruti dan dilaksanakan sebagai undang-undang, adat dan hukum dalam kehidupan, seperti yang ditegaskan dalam ungkapan berikut :<br /><br />Adat do ugari<br />Sinihathon ni Mulajadi<br />Siradotan manipat ari<br />Siulahonon di siulu balang ari<br /><br />artinya :<br />Adat adalah aturan yang ditetapkan oleh Tuhan Pencipta, yang harus dituruti sepanjang hari dan tampak dalam kehidupan (Simanjuntak, 1966).<br /><br />Harus diakui bahwa adat dilakukan pada saat sekarang oleh masyarakat Batak Toba adalah mengacu pada Adat Inti, walaupun secara empirik tata cara Adat Inti ini tidak pernah lagi dilaksanakan secara utuh. Sifat adat inti adalah “primer” dalam arti mendahului dan konsitutif terhadap yang lain yang mengemban muatan etis normatif dan kemutlakan serta konservatif (tidak berubah). Pelaksanaan Adat Inti tidak boleh dimufakati untuk mengobahnya dalam upacara adat karena terikat dengan norma dan aturan yang diturunkan oleh Mula Jadi Nabolon (sebelum agama mempengaruhi sikap etnis Batak Toba terhadap upacara adat).<br /><br />Misalnya menentukan hari pelaksanaan upacara adat (maniti ari), menentukan media dan adat yang akan digunakan dalam upacara adat. Misalnya menentukan daging yang akan dimakan, kerbau, lembu atau babi, tergantung pada jenis adat yang dilaksanakan. Gondang sabangunan atau uning-uningan, musik tiup, key board tidak dikenal (tidak diperbolehkan) dalam pelaksanaan adat inti, dan banyak lagi norma-norma yang mutlak harus ditaati dan dipenuhi sejak merencanakan kegiatan, hari pelaksanaan dan sesudah upacara adat.<br /><br />Karena adat inti ini mutlak dan konservatif serta mengemban muatan etis normatif pelaksanaannya tidak bisa diobah. Misalnya, acara adat sari matua tidak bisa diobah menjadi acara adat saur matua dan lain-lain. Menurut RP Tampubolon menuruti atau melanggar adat inti sebagai undang-undang (patik) dan hukum (uhum) adalah soal hidup atau mati, melanggar dan mengobahnya adalah dosa berat yang mengakibatkan kebinasaan.<br /><br />Dengan uraian tentang Adat Inti di atas maka kita pada saat sekarang yang masih setia melaksanakan upacara adat, kita tidak mungkin lagi (tidak mampu) melaksanakannya sesuai dengan iman berdasarkan agama yang kita anut dan inilah merupakan pergeseran pelaksanaan adat yang kita laksanakan.<br /><br />2. Adat Na Taradat<br />Secara harafiah, adat na taradat adalah undang-undang dan kelaziman yang berupa adat. Adat itu menyatakan istiadat yang oleh suatu persekutuan desa, atau tempat tinggal di daerah perantauan dan juga oleh agama diubah dan dimasukkan menjadi suatu kelaziman atau kebiasaan yang boleh disebutkan adat yang dimufakati oleh warga-warga masyarakat.<br /><br />Ciri khas dari adat na taradat ini adalah pragmatisme dan fleksibilitas boleh jadi dilaksanakan berdasarkan sistematika adat inti. Dalam spesies adat kedua ini pelaksanaan adat demikian akomodatif dan lugas untuk menerima pengaruh daerah manapun asal dapat beradaptasi dengan acuan adat inti. Perpaduan fleksibilitas dan fragmatis menjadikan adat luput dari kekakuan dan kegamangan oleh adat inti yang stagnasi dan konservatisme.<br /><br />Adat na taradat ini bersifat adaptatif dan menerima pergeseran dari adat inti dan bahagian adat inilah yang dilaksanakan oleh pelaku-pelaku adat Batak Toba pada saat sekarang dengan berpedoman kepada ungkapan folklor Batak Toba.<br /><br />Tuat ma na di dolok martungkot siala gundi<br />Napinungka ni ompunta na parjolo<br />Tapa uli-uli (bukan tai huthon) sian pudi<br /><br />(Turunlah yang di bukit bertongkat siala gundi, yang sudah dimulai leluhur kita terdahulu kita perbaiki dari belakang). Artinya adat istiadat yang sudah diciptakan dan diturunkan nenek moyang kita terdahulu kita ikuti sambil diperbaiki (disesuaikan) dari belakang.<br /><br />Ungkapan ini menunjukkan permufakatan pergeseran pelaksanaan adat. Hal ini sering menimbulkan perdebatan di kalangan tokoh-tokoh adat (raja parhata) dan pelaku-pelaku adat. Perdebatan ini sering terjadi dengan suara yang kuat khas Batak Toba antara kelompok yang “seperti” setiap dengan adat inti dengan kelompok yang ingin perubahan oleh sesuatu hal. Lalu perdebatan diredakan dengan beberapa ungkapan umpama dan umpasa yang menimbulkan permufakatan untuk pelaksanaan upacara adat dengan menerima pergeseran dan perubahan antara lain :<br /><br />Aek godang tu aek laut<br />Dos ni roha do sibahen na saut, artinya<br />Kesamaan pendapat untuk jadi dilaksanakan<br /><br />Nangkok si puti tuat si deak<br />a i na ummuli ima tapareak, artinya<br />Sesuatu yang lebih baik itulah yang dilaksanakan<br /><br />Oleh karena permufakatan untuk pergeseran pelaksanaan adat itu, hampir pada semua upacara adat Batak Toba terjadi perubahan. Misalnya pada upacara perkawinan, sistematika atau urut-urutan tata cara perkawinan sering tidak dilaksanakan lagi mulai dari, marhori-hori dinding, marhusip, marhata sinamot, sibuha-buhai, mangan juhut, paulak une, maningkir tangga.<br /><br />Marhori-hori dinding adalah istilah yang digunakan kepada anak kecil yang mulai belajar berjalan. Anak kecil tersebut memegang dinding sambil melangkah penuh ke hati-hatian supaya jangan terjatuh. Istilah ini pulalah yang dipakai untuk menanyakan pihak yang punya putri oleh pihak yang punya anak yang akan dikawinkan. Dengan hati-hati pihak paranak menanyakan soal prinsip apakah anak gadis parboru sudah siap untuk dikawinkan, kalau sudah siap pada hari-hari berikutnya dilanjutkan dengan marhusip yaitu menanyakan kira-kira berapa sinamot yaitu jumlah uang (boli) yang akan diberikan untuk pelaksanaan pesta. Selanjutnya adalah marhata sinamot yaitu memastikan jumlah sinamot dan pelaksanaan teknis upacara adat pada hari yang ditentukan adalah upacara pesta adat yang dimulai dengan makan sibuha-buhai, itu pembuka pelaksanaan upacara adat lalu bersama-sama ke gereja menerima pemberkatan setelah itu dilanjutkan acara adat di tempat yang telah ditentukan.<br /><br />Secara garis besar demikianlah sistematika pelaksanaan upacara adat perkawinan Batak Toba pada adat inti. Namun pada saat sekarang dengan permufakatan banyak yang diobah antara lain, marhori-hori dinding, tidak lagi suatu keharusan dilaksanakan. Marhusip yang biasa tidak dihadiri orang tua si anak yang akan dikawinkan, pada saat sekarang justru orang tua si anak yang akan dikawinkan itulah yang memegang peranan dalam acara marhusip, marhata sinamot hanyalah formalitas sekedar mengumumkan apa yang telah dibicarakan pada acara marhusip. Pada acara marhata sinamot ini pun masih ada sandiwara (pura-pura) menetapkan besar sinamot yang akan diberikan. Jumlah ulos yang harus diterima oleh pihak paranak (pengantin laki-laki) tidak jelas acuannya boleh jadi dari 7 (tujuh) helai sampai 800 (baca delapan ratus) helai. Paulak une dan maningkir tangga adalah suatu skenario sandiwara upacara adat dalam permufakatan ulaon sadari (diselesaikan dalam satu hari). Substansi acara adat paulak une dan maningkir tangga tidak diperlukan lagi pada saat sekarang.<br /><br />Demikian halnya pada upacara adat kematian status seseorang yang meninggal bisa diobah dengan permufakatan sesuai dengan permintaan keluarga yang meninggal (hasuhutan). Para tokoh adat dan seluruh sanak famili yang masuk ke dalam sistem kekerabatan akan mengalah apabila hasuhuton meminta status yang meninggal dari status mangido tangiang yaitu seseorang yang meninggal pada saat meninggal belum ada anaknya yang sudah berkeluarga atau sudah ada yang kawin tetapi belum mempunyai cucu dari anak laki-laki dan anak perempuan, diobah status kematiannya menjadi “sari matua” status sari matua menurut adat inti diberikan kepada seseorang yang saat meninggal sudah ada anak laki-laki dan anak perempuan yang sudah berkeluarga dan sudah mempunyai cucu dari anak-anaknya tersebut tapi masih ada yang belum berkeluarga (adong sisarihononhon).<br /><br />Ada juga hasuhuton meminta agar orang tuanya yang meninggal diobah status kematiannya dari sarimatua menjadi saur matua. Saur matua menurut adat inti adalah apabila seseorang saat meninggal mempunyai keturunan laki-laki dan perempuan sudah berkeluarga semua dan dari setiap anak-anaknya yang sudah berkeluarga telah memiliki cucu. Ada juga hasuhuton yang meminta status kematian orang tuanya diobah dari status saur matua menjadi mauli bulung. Kematian status mauli bulung adalah status tertinggi dalam tata upacara adat kematian, mauli bulung adalah apabila seseorang pada saat meninggal meninggalkan keturunannya cucunya telah memiliki cucu dari anak laki-laki dan perempuan atau sudah mempunyai nini dan nono (cicit).<br /><br />Pergeseran tata acara adat Batak Toba telah terjadi pada setiap kegiatan upacara adat. Misalnya pada upacara adat pemberian ulos tondi pada anak yang sedang hamil 7 bulan diobah menjadi pemberian ulos mula gabe. Substansi pemberian ulos diobah menjadi “mendoakan” anak agar tetap sehat-sehat demikian juga anak yang akan dilahirkan diberikan Tuhan kesehatan. Demikian halnya pada kegiatan upacara adat lainnya perobahan dan pergeseran itu sudah terjadi seperti tata upacara adat, memasuki rumah, menggali tulang belulang, mengambil nama (mampe goar) dan lain-lain.<br />(Bersambung).<br /><br />Oleh : Drs Brisman Silaban MSi (Pengamat Sosial Budaya, Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan)<br /><br />Sumber : Harian SIB<br /></span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-83278528458217934082009-09-17T20:18:00.000+07:002009-09-17T20:35:33.517+07:00Pergeseran adat Batak Toba 23. Adat na Niadathon
<br />Adat na Niadathon yaitu tingkatan pelaksanaan tata upacara adat yang sudah dipengaruhi kebudayaan dan peradaban yang telah menjadi kebiasaan dan kelaziman baru.
<br /><span class="fullpost">Melalui kebiasaan pelaksanaan adat pada species 2 yaitu Adat na Taradat terjadilah pergeseran-pergeseran nilai dan perobahan pelaku adat untuk menyikapi pelaksanaan upacara adat inti, melainkan memunculkan “adat baru” melawan dan menindas tata laksana upacara adat inti. Bentuk-bentuk kegiatan upacara adat yang baru pun muncul antara lain upacara adat wisuda, babtisan anak, lepas sidi, perayaan ulang tahun, peresmian perusahaan, dan lain-lain, yang sebenarnya jenis upacara adat di atas tidak dijumpai pada upacara adat Batak Toba khususnya pada adat inti.
<br />
<br />Pada upacara adat dalam species Adat na Niadathon ini sangat dipengaruhi oleh unsur keagamaan. Di sini keterbukaan pintu adaptasi terhadap budaya dan kebiasaan dari luar atau pengaruh era globalisasi telah digunakan untuk merongrong dan menjajah adat inti atau adat asli yang selalu dilaksanakan etnis Batak Toba yang lama kelamaan menjadi memudar dan kabur, dan mungkin pada suatu saat akan tidak jelas dan pada akhirnya akan lenyap.
<br />
<br />4. Adat na Soadat
<br />Spesies adat berikut ini secara harafiah Adat na Soadat adalah adat yang bukan adat, karena tata laksana upacara adat disini tidak lagi berdasarkan struktur dan sistematika yang lazim dilaksanakan oleh etnis Batak Toba. Upacara yang dilaksanakan adalah sekedar “ngumpul” dalam bentuk resepsi, baik dalam upacara perkawinan, kematian dan lain-lain.
<br />
<br />Struktur kekerabatan Dalihan Natolu yaitu hula-hula (pihak pengambilan boru), dongan tubu (saudara semarga), dan boru (pihak yang mengambil isteri) tidak lagi difungsikan, demikian juga halnya simbol-simbol dan media yang digunakan dalam upacara adat seperti dengke (ikan), boras (beras), ulos, jambar (daging yang dibagi-bagikan sesuai dengan kedudukan (status) kekerabatan (affina) seseorang pada upacara adat) dan lain-lain semua disingkirkan. Dalam penolakan upacara adat dalam spesies Adat na Soadat ini umpama Batak Toba menyebutkan :
<br />
<br />Mumpat taluktuk, sega gadu-gadu
<br />Nunga muba adat naung buruk ala ro adat naimbaru,
<br />(Tercabut patok, rusak pembatas sawah, adat yang lama telah berobah karena sudah datang adat yang baru).
<br />
<br />Ungkapan ini sebenarnya berkonotasi yang tidak baik karena patok adalah petunjuk yang ditetapkan dan dimufakati justru dicabut, maka ketetapan boleh dilanggar, hal ini akan menimbulkan ketegangan dan perpercahan. Pembatas sawah yang dianalogikan sebagai aturan dan batas-batas tindakan dan perilaku dengan dasar nilai-nilai adat sudah rusak akan menimbulkan kekhaosan, pertentangan dan perpercahan.
<br />
<br />Kelompok yang menolak upacara adat ini adalah sebahagian dari kelompok agama Kristen sekte kharismatik dan juga kelompok agama Kristen Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) dan mungkin individu-individu pada gereja suku yang menolak pelaksanaan upacara adat. Menurut kelompok ini upacara adat berasal dari leluhur yang masih hidup dalam penyembahan berhala pada masa kegelapan sebelum agama Kristen masuk ke daerah Batak Toba. Oleh karena itu upacara adat tidak hanya sebagai aktivitas sosial yang berdiri sendiri tetapi terkait dengan segala ide, gagasan, paradigma, norma kuasa roh kegelapan yang ada di belakangnya dengan demikian upacara adat sangat bertentangan dengan hukum dan Firman Tuhan (H J Silalahi, 2004).
<br />
<br />Kelompok Kharismatik yang menolak upacara adat perkembangannya sangat pesat termasuk di Indonesia. Menurut Pdt Burju Purba dalam waktu relatif singkat sejak tahun 1960 sampai sekarang sudah memiliki anggota lebih kurang 500 juta jiwa di dunia. Menurut penelitian David Berret, umat Kristiani di dunia saat ini terdiri dari gerakan Kharismatik 44 %, Katolik 33 % dan selebihnya 22 % di luar Katolik dan Kharismatik (SIB, 7 Maret 2004). Perkembangan jumlah jemaat Kharismatik akan terus bertambah diprediksi tidak lama lagi hanya 2 (dua) komunitas kristen di dunia ini yaitu komunitas sekte Kharismatik dengan persentase lebih besar dan sekte Katolik dalam persentase yang lebih kecil. Dengan demikian apabila sekte Kharismatik konsisten menolak upacara adat, maka dalam hitungan tahun upacara adat Batak Toba tidak lagi sekedar bergeser tetapi akan tamatlah riwayatnya.
<br />
<br />Penutup
<br />“Seandainya” ada sisi negatif dari pelaksanaan upacara adat tetapi masih lebih banyak sisi positifnya. Oleh karena itulah masih banyak (mayoritas) etnis Batak Toba melaksanakan upacara adat. Adat yang dilaksanakan pada saat sekarang adalah berlandaskan kepada ajaran agama yang diterangi oleh Firman Tuhan. Dengan demikian adat merupakan media perwujudnyataan “kasih” seperti yang diajarkan oleh Tuhan Allah. Sesudah agama Kristen dianut mayoritas etnis Batak Toba fungsi adat sebagai mengatur kehidupan manusia untuk menciptakan keteraturan, ketentraman dan keharmonisan, dikonotasikan dalam istilah hadameon (kedamaian), bukan menciptakan ketegangan dan perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu seluruh komponen khususnya etnis Batak Toba berkewajiban melestarikan adat Batak Toba itu.
<br />
<br />Kepada saudara-saudara dari kelompok sekte Kharismatik dan kelompok-kelompok lainnya yang menolak upacara adat Batak Toba perlu disadari bahwa manusia adalah mahluk sosial yang hidup saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Lebih-lebih satu rumpun keluarga yang masuk dalam sistem kekerabatan. Manusia hidup di tengah-tengah kemajemukan suku, agama, ras dan adat. Supaya hidup berdampingan rukun dan damai tidak mungkin dipaksakan suatu norma aturan dan hukum yang digariskan dengan satu sudut pandang satu agama untuk itu perlu tenggang rasa dan saling menghargai, menghindarkan kekhaosan perpecahan dan konflik.
<br />
<br />Penulis : Drs. Brisman Silaban MSi. (Pengamat Sosial Budaya, Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan)
<br />
<br />Sumber : Harian SIB</span>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7769137180038264298.post-35501350734672261102009-09-11T14:39:00.000+07:002009-09-11T14:54:50.095+07:00Tribal Batak<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA-e6s3gKXL67xEodnr66SfCUA7zn9nMj3OvUazxPSpipbFF-Gfs52YBe-EHhQ4cpHqTKl35GNvaGC6xXoEpeqMgl0diLdiw3XSeuhXdhqOPVhAvv3dbM9A5gahcoisRS7YhNDFHbJiTw/s1600-h/north.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 130px; height: 108px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA-e6s3gKXL67xEodnr66SfCUA7zn9nMj3OvUazxPSpipbFF-Gfs52YBe-EHhQ4cpHqTKl35GNvaGC6xXoEpeqMgl0diLdiw3XSeuhXdhqOPVhAvv3dbM9A5gahcoisRS7YhNDFHbJiTw/s320/north.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5380115093100691218" border="0" /></a><br /><span style="font-size:100%;"><strong><a href="http://www.google.com/"> </a></strong></span><div align="justify"><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/Darwis/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot.jpg" alt="" /><span style="font-size:100%;"><strong>I. BACKGROUND HISTORY. No historian knows the exact movements of the nation - the nation of India and China to the Asia - South and Southeast to Burma and Malacca and the islands of the archipelago hold. Only the movement of the nation - the nation was about 2000 years BC, called the family Austronesia that year came the surge. 1. Proto - Old Malay or Malay tribe includes Batak, Dayak, and Toraja. 2. Deutro - Malay / Malay - Young Tribal include Javanese, Sundanese, Madurese, and other tribes. Proto - called also Malay tribe - the tribe of ancient nations, inhabited areas of North Sumatra. Because the geographic location in the montane areas - Bukit Barisan mountains and relatively separate from other cultures and religions that influence in Southeast Asia at that time. Batak tribe consists of five sub - tribe, namely: 1. Batak Toba. 2. Batak Angkola / Mandailing. 3. Batak Simalungun. 4. Batak Karo. 5. Dairi batak / Pakpak. Since independence 17 August 1945 the Batak tribe of confidence. Batak for many people in the area is a slur word "How can people be treated with Bataks scoundrelly by people - the Muslims" (so write Van Der Tuuk of Barus). Almost can not trust a pastor who visited the Netherlands to South Tapanuli in 1870 on the approval of Islam to explain how they despise themselves and their past. Batta Battak name or nickname as their lowly and not use them, if they talk about themselves. They prefer to called Mandailing, Angkola, Toba. The leaders and people - other important people choose a Malay. Batak people tend to accept that they considered low. They hide a lot of tradition - tradition because feel ashamed. Dutch Colonial government affected Residency Tapanuli choose a name that is not non-ethnic and choose Residency Bataklanden. According to Hermanus in Tambunan writings in Magazines Soara Bataks recount in Batavia think - about the year 1914 does not name the Batak indigenous people in the capital (ugly, gross, grubby, dirty) so that people keep Batak identity. In the year 1920 was Batakkersbond (Persatuan Batak) of Christian and Muslim people who respected and erudite. Unity publishes this magazine Sahala New. In the year 1921 formed a club football Batak. Thus, according to Hermanus Tambunan Batak people out of persembunyiannya. Number of students in Batavia Bataks large and especially the year 1919 there were many Dutch colonial office employees. With diproklamasikan independence 17 August 1945 Batak people have the confidence as a citizen of Indonesia. Mythology To obtain a description of patterns of thought about going to the tribe of Batak myth - the myth is widely known, is presented below one of the sacred myth / history of events. In Batak mythology bird layang - layang domiciled carriers or as a link between the heavens with the earth. Whilom, birds that are called by Mulajadi Na Bolon, The Beginning of the Great over all the power that is, to deliver a lodong (light socket bamboo tube of water) contains the seeds of Boru Deak Parujar, daughter of a deity who is in the earth. Once the birds arrive in the Boru Deak, he said: "Boru Deak - Parujar, tenunlah sehelai ULOS yeast idup (traditional Batak cloth) and twist it ulos on the lodong ago tutupnya open." After Boru Deak - Parujar weaving sehelai ulos, he melilitkannya on lodong then he's open tutupnya in meloncatlah out a man. He called Mr Mulana the (initial) Boru Deak to place a man in the area of light ago he told the bird back to Mulajadi Na Bolon to convey the question Boru Deak by Mulajadi answered: "Boru Deak akan Himself became a man such as Mr Mulana. They become a friend of his life! ". And thence Boru Deak - Parujar become the man as Mr Mulana. They became the ancestors on the Batak people of this world. II. Idols. Behavior community pre Ancient Batak tribes - Christian religion is the integration of trust between the pagan beliefs / customs and animism called Habatahon. Habatahon behavior in the era of Ancient Batak still mixed - mixed not separate between religious beliefs to the gods, deity - deity, worship of the spirit - the spirit of the ancestors on the one hand, in the tradition of the other party. Ancient people thought that Batak animist more sensitive to the spirits or idols. He mentions sipelebegu or the spirit of worship and obey the spirit, magic, heathen. Begu revoke the spirit of the dead but also the spirit - the spirit of nature, or all that spirit only - the thorn in humans. Spirit - the spirit of this is to be contacted and glorified in life - days. Part of fortune, disease, birth and various other disasters depends on him. For that need to be worshiped and offerings to be blessed man. There are also spirits called Homang live in the forest like a child abduction - child behave bad. Spirit Solobean water and create a dangerous voyage Begu Antuk that brought leprosy and others - others. Ancient Batak tribe in accordance with the idolatry of the age pupilasgustativas Mulajadi Na Bolon is Allah, the One who became the beginning of all that is. Singgasananya on the seventh heaven. Confidence is considered sacred trust, can be seen from the expression on the prayer of adoration on the say that the Datu / priest at the ceremony Martonggo (prayer call of the divine). Hormatnya and how very sacred deity - the god in the public eye in those times, so do not dare mention the name of the gods besides, the ceremony of worship and offerings. Custom from Debata Mulajadi Na Bolon and ancestors. According to ancient belief Batak indigenous people was sent down by Debata Mulajadi Na Bolon first in the mountain Pusuk Hill. Violations lead to the first man Debata Mulajadi Na Bolon dismiss the heavens from the earth, so that separate human beings with the gods. To be able to deal with the gods, Debata Mulajadi Na Bolon create and provide for indigenous people be obeyed, so the gods wish to give people. Adat is revealed to be the ancestor to the descendants descendants get blessings from gods. The blessing in this very large, among others, is, wealth, happiness, be dissociated from fear, disease cholera, plague and others - others. Batak tribe of about 500 - 600 years in the hinterland still profess belief in idols. Sisingamangaraja bertahta Dynasty king as priest (priesterkoning, the Netherlands) 360 Sisingamangaraja years are considered "Illahi" a very respected. Dynasty Sisingamangaraja enemy is called the Kingdom of the Netherlands kompeni or colonizers, because the Batak tribe does not like to lose freedom and adatnya. The nation's foreign missionary suspected as a pioneer or eyes - eyes kompeni. Dynasty Sisingamangaraja very angry to see people leave the Batak religious obedience to the ancestors and the customs which we call Habatahon. Nommensen as a pioneer who made the Batak pursuivant Christ began in 1864 in the valley Silindung. During the 12 years Nommensen Batak live in the land of the free life is often threatened, but Nommensen believe in God - as his interpreter safely and correctly - a true success mu'jizat Batak tribe become partaker of Christ that many - about a century animism and socially isolated from the world out. German missionaries continuously - successfully clean the elements and the influence of pagan / animism. They have knowledge teologis, antropologis, a culture that can identify the elements which includes ancient or incompatible with the Christian priest. Similarly promoter / king custom support and other indigenous Batak huge contribution to the work of the heart free from the success of the Batak tribe. They dare to insist or to impose a violation of church rules and regulations, if they need to implement the action excommunication from the church. A way as religion Ancient Batak tribe was inherent in the soul and the Batak tribe merogahnya not easy. Issues that need to be about, namely, the attitude some of the church does not insist on something in the form of inheritance from the past. The emphasis / inconsistencies in the rest of the ancient belief / animism of Batak people and practices - traditional practices that can prevent achieving a strong Christian faith. At the beginning of the Christian religion came in Tanah Batak pastor of the church council and is very firm in implementing the prohibition pelaksaan customs / traditions that you can practice fishing members of the church and the return of the spirit cult of the dead. Even the traditional feast or just a tandok prohibited on Sundays and sting with the firm that is shed tandok to fill the rice fields or to the ground for instance. At the present time there is a tradition long held back by a small group with a free Manjunjung including Sijagaron / bun Marata ceremony at the time of death. Sari Matua or Saur Matua. The most confusing that some people pengembala of the church does not have any attitude or perception of the same things - things you can do so whether or not the Christian faith even among those who have suggested that the conduct itself. This is a telling testimony terbelengkalai business services and the Christian faith around the age of more than 135 years. </strong></span></div> <div class="post-footer"> <p class="post-footer-line post-footer-line-1"><span class="post-comment-link"></span><span class="post-backlinks post-comment-link"></span><span class="post-icons"><span class="item-action"><a href="http://www.blogger.com/email-post.g?blogID=5139294492653817912&postID=3257542353917964684" title="Email Post"><span class="email-post-icon"></span></a></span></span><br /></p> </div>ferdinandhttp://www.blogger.com/profile/10262758894778043767noreply@blogger.com0